Kamis, 30 November 2023

BUKU " INDAHNYA AKHLAKUL KARIMAH "

 



الحمد لله, الحمد لله الذى خلق الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُو

 الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله.  اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan hidayah dan inayah kepada kita semua. Sholawat salam semoga tercurah kepada Nabi Agung Muhammad saw. Sebagai suri tauladan untuk kita semuanya. Atas dasar keprihatinan dan kepedulian penulis terhadap semakin merosotnya akhlak bangsa, maka  melaui buku ini penulis curahkan segala daya dan upaya untuk mengkaji berbagai permasalahan mengenai akhlak.

Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kita mengerti, dalam pergaulan sehari-hari akhlak sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Akhlak merupakan target dakwah para nabi dan Rasul, meluruskan perilaku manusia dari keterpurukan dan kebobrokan merupakan tugas para Nabi dan Rasul serta kita bersama yang hidup sesudahnya. Kehidupan manusia dari zaman kezaman selalu mengalami perubahan disinilah peran pendidikan akhlak sebagai penyelaras dan penyeimbang serta pengendali berbagai dampak dari perkembangan zaman.

Akhlak adalah tahap ketiga dalam beragama. Tahap pertama menyatakan keimanan dengan mengucapkan syahadat, tahap kedua melakukan ibadah seperti sholat, zakat, puasa termasuk membaca Al-Qur’an dan berdoa, dan tahap ke tiga sebagai buah dari keimanan dan ibadah adalah akhlak. [1]

Dalam keluarga akhlak sangat penting untuk dikaji dan dimengerti oleh anggota keluarga. Perilaku yang baik harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak demikian juga perilaku yang jelek (akhlak tercela) juga harus di antisipasi sedini mungkin jangan sampai menjadi kebiasaan anggota keluarga karena akhlak yang tercela merupakan penyebab hancurnya kehidupan manusia. Orang tua berperan penting dalam pendidikan akhlak anak dan seluruh anggota keluarga.

Dalam buku ini akan dikaji berbagai permasalah tentang akhlak, mulai dari pengertian akhlak, macam-macam akhlak, penerapan akhlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Peranan akhlak bagi generasi muda dan masyarakat dalam menghadapi dampak buruk era globalisasi dan berbagai solusi penting untuk menangani dan mengatasi berbagai perilau –perilaku menyimpang dan akhlak yang tercela dalam kehidupan kita. Dalam buku ini juga dilengkapi dengan kajian mengenai pandangan Al-Qur’an dan Hadits mengenai akhlak lengkap dengan penjelasanya.

Kehidupan akan terasa indah apabila kita menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Hidup akan terasa damai, nyaman, sejahtera dan dekat dengan rahmat dan hidayah Allah swt. Hal tersebut terbukti pada zaman Rasulullah saw., di Madinah. Masyarakat hidup rukun, saling menghargai, saling menolong, penduduknya ramah, sopan, jujur, syukur menerapkan nilai-nilai akhlakul karimah yang diajarkan oleh Rasulullah saw., patuh dan tunduk menjalankan ibadah kepada Allah swt.

Pada akhir kajian penulis sisipkan kata-kata bijak mengenai akhlak yang diambil dari beberapa hadits terpilih. Mudah-mudahan bisa memberikan manfaat buat kita semua. Penulis menyadari bahwa di dalam buku ini masih terdapat kekurangan di sana sini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca yang budiman.

Akhirnya dengan mengharap ridlo Allah swt. penulis berharap mudah-mudahan buku ini bisa bermanfaat. Amin.

Purwokerto, 1 Desember 2012

Ari Kuswanto, S.Pd.I.

PENDAHULUAN

Perilaku dan perbuatan manusia dalam kehidupan ini beraneka ragam, ada yang baik ada juga yang buruk. Prilaku dan perbuatan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah lingkungan, pendidikan, keluarga, agama dan budaya setempat. Manusia merupakan mahluk yang memiliki kecenderungan terhadap kedua prilaku tersebut (baik dan Buruk). Pada masa sekarang peran dari pendidikan akhlak menjadi sangat penting sebagai upaya untuk membentuk karakteristik manusia yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah swt.

Akhlak merupakan fungsionalisasi agama. Artinya, keberagamaan menjadi tidak berarti apabila tidak dibuktikan dengan berakhlak. Orang mungkin banyak sholat, dan puasa, banyak membaca Al-Qur’an dan berdoa, tetapi bila perilakunya tidak berakhlak, seperti merugikan orang lain, tidak jujur, korupsi dan lain-lain, maka keberagamaanya menjadi tidak benar dan sia-sia.

Akhlak adalah perilaku sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap dan perbuatan. Bentuknya yang kongkret adalah : hormat dan santun terhadap orang tua, guru dan sesama manusia, suka bekerja keras, peduli dan mau membantu orang lemah/ mendapat kesulitan, suka belajar, tak suka membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna, menjauhi dan tidak mau membuat kerusakan/ vandalism, merugikan orang lain, mencuri, menipu atau berbohong. Terpercaya, jujur, pemaaf dan berani.Tidak mau minum minuman keras, obat terlarang, dan menjauhi prilaku seks menyimpang, apalagi melakukan hubungan seks dengan bukan istrinya ; bercita-cita luhur untuk memajukan bangsa dan kemanusiaan.

Dalam kerangka lebih luas, berakhlak berarti “hidup untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam”. Artinya, hidup berguna bukan hanya untuk Islam tetapi seluruh umat manusia dan alam sekitarnya. Bersikap santun dan tidak merusak kepada seluruh manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, dan air sebagai ciri manusia berakhlak luhur. [2]

Penerapan akhlakul karimah dalam kehidupan merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama, bagaimana mewujudkan generasi yang berakhlakul karimah, kehidupan yang berakhlakul karimah, perilaku yang selalu dilandasi dengan nilai-nilai akhlakul karimah menjadi pekerjaan yang tidak mudah untuk kita wujudkan. Untuk itu tidak ada daya dan upaya untuk mewujudkan hal tersebut selain dari pertolongan dan petunjuk dari Allah swt. disertai dengan ikhtiar kita untuk senantiasa belajar dan saling menasehati dalam kebaikan untuk mewujudkan kehidupan yang berakhlakul karimah sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Perkembangan zaman yang semakin maju membawa tantangan tersendiri bagi umat Islam dalam mewujudkan pribadi yang berakhlakul karimah. Kehidupan materialistis yang cenderung cinta terhadap urusan duniawi membawa manusia lupa akan kodratnya sebagai hamba Allah yang memiliki kewajiban untuk menjalankan ibadah. Persaingan  hidup yang semakin sulit mengakibatkan  terjadinya keputusasaan  pada umat manusia. Pelampiasan keputusasaan  tersebut dialihkan kepada tindakan-tindakan yang melanggar norma agama, seperti mabuk-mabukan, narkoba, tindak pencurian, perampokan bahkan sampai dengan pembunuhan yang dilandasi motif dendam, iri hati dan dengki. Semua itu merupakan dampak dari ketidakberdayaan manusia menghadapi hawa nafsu yang melekat pada dirinya sendiri.

Disisi lain manusia mulai kehilangan figur yang bisa dijadikan suri tauladan dalam masyarakat. Krisis kepercayaan terhadap para pemimpin sudah melanda hampir disebagian  masyarakat kita. Budaya korupsi dan arogansi para pejabat menjadikan sakit hati bagi sebagian umat. Akibatnya banyak di antara masyarakat yang sudah tidak mempedulikan lagi peraturan, budaya toleransi dan gotong-royong sudah mulai hilang, rasa hormat dan ta’dzim terhadap para pemimpin sudah mulai pudar.

Dari sinilah diharapkan peran pendidikan akhlak sangat dibutuhkan untuk mengembalikan lagi tatanan kehidupan masyarakat yang sudah mengalami kemerosotan. Figur para nabi, ulama dan orang-orang sholeh harus dimunculkan kembali sebagai pengobat rasa rindu akan adanya pemimpin yang amanah dan bisa menjadi suri tauladan umat manusia. Penanaman etika bergaul dengan memperhatikan hak dan kewajiban harus segera dilaksanakan dengan terus menerus bagi anak-anak, generasi muda dan seluruh umat manusia dari segala lapisan. Dengan demikian diharapkan permasalahan-permasalahan seputar kehidupan masyarakat dapat di atasi.

Dari pemaparan di atas maka dalam tulisan ini penulis cantumkan betapa pentingnya akhlakul karimah dalam kehidupan, dilengkapi dengan penjelasan seputar pengertian akhlak, macam-macam akhlak, berbagai solusi terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh akhlak tercela, pandangan Al-Qur’an dan Hadits terhadap akhlak dan penerapanya dalam kehidupan dilingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam tulisan ini juga dicantumkan beberapa kisah Rasulullah saw., dan para sahabat serta orang sholeh yang bisa dijadikan tauladan bagi kita semua.

Mudah-mudahan pembaca bisa mengambil hikmah dari pemaparan yang ada dalam buku ini. Dengan mengharap ridlo Allah swt., buku ini penulis beri judul “ Indahnya Akhlakul Karimah”. Dengan harapan kita semua bisa menerapkan nilai-nilai keindahan akhlak Islam dalam kehidupan keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga hidup kita menjadi indah, jauh dari kerusakan dan kebinasaan dan mudah-mudahan menjadi jalan untuk bisa mencapai kebahagiaan yang haqiqi di dunia dan di akhirat.

A. MENGENAL TENTANG AKHLAK

Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (اخلإق ) bentuk jamak dari mufrodnya khuluq (خلق) yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya : etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin, etos yang berartbi “kebiasaan”. Moral berasal dari bahasa Latin juga, mores, juga berarti “ kebiasaanya”. Angkatan kata “budi pekerti”, dalam bahasa Indonesia, merupakan kata majemuk dari kata “budi” dan “pekerti”. Perkataan “budi” berasal dari bahasa Sansekerta, bentuk isim fa’il atau alat, yang berarti “yang sadar” atau “yang menyadarkan”atau “alat kesadaran”. Bentuk mashdarnya (momenverbl) budh yang berarti “kesadaran”. Sedang bentuk maf’ulnya (obyek) adalah budha, artinya “yang disadarkan”. Pekerti, berasal dari bahasa Indonesia sendiri, yang berarti kelakuan.

Menurut terminologi : kata “budi pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti : “budi “ ialah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, ratio, yang disebut karakter. Pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behavior. Jadi, budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. ([3])

Istilah akhlak atau khuluk ([4]), menurut Ibnu Maskawaih dalam bukunya Tahdzibul-akhlaq wa that-hirul-a’raq.

اَلْخُلُقُ حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَااِلَي افْعَا لِهَا مِنْ غَيْرِفِكْرٍوَرُوِيَةٍ

“Perangai itu adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.”

Akhlak adalah jamak dari khuluk yang berarti adat kebiasaan (al-‘adat), perangai, tabi’at (al-sajiyyat), watak (al-thab), adab/sopan santun (al-muru’at), dan agama (al-din). Menurut para ahli masa lalu (al-qudama), akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan sesuatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau paksaan. Sering pula yang dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau buruk. [5]

Akhlak sering dikaitkan dengan etika dan moral. Etika dan moral berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti yang sama; kebiasaan. Sedang budi pekerti dalam bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti. Budi berasal dari bahasa sansekerta yang berarti yang sadar, pekerti berasal dari bahasa Indonesia sendiri yang berarti kelakuan. (Djatnika, tt.:25 dalam Mujiono, dkk, 1998:25). Sedangkan moral berasal dari bahasa latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia.[6]  dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan.

Adapun kata etika Menurut Bertens, (2004: 4 dalam afriantoni, 2007:36) mengungkapkan bahwa : Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti, tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adat kebiasaan Di dalam kamus Ensklopedia Pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik buruk. Sedangkan dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi. [7]

Secara etimologi kedua istilah akhlak dan etika mempunyai kesamaan makna yaitu kebiasaan dengan baik dan buruk sebagai nilai kontrol. Selanjutnya Untuk mendapatkan rumusan pengertian akhlak dan etika dari sudut terminologi, ada beberapa istilah yang dapat dikumpulkan. Imam Al-Ghazali (1994:46 dalam Mujiono, dkk, 1998:86) dalam kitab Ihya ‘ulumiddin, menyatakan bahwa, Artinya:

“Khuluk yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong lairnya perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa pertimbangan dan pemikiran yang mendalam. al-Ghazali berpendapat bahwa adanya perubahan-perubahan akhlak bagi seseorang adalah bersifat mungkin, misalnya dari sifat kasar kepada sifat kasian. Disini imam al-Ghazali membenarkan adanya perubahan-perubahan keadaan terhadap beberapa ciptaan Allah, kecuali apa yang menjadi ketetapan Allah sepertai langit dan bintang-bintang. Sedangkan pada keadaan yang lain seperti pada diri sendiri dapat diadakan kesempurnaannya melalui jalan pendidikan. Menghilangkan nafsu dan kemarahan dari muka bumi sungguh tidaklah mungkin namun untuk meminimalisir keduanya sungguh menjadi hal yang mungkin dengan jalan menjinakkan nafsu melalui beberapa latihan rohani .[8]

Sementara kata etika berdasarkan terminologi didapatkan beberapa istilah, di dalam New Masters Pictorial Encyiclopaedia ([9]) dikatakan :Ethics is the science of moral philosophy concerned not with fact, but with values; not with character of, but the ideal of human conduct. (etika adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenal fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenal sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya). Dalam kamus induk istilah ilmiah (Barry dan Yacub, 2003:194) menyatakan bahwa etika adalah ilmu yang membahas atau menyelidiki nilai dalam tindakan moral: pengkajian soal keakhlakan dan moralitas. Sementara Dr. H. Hamzah Ya’qub ([10]) menyimpulkan/merumuskan bahwa : Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal fikiran.

Dari pemaparan di atas diperoleh beberapa titik temu bahwa antara akhlak, etika dan moral memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya adalah dalam menentukan hukum/nilai perbuatan manusia dilihat dari baik dan buruk, sementara perbedaannya terletak pada tolak ukurnya. Akhlak menilai dari ukuran ajaran al-Qur’an dan Al-Hadits, etika berkaca pada akal fikiran dan moral dengan ukuran kebiasaan yang umum di masyarakat. Maka dapat disimpulkan dari pemaparan di atas bahwa akhlak yang dimaksud adalah "pengetahuan menyangkut perilaku lahir dan batin manusia".

Akhlak merupakan suatu sikap  yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang sebagai mahluk pribadi maupun mahluk sosial ([11]),  ketika bergaul dalam lingkungan haruslah memperhatikan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkunganya masing-masing. Sebagai contoh ketika ada orang yang melakukan perbuatan tercela tentunya akan mendapatkan hukuman yang setimpal, hukuman itu terkadang tidak hanya berupa kurungan penjara tetapi bisa juga berupa cibiran atau hal sejenisnya yang  lebih memberatkan, sebaliknya bagi seseorang yang berbuat kebaikan tentunya akan dipandang sebagai orang yang mulia dan mendapatkan tempat yang baik dalam lingkunganya.

Akhlak merupakan suatu sistem tatanan kehidupan manusia meliputi tata sosial, budi pekerti, sopan santun, dan tata karma. Akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa. Akhlak juga merupakan budi pekerti atau kelakuan. Sikap dan perilaku terpuji dalam istilah agama Islam disebut akhlakul karimah.  Akhlakul karimah pada hakekatnya adalah sifat yang meresap ke dalam hati dan memunculkan bermacam-macam perbuatan secara spontan tanpa membutuhkan pemikiran untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji. Akhlak bukan saja berfungsi sebagai pengendali diri secara pribadi tetapi juga sebagai standar untuk mengukur tinggi rendahnya peradaban manusia.

 Akhlakul karimah menunjukan karakteristik kualitas kepribadian seorang muslim. Akhlakul karimah menjadi landasan utama bagi tegaknya sebuah tatanan kehidupan yang tangguh, harmonis, damai dan sejahtera. Jika akhlakul karimah tidak ada, tatanan kehidupan akan guncang, akan muncul sikap saling mencurgai, membenci dan menghina yang akhirnya menimbulkan perpecahan dan konflik. ([12])

Akhlak merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus secara disadari maupun tidak disadari, perilaku manusia setiap saat berubah-rubah sesuai dengan kondisi dan keadaan. Perubahan sikap menuju arah yang baik tentunya merupakan sesuatu yang diharapkan oleh semua manusia, untuk itu perlu adanya usaha memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang jelek menjadi kebiasaan-kebiasaan yang baik. Upaya yang dilakukan adalah menyadari bahwa akhlak yang baik tidak bisa datang begitu saja melainkan harus dilatih dan terus dilatih dengan berbagai metode dan cara, dengan demikian akan menjadi kebiasaan yang melekat dalam diri manusia itu sendiri.

Secara garis besar akhlak dibedakan menjadi dua macam yaitu akhlakul karimah (mahmudah) dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela).

 

 

 

 

 

 

a. Akhlakul Karimah Sebagai Hal Yang Utama dalam Kehidupan Manusia

Akhlak terpuji (akhlak Karimah) yang dituntunkan Islam amat luas, tidak hanya menyangkut hubungan dengan sesama manusia dan Allah swt melainkan juga yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Akhlak terpuji terhadap diri sendiri cukup banyak macamnya seperti tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qonaah.

 

1)   TAWAKAL

Kata tawakal berasal dari bahasa Arab تَوَ كَلَ – يَتَوَكَلُ- تَوَ كُلإً  yang berarti berserah diri, mewakilkan. Secara istilah tawakal berarti berserah diri kepada Allah swt. Atau menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah swt yang mengatur segala-galanya.([13]) Tawakal kepada Allah dilakukan setelah berusaha secara maksimal sesuai dengan kemampuanya. Tawakal yang dilakukan sebelum berusaha dengan sungguh-sungguh tidak dibenarkan dalam islam. Rasulullah saw pernah menegur seseorang yang tidak menambatkan ontanya terlebih dahulu ketika menemui beliau, orang tersebut mengatakan “aku tawakal kepada Allah swt” lalu Rasulullah berkata “ keluarlah dan tambatkanlah untamu, kemudian barulah kamu tawakal!”.

Tawakkal (dalam ejaan yang lebih tepat, “tawakkul”) ; yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah, dengan penuh harapan kepada- Nya dan keyakinan bahwa Dia akan menolong kita dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik. Karena kita “mempercayai” atau “menaruh” kepercayaan kepada Allah, maka tawakkal adalah suatu kemestian.[14]

Tawakal merupakan perbuatan yang mulia, dengan tawakal seseorang akan merasa dekat dengan Allah swt dan jauh dari sikap berputus asa.

Tawakal kepada Allah swt. Termasuk perkara yang diwajibkan dalam Islam. Allah swt berfirman sebagai berikut.

$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  

Artinya;” Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Dari ayat tersebut di atas, tawakal hanya ditunjukan kepada Allah swt. Tawakal yang ditujukan kepada selain Allah termasuk perbuatan syirik yang harus dijauhi oleh setiap mukmin.

Setiap orang diwajibkan untuk berikhtiar setelah itu baru boleh bertawakal, Imam al-Ghazali menyuruh kepada kaum musilimin agar berusaha dan jangan hanya bertawakal semata seperti dalam pernyataanya : “ Maka jika anda menunggu bahwa Allah dapat menetapkan kepada anda dengan keadaan kenyang tanpa roti, atau Allah lalu menetapkan roti itu bergerak pada anda, atau Allah menyuruh pada malaikat buat mengunyahnya dan sampai pada perut anda, maka hal itu tidak akan mungkin terjadi pada sesuatu yang sifatnya sunatullah (ketetapan Allah). Dan juga jika anda bercocok tanam di bumi  yang anda sendiri menghendaki agar Allah menciptakan satu tumbuh-tumbuhan yang bukan dari bijinya, atau istri anda bisa melahirkan tanpa diadakan sanggama (coitus), maka kehendak tersebut adalah kehendak gila

Dengan demikian menurut pendapat tersebut bahwa perlunya orang membawa makanan pada tempat-tempat yang tidak ada makanan misalnya ke padang pasir, sehingga barang siapa yang bepergian tanpa membawa makanan bisa keluar dari sifat-sifat tawakal, kecuali ditempat-tempat yang di duga keras adanya sumber-sumber makanan. Ghazali juga mengatakan :“ bahwa tawakal itu bukanlah berarti meninggalkan sebab akibat, tetapi tetap bersabar atas kelaparan dalam beberapa waktu, dan rela dengan kematian jika rejeki itu datang terlambat karena kebetulan tidak ada.  Sehingga perlu juga menuju negeri-negeri, kota-kota dan desa-desa yang tidak mungkin sepi dari rumput-rumput dan semisalnya dan hal itu semua merupakan faktor-faktor kehidupan tetapi sedikit terganggu… dan seterusnya.” Dengan demikian perlulah menganalisa tawakal itu dengan nash-nash syariat agar tidak menimbulkan kaburnya pengertian tersebut.([15])

Dengan demikian tawakal haruslah disertai dengan ikhtiar, dengan menyiapkan segala sesuatu yang menunjang usaha-usaha kita, segala sesuatu yang kita siapkan merupakan bentuk dari sebuah usaha kita untuk mencapai keridloan Allah sehingga bisa benar-benar menjadi orang yang tawakal.

 

2)   IKHTIAR

Secara bahasa, kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab اِ حْتَارَ-يَحْتَارُ- اِحتِيَارًا   yang berarti memilih. Selanjutnya ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakekatnya orang yang berusaha berarti memilih. Secara istilah, ikhtiar berarti melakukan suatu kegiatan dengan maksud untuk memperoleh suatu hasil yang dikehendaki. Manusia diwajibkan untuk berusaha sedangkan hasil adalah urusan Allah swt, semakin sungguh-sungguh usahanya maka hasilnya pun akan semakin baik.

Amat banyak Al-Qur’an maupun hadis yang menyuruh kita untuk berihtiar, baik yang bersifat perintah secara tegas maupun motivasi. Dalil-dalil yang mewajibkan kita berikhtiar , antara lain sebagai berikut.

#sŒÎ*sù ÏMuŠÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãÏ±tFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.øŒ$#ur ©!$# #ZŽÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ  

Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Q.S.al-jumu’ah/62: 10)

Surah Al- Jumu’ah ayat 10 berisi perintah secara tegas agar sehabis menunaikan sholat (Jum’at) segera mencari rezeki untuk keperluan diri dan keluarga. Perintah tersebut merupakan sesuatu yang mewajibkan untuk berikhitiar, tidak hanya setelah menunaikan sholat jum’at, ikhtiar bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Kebutuhan  yang bermacam-macam menuntut manusia untuk berikhtiar dengan penuh semangat, kesungguhan, dan kerja keras. Ikhtiar tersebut harus didasarkan niat yang ikhlas dan tulus karena Allah swt, tidak mudah putus asa apabila menghadapi suatu kesulitan.

Ikhtiar yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hidup manusia membutuhkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik berupa harta benda maupun berbagai kebutuhan lainya. Seperti pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Semua itu merupakan kebutuhan yang harus dicukupi. Dengan kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguh maka kebutuhan tersebut bisa terpenuhi.

Islam mengajarkan manusia untuk bekerja keras dalam mencari rezeki Allah dan  tidak mengajarkan untuk  menjadi beban orang lain, bahkan menjadi ‘pencari kayu bakar’ lebih baik bagi seseorang dari pada mencari nafkah dengan cara meminta-minta. Rasulullah saw., Bersabda ; “ Sungguh, jika salah seorang diantara kamu membawa seutas tali untuk mencari seikat  kayu bakar, lalu kayu itu dijual sehingga Allah mencukupi kebutuhan hidupnya dengan hasil jualanya, itu lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi maupun ditolak (tidak diberi)”.  (H.R. al-Bukhari dari Zubair bin Awwam No. 2200)

Dari hadits tersebut Rasulullah saw., memberi beberapa pelajaran kepada kita dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, antara lain :

a)    Suka bekerja untuk memperoleh hasil guna mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya;

b)   Tidak merasa rendah diri dalam melakukan pekerjaan selama pekerjaan itu halal dilakukan meskipun dianggap remeh orang lain;

c)    Berusaha semampunya untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya lebih dari pada meminta-minta kepada orang lain;

d)   Meminta-minta kepada orang lain adalah perbuatan tercela sehingga harus dihindari;

e)    Mencari kesejahteraan hidup di dunia perlu dilakukan supaya tidak menjadi beban orang lain;

f)    Wajib bagi seseorang muslim memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.[16]

Dengan demikian ikhtiar merupakan suatu yang wajib untuk kita lakukan, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Dalam urusan duniawi manusia berikhtiar untuk mencari harta guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari untuk dirinya sendiri dan keluarga. Dalam urusan akhirat manusia berikhtiar dengan cara memperbanyak ibadah dan mencari ilmu agama sehingga hidupnya menjadi terarah, dekat dengan rahmat Allah dan jauh dari kesesatan dan kemungkaran.

 

 

3)   SABAR

Secara bahasa (etimologi), sabar artinya menahan (alhabsu), sedangkan secara istilah (terminologi), sabar memiliki arti yang beragam. Berikut ini beberapa pendapat ulama mengenai pengertian sabar, antara lain :

Al- Ghazali menjelaskan, sabar adalah kesanggupan mengendalkan diri ketika hawa nafsu bergejolak, atau kemampuan untuk memilih melakukan perintah agama tatkala datang desakan nafsu. Artinya, kalau nafsu menuntut kita untuk berbuat sesuatu, tetapi kita memilih kepada yang dikehendaki oleh Allah, maka disitu ada kesabaran.

Abu Qasim Al-Junaidi menuturkan, sabar adalah menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginan-keinginanya demi mencapai sesuatu yang baik atau bertahan dalam kesempitan dan himpitan.

Al –Qusyairi mengartikan bahwa sabar adalah menerima dengan penuh kerelaan ketetapan-ketetapan Tuhan yang tidak terelakan lagi.[17]

Sementara menurut Andi Hakim Nasoetion, Sabar yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Jadi sabar adalah sikap batin yang timbul karena kesadaran aka nasal dan tujuan hidup, yaitu Allah swt, sebagaimana dimaksud dalam firman Allah Q.S. al- Baqoroh/2 :155-156. [18]

Iman itu terdiri dari dua bagian. Setengahnya adalah kesabaran dan setengahnya lagi adalah syukur, sesuai dengan yang disebutkan dalam khabar-khabar dan atsar-atsar.[19] Sabar merupakan sikap yang mulia yang harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim, dengan kesabaran kita akan selalu merasa tentram dan damai serta terhindar dari ketergesa-gesaan, sikap sabar dalam menghadapi masalah merupakan bentuk kedewasaan dalam bertindak dan berpikir, semua masalah yang kita hadapi dianggap sebagai sebuah ujian agar kita lebih taat terhadap perintah Allah swt., sabar dalam menghadapi musibah merupakan bentuk ketawakalan kita akan ketentuan Allah swt, dengan demikian kita akan semakin kuat dan teguh pendirian dalam menjalankan kehidupan ini.

Prilaku sabar hendaknya kita terapkan dalam kehidupan sehari- hari kita, baik ketika sedang bergaul dengan anggota keluarga, teman sebaya, dikantor, di pasar, di tempat-tempat umum maupun dimanapun berada. Kesabaran menjadikan kita sebagai orang yang mulia dihadapan Allah swt dan mahluk lainya.

Dalil-dalil yang memerintahkan kita untuk bersabar antara lain sebagai berikut.

a)         Sabar dalam ketaatan ([20])

$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#rçŽÉ9ô¹$# (#rãÎ/$|¹ur (#qäÜÎ/#uur (#qà)¨?$#ur ©!$# öNä3ª=yès9 šcqßsÎ=øÿè? ÇËÉÉÈ  

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (Q.S Ali Imron/3 : 200)

b)        Sabar dalam Musibah ([21])

Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsƒø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ̍Ïe±o0ur šúïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ   tûïÏ%©!$# !#sŒÎ) Nßg÷Fu;»|¹r& ×pt7ŠÅÁB (#þqä9$s% $¯RÎ) ¬! !$¯RÎ)ur Ïmøs9Î) tbqãèÅ_ºu ÇÊÎÏÈ  

Artinya: “ dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". (Q.S. al- Baqoroh/2  :155-156)

Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.[22]

c)         Sabar dari Maksiat ([23])

÷bÎ)ur óOçGö6s%%tæ (#qç7Ï%$yèsù È@÷VÏJÎ/ $tB OçFö6Ï%qãã ¾ÏmÎ/ ( ûÈõs9ur ÷Län÷Žy9|¹ uqßgs9 ׎öyz šúïÎŽÉ9»¢Á=Ïj9 ÇÊËÏÈ   ÷ŽÉ9ô¹$#ur $tBur x8çŽö9|¹ žwÎ) «!$$Î/ 4 Ÿwur ÷btøtrB óOÎgøŠn=tæ Ÿwur ہs? Îû 9,øŠ|Ê $£JÏiB šcrãà6ôJtƒ ÇÊËÐÈ  

Artinya : ” dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”. bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan”. (Q.S. an-Nahl/16 ;126-127)

Kesabaran bisa diterapkan dimanapun berada, di rumah, di masjid, di kantor dan di tempat lain dimanapun  kita berpijak. Dalam menghadapi segala permasalahan dalam kehidupan hendaknya dihadapi dengan penuh kesabaran. Menghadapi pekerjaan juga harus dengan penuh kesabaran untuk mewujudkan apa yang diharapkan dan di inginkan. Dalam mendidik anak juga harus dengan kesabaran dan kasih sayang, dalam usaha meraih cita-cita juga harus dilaksanakan dengan penuh kesabaran. Apapun permasalahanya haruslah dihadapi dengan penuh kesabaran. ([24])

 

4)   SYUKUR

Dilihat dari bahasanya, kata syukur berasal dari bahasa Arab شَكَرَ-يَشْكُرُ-شُكْرً yang berarti terimakasih. Menurut istilah, bersyukur berarti berterimakasih kepada Allah swt., atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya. Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat.

Imam Al-Qusyairi menuturkan bahwa hakikat syukur adalah pengakuan nikmat yang telah diberikan Allah yang dibuktikan dengan ketundukan kepadda-Nya.

Sementara Al-Ghazali dalam kitab Ihya’Ulumuddin menerangkan bahwa syukur merupakan salah satu maqam (stasiun/tahapan) yang lebih tinggi dibandingkan sabar. Sementara menurut Raghib al- Asfahani menjelaskan bahwa syukur mengandung arti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakanya di permukaan.[25]

Dari pendapat tersebut bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa syukur tidak hanya pengakuan nikmat dengan hati atas nikmat Allah, akan tetapi harus diungkapkan/ dibuktikan dengan ketundukan menjalankan ibadah dan menggunakan nikmat yang diberikan untuk mengabdikan diri kepada Allah swt.

Dalil-dalil yang mewajibkan kita untuk mensyukuri nikmat Allah swt., antara lain sebagai berikut.

þÎTrãä.øŒ$$sù öNä.öä.øŒr& (#rãà6ô©$#ur Í< Ÿwur Èbrãàÿõ3s? ÇÊÎËÈ

 

Artinya:” karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.(Q.S. al-Baqoroh/2; 152)

Syukur juga berarti sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan ; dalam hal ini atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya, yang dianugerahkan Allah kepada kita. Sikap bersyukur sebenarnya sikap optimis kepada hidup ini dan pandangan yang senantiasa berpengharapan kepada Allah. Karena sikap bersyukur kepada Allah adalah sesungguhnya sikap bersyukur kepada dirinya sendiri (Q.31 : 12), karena manfaat besar kejiwaanya yang akan kembali kepada yang bersangkutan. [26]

Mensyukuri nikmat Allah swt bisa dilakukan dengan banyak hal, diantaranya adalah dengan cara memanfaatkan nikmat yang diberikan oleh Allah untuk hal yang bermanfaat, contoh apabila diberi nikmat berupa rezeki maka kita sebagian kita manfaatkan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, diberi nikmat sehat maka kita gunakan untuk memperbanyak amal ibadah, diberi nikmat berupa kekayaan alam yang melimpah maka kita gunakan dengan bijak sehingga keindahan dan keasrian alam senantiasa terjaga. Sukur tidak hanya diucapkan dengan mengucap hamdallah tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan yang nyata. Imam Al- Ghazali menyatakan : “Rasa syukur itu juga dinyatakan dengan mengetahui bahwa tidak ada pemberi kenikmatan selain Allah.”[27]

Sebagai umat Islam kita harus senantiasa memperbanyak rasa syukur, akidah yang kita miliki hendaknya senantiasa kita jaga, syareat yang dibawa oleh Rasulullah hendaknya kita kerjakan dengan sepenuh hati, karena sesungguhnya nikmat yang paling besar adalah nikmat Iman dan Islam. Marilah kita sembah Allah swt., sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikamat yang telah diberikan kepada kita. Dalam Al- Qur’an Allah berfirman.

$yJ¯RÎ) šcrßç7÷ès? `ÏB Èbrߊ «!$# $YZ»rO÷rr& šcqà)è=øƒrBur %¸3øùÎ) 4 žcÎ) tûïÏ%©!$# šcrßç7÷ès? `ÏB Èbrߊ «!$# Ÿw šcqä3Î=ôJtƒ öNä3s9 $]%øÍ (#qäótGö/$$sù yZÏã «!$# šXøÎh9$# çnrßç6ôã$#ur (#ráä3ô©$#ur ÿ¼ã&s! ( Ïmøs9Î) šcqãèy_öè? ÇÊÐÈ  

 

Artinya: “ Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan”. (Q.S. al-ankabut/29; 17)

Bagi orang yang mau bersyukur kepada Allah swt., maka Allah akan menambah nikmatnya lebih banyak lagi, maka bersyukurlah kepada Allah dan jangan sekali-kali kita mengkufuri nikmatnya dengan berbuat kemungkaran dan kemungkaran, serta bercerai berai, sesungguhnya siksa allah amatlah pedih. ([28])

 

5)   QONA’AH

Syukur sangat erat kaitanya dengan qanaah, bahkan keduanya tak dapat dipisahkan. Hanya orang-orang yang pandai besyukur sajalah yang memiliki sikap qonaah. Apakah sebenarnya qonaah itu?

Kata qonaah berasal dari bahasa Arab قَنَعَ-يَقْنَعُ-قَنَعَا-قَنَاعَةً yang berarti rela, suka menerima yang dibagikan kepadanya. Adapun secara istilah, qonaah berarti rela menerima kenyataan hidup yang dialami, tidak berkeluh kesah, tidak pula mengangan-angan yang diterima orang lain. Qonaah merupakan sikap terpuji yang harus dimiliki oleh setiap muslim, walaupun kekayaan melimpah tidak lantas menjadikan dia sombong, karena sombong akan menjauhkan kita dari keridloan Allah swt. Dalil tentang wajibnya sikap qonaah, antara lain sebagai berikut.

Ÿwur (#öq¨YyJtGs? $tB Ÿ@žÒsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3ŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ŠÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# šc%Ÿ2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJŠÎ=tã ÇÌËÈ  

Artinya : “ dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. an –Nisa/4 ;32)

Ayat di atas berisi larangan bersikap iri terhadap karunia yang diterima orang lain, sedangkan sikap iri berarti tidak suka melihat orang lain mendapatkan kesenangan. Orang yang iri menghendaki agar dirinya saja yang mendapatkan kesenangan . Keinginan yang demikian menunjukan sikap kurang rela menerima kenyataan hidup yang dihadapi. Oleh sebab itu, larangan di atas sama saja dengan perintah untuk memiliki sikap/sifat qonaah

 

6)   HUSNUZAN

Kata husnuzan berasal dari lafal نُحُسْ  (baik) dan لضَّنُ ا (prasangka). Dengan demikian, husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dengan baik.Lawan kata husnuzan adalah syu’uzan, yakni berprasangka buruk terhadap seorang. Sudah tentu suuzan berakibat buruk terhadap hubungan persaudaraan dalam masyarakat.

Husnuzan merupakan sikap penuh baik sangka kepada sesama manusia, berdasarkan ajaran agama bahwa manusia itu pada asal dan hakikat aslinya baik, karena diciptakan oleh Allah dan dilahirkan atas fithrah atau kejadian asal yang suci. Sehingga manusia itupun pada hakikat aslinya adalah mahluk yang berkecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan (hanif). [29]

Husnuzan adalah akhlak terpuji yang harus dimiliki oleh seorang muslim, dengan husnuzan kita akan terpelihara dari menjelek-jelekan orang lain yang dilarang oleh agama. Islam men didik umatnya agar bersikap hati-hati terhadap zan (prasangka) Allah swt. Berfirman sebagai berikut.

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S al-Hujarat/49 ; 12)

Ayat dia atas secara tegas mewajibkan kita bersikap hati-hati dalam hal zan (prasangka) .Adapun prasangka yang tergolong perbuatan dosa adalah prasangka buruk (suuzan). Rasulullah saw., Bersabda sebagai berikut.

يَّكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّالظنّ اكْذَبُ الْحَدِيْثِز رواه البخار

Artinya; “sekali-kali janganlah engkau berburuk sangka karena sesungguhnya berburuk sangka itu adalah perkataan yang paling bohong “. [30]

 

7)            TAWADLU

Tawadlu yaitu sikap yang tumbuh karena keinsyafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah, maka tidak sepantasnya manusia “ mengklaim” kemuliaan itu kecuali dengan pikiran yang baik dan perbuatan yang baik, yang itupun hanya Allah yang akan menilainya. (lihat Q.35:10). Lagi pula kita harus rendah hati karena “ Di atas setiap orang yang tahu (berilmu) adalah Dia yang meha Tahu (Maha Berilmu)” (Q.12:76). Apalagi kepada sesama orang yang beriman, sikap rendah hati itu adalah suatu kemestian. Hanya kepada mereka yang jelas –jelas menentang kebenaran kita dibolehkan untuk bersikap “tinggi hati” (Lihat Q.5:54 dan 48:29). [31]

Tawadlu berarti rendah hati ([32]). Orang yang tawadlu adalah orang yang merendahkan diri dalam pergaulan, tidak menampakan kemampuan yang dimiliki. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Orang yang memiliki sikap tawaduk akan dicintai oleh banyak orang, dia akan merasa bahwa dirinya bukan satu-satunya orang yang hebat, kaya, pintar dan sebagainya. Sebaliknya orang yang tawaduk merasa bahwa orang lain lebih hebat dari pada dirinya, dia tidak sombong dan takabur.

Allah swt. Memerintahkan kepada kita agar memiliki sikap tawaduk, dalam firmanya sebagai berikut.

ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ  

Artinya :” dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". ( Q.S. al-Isro/17: 24)

Ayat tersebut mewajibkan kita untuk bersikap tawaduk kepada kedua orang tua atas dasar rasa kasih sayang. Pada ayat yang lain, Allah swt., berfirman sebagai berikut.

ôÙÏÿ÷z$#ur y7yn$uZy_ Ç`yJÏ9 y7yèt7¨?$# z`ÏB šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËÊÎÈ  

Artinya :” dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman”. (Q.S. asy-Syu’ara/26 : 215)

Pada dasarnya ayat di atas ditunjukan kepada Rasulullah saw., agar bersikap tawaduk terhadap umatnya. Sungguhpun demikian, perintah tersebut juga berlaku bagi semua umat islam. Kebiasaan bersikap tawaduk bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan keluarga masyarakat dan lingkungan pekerjaan kita. Sebagai contoh pemimpin bersikap bijaksana dan tidak sewenang-wenang terhadap bawahanya walaupun jabatanya lebih tinggi, orang yang kuat menghargai dan menghormati orang yang lemah, orang yang lebih tua tetap menghargai terhadap pendapat yang muda, saling berkasih sayang antar sesama manusia dan sebagainya.

 

 

8)            TASAMUH

Tasamuh berarti sikap tenggang rasa, saling menghormati,saling menghargai sesama manusia. Kita hidup dilingkungan masyarakat yang beraneka ragam jenisnya, tentunya memiliki watak dan budaya yang berbeda-beda. Islam mengajarkan kita untuk memiliki sikap tasamuh agar kehidupan dilingkungan masyarakat senantiasa rukun, damai tanpa ada pertentangan atau permusuhan.

Allah swt., memerintahkan agar kita memilki sikap tasamuh yaitu sebagai berikut.

ö/ä3s9 ö/ä3ãYƒÏŠ uÍ<ur ÈûïÏŠ ÇÏÈ  

Artinya : “ untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."(Q.S. al-Kafirun/109 :6)

Maksud ayat di atas ialah bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang diyakini. Masing-masing harus dapat saling menghargai dan menghormati hak-haknya.

 

9)            TA’AWUN

Kata taawun berasal dari bahasa Arab تَعَاوَنَ- يَتَعَاوَنُ-تَعَاوُنًا yang berarti tolong menolong, gotong-royong, bantu-membantu dengan sesama manusia. Pertolongan orang lain sangat kita butuhkan karena manusia adalah mahluk yang lemah dan memiliki banyak kelemahan, dengan saling menolong maka masalah akan mudah untuk diselesaikan.

Taawun dalam hal kebaikan merupakan bentuk ibadah kepada Allah swt., sebagai contoh ; kita membantu saudara kita yang membutuhkan, berupa bantuan makanan, biaya kesehatan, biaya sekolah bagi yang tidak mampu, bantuan modal usaha dan lain sebagainya. Contoh yang lain apabila kita menjumpai seseorang yang sedang kesulitan baik dijalan, di lingkungan kita tinggal, kantor, tempat umum dan lainya hendaknya kita tolong dengan ikhlas karena Allah swt.

Islam membimbing umatnya agar mau bekerja sama, tolong –menolongdengan sesama atas dasar kekeluargaan.Allah swt. Berfirman sebagai berikut.

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#q=ÏtéB uŽÈµ¯»yèx© «!$# Ÿwur tök¤9$# tP#tptø:$# Ÿwur yôolù;$# Ÿwur yÍ´¯»n=s)ø9$# Iwur tûüÏiB!#uä |MøŠt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6tƒ WxôÒsù `ÏiB öNÍkÍh5§ $ZRºuqôÊÍur 4 #sŒÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rߊ$sÜô¹$$sù 4 Ÿwur öNä3¨ZtB̍øgs ãb$t«oYx© BQöqs% br& öNà2r|¹ Ç`tã ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#rßtG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ 

Artinya:“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”(Q.S. al-Maidah/5: 2)

Menurut ayat tersebut, tidak semua bentuk tolong menolong itu baik, ada juga yang tidak baik. Tolong-menolong yang baik adalah apabila apabila mengarah pada kebaikan dan ketakwaan sesuai petunjuk agama. Adapun tolong-menolong yang menyangkut masalah dosa dan permusuhan termasuk perkara yang dilarang agama.

 

 

10)        IKHLAS

Secara etimologis ikhlash (Bahasa Arab) berakar dari kata khalasha dengan arti bersih, jernih, murni, tidak tercampur. Misalnya ma’ukhalish artinya air bening atau putih, tidak tercampur dengan kopi, teh, sirup atau zat-zat lainya. Setelah dibentuk menjadi ikhlash (mashdar dari fi’ilmu muta’addi khallasha) berarti membersihkan atau memurnikan. Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharap ridha Allah swt.[33]

Ikhlas yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata-mata demi memperoleh rida dan perkenaan Allah, dan bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup maupun terbuka. Dengan sikap yang ikhlas orang akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinya dan karya lahirnya, baik pribadi maupun sosial. [34]

As- Susiy berkata :  Ikhlas itu ialah ketiadaan melihat ikhlas. Karena barang siapa menyaksikan keikhlasan di dalam keikhlasan, maka keikhlasanya membutuhkan keikhlasan.”  Al Junaid berkata : “ Keikhlasan adalah pembersihan amal-amal dari keruhan-keruhan. “[35] Berkaitan dengan pendapat tersebut ikhlas merupakan amalan hati yang sangat tersembunyi, tiada seorangpun tahu mengenai keikhlasan pada dirinya bahkan dirinya sendiripun diharapkan tidak menganggap apa yang ia perbuat merupakan bentuk dari keikhlasan, segala amal perbuatanya diserahkan dan di niatkan hanya kepada Allah swt.

Ikhlas merupakan amalan hati yang paling utama dan paling tinggi dan paling pokok, Ikhlas merupakan hakikat dan kunci dakwah para Rasul sejak dahulu kala. Ikhlas merupakan istilah tauhid , orang- orang yang ikhlas adalah mereka yang mengesankan Allah dan merupakan hamba Nya yang terpilih.  Fungsi Ikhlas dalam amal perbuatan sama dengan kedudukan ruh pada jasad kasarnya, oleh karena itu mustahil suatu amal dan ibadah dapat diterima yang dilakukan  tanpa keikhlasan sebab kedudukannya sama dengan orang yang melakukan amal dan ibadah tersebut bagai tubuh yang tidak bernyawa.

Lafaz ikhlas menunjukkan pengertian jernih, bersih dan suci dari campuran dan pencemaran. Sesuatu yang murni artinya bersihtanpa ada campuran, baik yang bersifat materi maupun nonmateri.  Adapun pengertian ikhlas menurut syara’ adalah seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Qayyim berikut: Mengesankan Allah dalam berniat bagi yang melakukan ketaatan, bertujuan hanya kepada Nya tanpa mempersekutukan Nya dengan sesuatupun. Dan menurut Al- Fairuzabi :” Ikhlas karena Allah , artinya meninggalkan riya’ dan tidak pamer.

Orang yang ikhlas adalah seseorang yang tidak peduli meskipun semua penghargaan atas dirinya hilang demi meraih kebaikan hubungan kalbunya dengan Allah, dan orang tersebut tidak ingin apa yang ia lakukan dipamerkan walaupun sebesar bizi zahrapun.

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Az- zumar ayat 14

È@è% ©!$# ßç7ôãr& $TÁÎ=øƒèC ¼ã&©! ÓÍ_ƒÏŠ ÇÊÍÈ 

Artinya :” Katakanlah: "Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku". (Q.S. Az-Zumar : 14)

Dikisahkan oleh Umamah ra, ada seorang laki-laki yang datang menemui Rasulullah saw.  dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pendapat Engkau tentang seseorang yang berperang dengan tujuan mencari pahala dan popularitas diri. Kelak, apa yang akan ia dapat di akherat?” Rasulullah saw., menjawab, “Dia tidak mendapatkan apa-apa. Orang itu mengulangi lagi pertanyaannya sampai tiga kali. Tetapi Rasulullah saw., tetap menjawabnya, “Ia tidak menerima apa-apa!” Kemudian Beliau saw., bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan, kecuali yang murni dan yang mengharapkan ridha-Nya”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i).

Keterangan itu menjelaskan kepada kita agar meluruskan niat dalam beramal. Amal perbuatan sangat tergantung pada niat. Niat yang baik akan mendapatkan pahala, walaupun amalan itu sangat kecil. Tetapi niat yang buruk akan mendapatkan dosa walaupun amalan itu sangat besar menurut syariat. Berjihad merupakan amalan yang sangat besar dan memerlukan pengorbanan yang sangat besar pula, baik harta maupun tenaga, bahkan bisa mempertaruhkan nyawa. Pahalanya pun luar bisa. Mati syahid merupakan mati yang paling mulia. Tetapi, jika niatnya buruk, umpamanya karena niat ingin disebut sebagai pejuang yang hebat, maka hasil yang didapatkan adalah kehinaan dan kesengsaraan di akherat nanti .

Demikian pula ikhlas merupakan dasar dari amalan hati, sedangkan pekerjaan anggota tubuh lainnya mengikut padanya dan menjadi pelengkap baginya. Ikhlas dapat membesarkan amal yang kecil hingga menjadi seperti gunung.

Sebaliknya Riya ([36]) akan mengecilkan amal yang besar hingga tidak punya timbangan di sisi Allah, melainkan lenyap begitu saja bagaikan debu yang berterbangan. [37]

Keikhlasan memberikan dorongan dan kekuatan, keikhlasanlah yang menimbulkan semangat kerja yang tidak mengenal lelah, yang menambah kesabaran dan ketekunan, lebih berani untuk terus maju dan lebih gigih untuk melanjutkan usahanya. Oleh karena itu keikhlasan sangatlah penting untuk menghayati sesuatu amalan, apabila memang diinginkan agar dapat terlaksana dengan baik dan sempurna, memperoleh hasil yang gilang-gemilang, terpuji serta di ridloi Allah swt. [38]

 

 

11)         JUJUR

Pada masa sekarang kejujuran merupakan hal yang langka, hal ini terbukti dari banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini, perilaku pelajar yang suka mencontek juga merupakan bukti belum melekatnya sikap jujur pada diri seseorang. Dalam lingkungan keluarga kejujuran merupakan salah satu kunci terciptanya kerukunan dalam antara sesama anggota keluarga demikian pula dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kejujuran akan mewujudkan terciptanya kemajuan dan keberhasilan dalam menggapai cita-cita yang diinginkan tanpa harus berurusan dengan berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh kebohongan pada diri sendiri maupun orang pihak lain.

Sikap jujur adalah bagian dari akhlakul karimah. Kejujuran akan mengantarkan pemiliknya meraih derajat dan kehormatan yang tinggi, baik di mata Allah swt maupun di mata manusia. Kejujuran Akan mengantarkan seseorang meraih surga yang penuh dengan kenikmatan, dan senantiasa berada dalam keridloan Allah swt. . perihal jujur telah banyak diterangkan dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah :

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qçRqä.ur yìtB šúüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ  

Artinya :” Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah : 119)

 Ayat tersebut memerintahkan kita agar bergaul dengan orang –orang yang benar (jujur). Dengan bergaul dengan orang yang jujur maka kita akan merasa aman dan terbebas dari permasalahan-permasalahan. Orang yang jujur dalam perkataanya selalu menjunjung tinggi kebenaran dan apabila hendak berkata bohong maka ia merasa takut kepada Allah swt.

Balasan bagi orang yang jujur adalah surga, sebagaimana difirmankan oleh Allah swt.

yÌôfuÏj9 ª!$# tûüÏ%Ï»¢Á9$# öNÎgÏ%ôÅÁÎ/ z>Éjyèãƒur šúüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# bÎ) uä!$x© ÷rr& z>qçGtƒ öNÎgøŠn=tæ 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. #Yqàÿxî $VJŠÏm§ ÇËÍÈ  

Artinya: “ supaya Allah memberikan Balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab : 24).

Rasulullah saw., Juga bersabda, Dari Ibnu Mas’ud dari Nabi saw, bahwa beliau telah bersabda :” Sesungguhnya jujur menunjukan kepada kebajikan dan kebajikan menunjukan kejalan surga. Sesungguhnya seorang yang jujur akan selalu melakukan kejujuran sehingga dicatatdi sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta menunjukan kepada kedurhakaan dan kedurhakaan menunjukan jalan neraka. Sesungguhnya seorang yang berdusta akan selalu melakukan kedustaan sehingga di catat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kejujuran senantiasa mengarahkan umat manusia kepada kebajikan, dan kebajikan akan mengantarkan pelakunya meraih derajat yang tiggi di dalam surga. Seorang yang berlaku jujur akan selalu mempertahankan kejujuranya itu hingga akhir hayatnya, sampai dengan mendapatkan predikat orang yang sangat jujur, baik dalam pandangan Allah swt. maupun sesama manusia. Sedangkan kedustaan hanya mengantarkan seseorang kepada kedurhakaan, yang pada akhirnya hanya akan mengantarkan seseorang menjadi penghuni nerakan.

Seorang muslim hendaknya selalu melakukan kejujuran sekalipun dirinya mengalami kehancuran, mendapatkan ancaman maupun tekanan. Sebab pada hakekatnya di dalam kejujuran terdapat kesuksesan, keselamatan, dan kemuliaan. Hanya orang yang jujur sajalah yang akan meraih derajat yang tinggi, kebahagiaan lahir bhatin dan keberhasilan yang luar biasa.

Rasulullah saw., merupakan manusia yang  jujur sehingga mendapatkan predikat “al amin” (yang dapat dipercaya) [39]. Orang yang jujur akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain, sehingga bisa mengantarkan seseorang menjadi orang yang sukses. Dalam menghadapi segala permasalahan hidup manusia harus senantisa berpegang pada kejujuran, yakinlah bahwa kejujuran akan mengantarkan kita menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

 

12)  SEDERHANA

Bersikap sederhana merupakan perbuatan yang mulia dan merupakan bagian dari akhlakul karimah. Lawan kata dari sederhana adalah tamak terhadap harta dan sikap  bermegah-megahan. Allah swt. melarang kita untuk bermegah-megahan dalam harta karena sesungguhnya harta hanyalah titipan dan tidak akan dibawa kealam kubur, bahkan tak jarang orang yang bergelimpangan harta menjadi orang yang sombong, takabur dan lalai terhadap perintah Allah swt.

Allah swt. berfirman :

ãNä39ygø9r& ãèO%s3­G9$# ÇÊÈ   4Ó®Lym ãLänöã tÎ/$s)yJø9$# ÇËÈ

Artinya :”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.”( QS. At- Takasur :1-2)

Keterangan ayat di atas adalah banyak orang yang bermegah-megahan terhadap harta sehingga mereka lalai akan tugas dan kewajibanya di dunia untuk beribadah kepada Allah swt. dan memberikan sebagian rizkynya untuk dibelanjakan di jalan Allah swt. seperti untuk memberikan  bantuan kepada fakir miskin, anak yatim, pembangunan tempat ibadah, madrasah, dan lain sebagainya. Kelalaianya itu akan terbawa sampai di alam kubur sehingga mereka akan mendapatkan balasan dari Allah swt. berupa siksa yang pedih di neraka dan mereka akan ditanya tentang nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt. dipergunakan untuk apa di dunia.

Maka hendaknya manusia bersikap sederhana dalam hidupnya, tidak boros dan bermewah-mewahan. Ingatlah di kanan kiri kita banyak terdapat orang yang membutuhkan bantuan dari kelebihan harta yang kita miliki. Rasulullah saw., Juga menganjurkan kepada umatnya agar senantiasa bersikap sederhana, baik dalam beribadah, bertingkah laku, berpakaian maupun dalam berpola hidup.

b.              Akhlakul Madzmumah (akhlak tercela) Merusak Tatanan Kehidupan

Akhlak tercela dalam kehidupan kita sangatlah banyak, penulis hanya menyampaikan beberapa bentuk akhlak tercela yang sangat penting untuk kita ketahui. Di antara akhlak tercela tersebut akan penulis paparkan sebagai berikut:

1.    UJUB

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai berikut: "Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih wara' dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!". Orang yang demikian itu, beranggapan bahwa segala kesuksesan yang diraihnya, seperti harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, kepandangan yang tak tertandingi semata-mata karena hasil usaha serta kehebatan dirinya. Semua itu ia pikir, ia raih tanpa bantuan dari siapapun, termasuk Allah SWT. orang yang bersikap/berperilaku ‘ujub’ biasanya selalu merasa dirinya benar, tidak pernah salah atau keliru, karenanya tidak bisa menerima kritik orang lain.

Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ujub antar lain Surat At-Taubah:55 yang artinya: “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu (menjadikan kamu bersikap ujub). Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir”. (QS. Taubah: 55)

Abu Wahb al-Marwazi berkata, Aku bertanya kepada Ibnul Mubarak, Apakah kibr (sombong) itu?،¨ Dia menjawab, Jika engkau merendahkan orang lain.،¨ Lalu aku bertanya tentang ujub, maka dia menjawab jika engkau memandang bahwa dirimu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, aku tidak tahu sesuatu yang lebih buruk bagi orang yang shalat daripada ujub.

Berikut ini adalah  hal-hal yang Dipakai 'Ujub dan Terapinya:

 

1. Ujub dengan fisiknya

Pengobatan jenis 'ujub ini adalah dengan tafakkur (memikirkan)  tentang berbagai kotoran batinnya, tentang mula penciptaan dan akhir kesudahannya, tentang bagaimana wajah yang cantik dan tubuh yang gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di kubur hingga menjijikkan.

2. Ujub dengan kedigdayaan dan kekuatan

'Ujub dengan kekuatan mengakibatkan kekalahan dalam peperangan, pencampakan diri ke dalam kebinasaan dan terburu-buru. Terapinya ialah dengan mengetahui bahwa meriang sehari saja bisa melemahkan kekuatannya dan bahwa apabila ia ujub dengan kekuatannya bisa jadi Allah akan mencabutnya dengan sebab pelanggaran paling ringan yang dilakukannya.

3. Ujub dengan intelektualitas

Terapinya ialah dengan bersyukur kepada Allah atas karunia intelektualitas yang telah diberikan-Nya, dan merenungkan bahwa dengan penyakit paling ringan yang menimpa otaknya sudah bisa membuatnya berbicara melantur dan gila sehingga menjadi bahan tertawaan orang. Ia tidak aman dari ancaman kehilangan akal jika ia ujub dengan intelektualitas dan tidak mensyukurinya. Hendakalah ia menyadari keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah pula ia mengetahui bahwa ia tidak diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit, sekalipun ilmu pengetahuannya luas.

4. Ujub dengan nasab terhormat

Terapi penyakit ini adalah mengatahui bahwa jika ia menyalahi perbuatan dan akhlak nenek moyangnya dan mengira bahwa ia akan disusulkan dengan mereka maka sesungguhnya ia bodoh, tetapi jika meneladani nenek moyangnya maka hendaknya mengetahui bahwa nenek moyangnya tidak pernah ujub bahkan mereka senantiasa khawatir terhadap dirinya. Mereka mulia karena ketaatan, ilmu, dan sifat-sifat terpuji bukan dengan nasab.

5. Ujub dengan nasab para penguasa yang zhalim dan pendukung meraka.

Terapinya adalah dengan merenungkan tentang berbagai kehinaan mereka dan tindakan-tindakan kezhaliman mereka terhadap para hamba Allah, kerusakan yang meraka lakukan terhadap agama Allah, dan bahwa mereka adalah orang yang dimurkai Allah.

6. Ujub dengan banyaknya jumlah anak, pelayan, budak, keluarga, kerabat.

Terapinya adalah merenungkan tentang kelemahannya dan kelemahan mereka, bahwa mereka semua adalah hamba yang lemah, tidak kuasa memberi manfaat dan bahaya kepada diri mereka sendiri.

7. Ujub dengan harta

Terapinya adalah merenungkan tentang keburukan-keburukan harta kekayaan, hak-haknya yang banyak, dan para pendengkinya yang rakus. Kemudian memperhatikan keutamaan orang-orang fakir dan bahwa mereka akan masuk surga terlebih dahulu pada hari kiamat.

8. Ujub dengan pendapat yang salah

Terapi ujub ini lebih berat ketimbang terapi 'ujub yang lainnya, karena pemilik pendapat yang salah tidak mengetahui kesalahannya, seandainya tahu pasti ditinggalkannya. Tidak akan mengobati penyakit orang yang tidak tahu bahwa dirinya sakit. Terapinya secara umum adalah hendaknya ia selalu menuduh pendapatnya sendiri dan tidak terpedaya, kecuali jika secara pasti didukung oleh Al-Qur'an atau sunnah atau dalil akal yang shahih yang memenuhi berbagai persyaratannya.

 

2.    TAKABBUR

Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima kebenaran serta memandang kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur sama dengan sombong. Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh setiap muslim muslimah. Sebagaimana Allah berfirman:

“Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur (sombong). (QS. An-Nahl:23)

Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir. Kesombongan batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan kesombongan zahir adalah kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang bersifat sombong, maka apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut dengan kibr (sifat sombong).

Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di timbulkan dari sifat ini. Rasulullah bersabda :

“Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)

Terapi sifat sombong dan cara memperoleh sifat tawadhu’
Terapi sifat sombong pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Terapi pengobatannya adalah dengan ilmu dan amal. Karena penyakit ini tidak mungkin dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah dengan mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Apabila seseorang telah mengetahui dan menyadari dengan benar siapa hakikat dirinya, maka dia akan merasa dirinya hina dan penuh kelemahan. Selanjutnya, akan menjadikannya sebagai seorang yang tawadhu’. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu’.

 

3.    PUTUS ASA

Putus asa adalah suatu sikap atau perilaku seseorang yang menganggap drinya telah gagal dalam menghasilkan sesuatu harapan cita-cita. Ia tidak mau kembali lagi untuk berusaha yang kedua kalinya. Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi manusia.

Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus asa dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)

 Allah SWT menyamakan sifat putus asa dengan kekafiran, karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua sifat itu sama besar dan dasyat. Karena apabila ia diberi beban atau sesuatu yang harus siselesaikan dan perlu segera dilaksanakan demi kepentingan masyarakat, ia meninggalkannya secara perlahan-lahan, bahkan terkadang tidak mengerjakan sama sekali. Ia merasa keberatan atau menganggap bahwa apa yang dititipkan kepadanya terlampau berat sehingga ia enggan dan berputus asa untuk meneruskannya. Tentu saja hal itu merugikan diri sendiri dan masyarakat. 

Sifat putus asa akan memuat kebekuan, kelumpuhan, dan kemunduran. Selain itu, sifat putus asa juga dapat menyebabkan seseorang bagaikan seekor binatang yang selalau membisu, apa yang dilakukannya hanya berdasarkan pada instingnya. Orang berputus asa sma sekali tidak terpikirkan tentang kemajuan diri untuk meningkatkan untuk meniingkatkan keatas (lebih baik) dan menjadi makhluk yang sempurna, berpandang luas dan kepribadian yang baik bahkan utuk meraih cita-citanya.

Usaha-usaha untuk tidak mudah terjerumus dalam sifat putus asa, diantaranya:

a)    Terpilaharanya kekuatan iman pada diri seseorang.

b)   Meningkatan ketakwaan dan taqarrub kepada Allah swt.

c)    Menjaga harkat dan martabat serta derajat kemanusiaan.

d)   Menjadi orang yang tabah dalam menjalani kehidupan.

e)    Menubuhkan kesadaran untuk memicu diri dalam beramal shaleh.

f)    Meningkatkan kesadaran diri untuk mengabdi kepada Allah swt.[40]

Manusia memang seringkali dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang menyulitkan. Banyak diantara manusia yang bahkan tidak mampu menanggung beban dari permasalahanya sehingga melakukan perbuatan yang dilarang agama, seperti bunuh diri, lari dari masalah dengan bersenang-senang, mabuk-mabukan, mengkonsumsi minuman keras dan perbuatan tidak terpuji lainya. Semua itu adalah bentuk dari keputus asaan seseorang terhadap ketentuan Allah swt.

Segala permasalahan yang kita hadapi hendaknya kita hadapi dengan penuh lapang dada dan keikhlasan. Marilah kita kembalikan segala permasalahan kita kepada Allah swt, dengan tawakal. Karena putus asa bukanlah sebuah solusi untuk mengghadapi masalah akan tetapi merupakan sebuah kerugian bagi manusia dan bentuk ketidak berdayaan seorang. Padahal Allah senantiasa member kesempatan bagi mahluknya untuk merubah keadaan yang ada pada dirinya, dan Allah tidak akan menguji di luar batas kemampuan hambanya.

 

4. BERLEBIH-LEBIHAN

Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan moral, harta benda dan kerusakan alam.

Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya:

Artinya: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).

Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:

Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang muslim dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 26-27).

Ayat di atas memerintahkan kepada kita agar menjauhi sikap boros karena sesungguhnya orang-orang yang boros adalah saudaranya setan. Untuk itu hendaknya kita berhemat dalam membelanjakan barang, mengatur segala sesuatu agar tidak menjadi berlebih-lebihan, seperti : membeli sesuatu sesuai dengan kebutuhan, berpakaian secara sederhana, tidak memakai perhiasan yang berlebihan, bergaul di lingkungan  masyarakat dengan baik dan  tidak berlebih-lebihan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antara lain sebagai berikut:

a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.

b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.

c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.

d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.

Dari pemaparan di atas sudah barang tentun kita diharapkan untuk bisa bersikap sederhana dan menjauhi segala bentuk sikap berlebih-lebihan dalam kehidupan kita.

 

5.   IRI HATI ATAU DENGKI (HASAD)

Syeikh Abu Hamid Al-Ghazali berkata: “Ketahuilah bahwa tidak ada kedengkian (hasad), kecuali terhadap kenikmatan, jika Allah memberi nikmat kepada saudaramu, maka ada dua hal yang ada pada dirimu. Pertama, benci kepada seseorang yang memperoleh nikmat, dan berharap agar nikmat itu lenyap dari padanya. Keadaan ini disebut dengki. Batasan dengki adalah benci terhadap nikmat, dan ingin melenyapkan dari orang yang mendapat karunia. Kedua, ia sendiri mengharapkan agar mendapat nikmat itu tanpa berusaha melenyapkan nikmat yang dimiliki orang lain.

Dengki dapat di timbulkan karena iri melihat orang maju, seperti teman mendapat jabatan, teman memperoleh harta sehingga menjadi kaya, dan lain sebagainya.[41]

Sifat pertama di atas adalah haram hukumnya dalam segala hal. Betapa ganasnya penyakit nafsiyah ini menyerang manusia, bisa kita lihat dalam berbagai hadits Rasulullah saw., Di antaranya :

“Hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api yang melalap kayu bakar”. (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah, dan Ibnu Majah dari Abbas)

“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling memutuskan hubungan persaudaraan, jangan saling membenci, jangan pula saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba Allah sebagai saudara”.(HR. Bukhari Muslim)

Orang yang memiliki sifat dengki juga bisa dilihat jika ia merasa bahagia ketika orang lain mendapatkan suatu bencana atau musibah. Kegembiraan yang demikian itu dinamakan Syamatah, yaitu bahagia yang timbulnya sebab mendengar atau melihat adanya kesusahan, kemelaratan, kecelakaan yang menimpa orang yang dianggap saingan atau lawan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya :

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya”.(HR. Ali Imran:120)

Dengki adalah pangkal dari semua perilaku tercela. Misalnya menggunjing, adu domba, menyebar fitnah. Oleh sebab itu, sifat dengki harus dijauhi karena sifat ini hanya akan membawa manusia terhadap kemelaratan dan rusaknya silaturahim.

Bahaya mempunyai sifat Hasad (iri hati atau dengki), di antaranya:

1)   Mengurangi teman dan mempersempit pergaulan

2)   Menciptakan musuh.

3)   Merusak kesehatan

4)   Menghilangkan pahala kebaikan [42]

Solusi untuk menghindari sifat dengki, di antaranya:

1)   Menyadari dan selalu ingat bahwa iri dengki hanya akan menghapus amal baik kita.

2)   Menyadari dan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan.

3)   berikhtiyar dan berdoa

Dari keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa iri dan dengki merupakan akhlak tercela yang ditimbulkan oleh rasa cemburu terhadap nikmat yang diterima oleh orang lain. Rasa iri yang berlebih-lebihan bisa menyebabkan kedengkian di dalam hati. Iri dan dengki  banyak terjadi pada permasalahan harta benda (urusan duniawi), contoh : orang merasa iri terhadap tetangganya yang memiliki rumah bagus, mobil mewah dan harta berlimpah, melihat tetangganya sukses dalam berusaha orang merasa iri dan timbul kedengkian di dalam hatinya.

Pada dasarnya sifat dengki merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya dan dilarang oleh Islam, hal tersebut bisa dilihat dalam (QS. Al Hasr :10) :

šúïÏ%©!$#ur râä!%y` .`ÏB öNÏdÏ÷èt/ šcqä9qà)tƒ $uZ­/u öÏÿøî$# $oYs9 $oYÏRºuq÷z\}ur šúïÏ%©!$# $tRqà)t7y Ç`»yJƒM}$$Î/ Ÿwur ö@yèøgrB Îû $uZÎ/qè=è% yxÏî tûïÏ%©#Ïj9 (#qãZtB#uä !$oY­/u y7¨RÎ) Ô$râäu îLìÏm§ ÇÊÉÈ  

Artinya :”dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hasr :10)

Ayat di atas menerangkan betapa bahayanya sifat dengki, untuk itu marilah kita senantiasa berusaha dan berdoa agar senantiasa terbebas dari sikap iri dan dengki. Dengan demikian Insya Allah hidup kita akan terasa damai, di cintai oleh orang banyak dan menjadi hamba Allah yang lebih bersyukur terhadap apapun nikmat yang diberikan oleh-Nya kepada kita.

 

6.   FITNAH

Namimah atau memfitnah adalah perbuatan yang menceritakan tingkah laku seseorang kepada orang lain (dengan cerita yang tidak jujur) bertujuan agar terjadi perpecahan.

Namimah artinya mengadu domba, yaitu kegiatan mengadu dua orang atau kelompok supaya bermusuhan dan saling membenci.[43]

Pengerian menfitnah, yang berkembang dimasyarakat adalah adu domba, yaitu seseorang menceritakan kelakuan orang lain dengan cerita yang palsu atau yang dibuat-buat dengan tujuan menghancurkan dan menjatuhkan atau merendahkan nama baik seseorang atau golongan. Oleh sebab itu, fitnah di katakan lebih kejam dari pada pembunuhan, mengapa demikian? Jika pembunuhan hanya merusak jasmani seseorang, maka fitnah merusak mental, menyulut permusuhan, dan sering berakhir dengan perkelahian atau peperangan yang banyak menelan korban jiwa.[44]

 

 

 

Bahaya fitnah sebagai berikut:

a.    Fitnah dapat berakibat pembunuhan

Artinya :

           “Dan fitnah itu lebih besar bahaya dari pembunuhan”. (QS. Al- Baqarah:191)

b.   Timbulnya kekacauan dalam masyarakat

c.   Timbulnya permusuhan. [45]

            Allah swt. melukiskan bahaya menfitnah itu melebihi bahayanya pembunuhan, karena orang atau golongan yang difitnah akan terbunuh kariernya dan nama baiknya.

Rasulullah saw, memberikan peringatan dengan sabdanya:

Artinya:“maukah ku kabarkan kepadamu sekalian, akan orang-orang yang paling jahat di antara kamu? Mereka menjawab: mau…! “bersabda Rasulullah SAW: itulah orang yang membawa-bawa fitnah, merusak hubungan orang yang sedang berkasih-kasihan dan mencari aib-aib orang yang tidak brsalah” (HR.Muslim).

Cara menghindari sifat namimah atau fitnah dari orang lain adalah dengan melakukan tabayyun atau konfirmasi tentang kebenaran berita

Hikmah menghindari fitnah adalah sebagai berikut:

a.    Kedamaian dan ketretraman

b.    Persaudaraan

c.    Persatuan dan kesatuan

 

7.   MENCURI

Mencuri adalah mengambil milik orang lain dengan jalan yang  sah.mencuri sangat merugikan orang lain dalam hal materi, merugikan seseorang, kelompok maupun golongan sampai merugikan Negara.

Syariat islam sangat melindungi hak milik orang atau kelompk atau Negara. Firman Allah swt. :

Artinya:

“laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Maidah: 38)

Mencuri merupakan yang tercela dan bertentangan dengan perintah agama, harta yang dihasilkan dengan cara mencuri adalah harta haram. Mencuri juga merupakan perbuatan yang merugikan orang lain, untuk itu Rasulullah saw., sangat tegas dalam urusan ini bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw., menyampaikan yang keteranganya apabila yang mencuri adalah putrinya sendiri maka beliau tidak segan-segan untuk memotong tanganya.

Hikmah menghindari sikap mencuri adalah sebagai berikut:

a.    Menghormati atau menjaga hak milik.

b.    Menjaga harga diri.

c.    Membawa ketenangan hati.[46]

Dengan demikian perbuatan mencuri harus dihindari demi terciptanya kehidupan masyarakat yang tentram, aman dan damai, jauh dari rasa was-was dan keresahan.

 

8.   KHIANAT

Khianat artinya tipu daya dan perbuatan yang tidak setia. Sedangkan penghianatan adalah orang yang tidak setia kepada Negara, teman dan sebagainya. Khianat ini salah satu tanda orang munafiq. Sabda Rasulullah saw. :

Artinya:“tanda munafiq itu tiga: apabila berkata ia dusta, apabila berjanji ian ingkari dan apabila dipercaya ia khianati. (HR.Bukhari dan Muslim)

Menghindari sifat khianat dapat dilakukan dengan cara berperilaku amanah.

Hikmah menghindari sikap Khianat, diantaranya:

a.    Terwujudnya keamanan dan ketertiban.

b.    Menciptakan kedamaian dan ketenangan.

c.    Dipercaya dan mudah meraih cita-cita.

d.   Terciptanya kesenangan dan kemakmuran.[47]

Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu seperti di sebutkan oleh Ibnu Qoyyim rahimullah, sebagai berikut:

1. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di dalam hati, dan maksiat mematikan itu.

2. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad, "Seorang    hamba bisa terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya."

3. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada terasa kelezatan.

4. Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti perasaan di kegelapan malam.

5. Terhalangnya ketaatan.

6. Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya.

7. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf: Hukum kejahatan adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan melahirkan kebaikan lagi.

8. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.

9. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan, dan kebaikan melahirkan kebanggaan dan kejayaan.

10. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.

Khianat bukanlah akhlak seorang muslim melainkan akhlak seorang yang munafik, untuk itu sikap tersebut harus kita hindari sejauh mungkin. Jadilah manusia yang bisa mengemban amanah agar kita mendapat kepercayaan dari orang lain dan mendapatkan kedudukan yang mulia di mata Allah swt.

 

9. RIYA

Kata riya’ berasal dari “ru’yah” (melihat). Adapun secara pengertian riya adalah mencari kedudukan di hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka beberapa hal kebijakan. Nama riya itu dikhususkan dengan hukum adat/kebiasaan dengan mencari kedudukan di hati manusia dengan ibadah dan memperlihatkanya. Dengan demikian, maka definisi riya adalah keinginan hamba akan kedudukan di hati manusia dengan cara mentaati Allah swt.,  maka orang yang berbuat riya itu adalah orang yang beribadah dengan memperlihatkan ibadahnya kepada manusia, dan orang yang kepadanya diperlihatkan kedudukan di hati mereka.[48]

Dari pengertian di atas riya erat kaitanya dengan sanjungan dan pujian. Orang yang memiliki riya di hatinya selalu mengharapkan sanjungan dan pujian dari orang lain, ibadahnya tidak ditujukan semata-mata karena Allah swt.

Riya merupakan akhlak tercela dan sangat dibenci oleh Allah swt.

Allah swt. berfirman :

×@÷ƒuqsù šú,Íj#|ÁßJù=Ïj9 ÇÍÈ   tûïÏ%©!$# öNèd `tã öNÍkÍEŸx|¹ tbqèd$y ÇÎÈ   tûïÏ%©!$# öNèd šcrâä!#tãƒ ÇÏÈ    

Artinya :” Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,orang-orang yang berbuat riya “ ( QS.Al-Ma’un : 4-6) [49]

Ali bin Abu Thalib Karromallahu Wajhah, berkata :” Bagi orang yang berbuat riya itu mempunyai tiga alamat : 1, malas bilamana sendirian, 2. Rajin apabila ia bersama dengan manusia, 3. Menambah amal bilamana dia dipuji, dan menguranginya manakala ia dicela. [50]

Untuk mengatasi riya bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

Ø  Meluruskan niat semata-mata karena mengharap ridlo Allah swt

Ø  Menjauhkan segala bentuk pengharapan terhadap segala pujian orang lain

Ø  Menjalankan amal perbuatan dengan penuh keikhlasan

Ø  Menyadari akan bahaya sifat riya

Ø  Tidak menganggap diri kita sebagai orang yang paling baik ibadahnya

Ø  Selalu merasa rendah hati dan tidak menampakan kelebihan yang dimiliki yang bisa menimbulkan sifat riya.

Rasulullah saw., Bersabda : “ bahwa seorang hamba tidak menghambakan ketaatanya kepada Allah dengan menghendaki kepada manusia “. Ini merupakan siolusi agar ibadah kita bisa diterima oleh Allah dan terhindar dari perbuatan riya yang menjerumuskan kita kedalam kehinaan dan kedudukan yang rendah dihadapan Allah swt, karena pada hakekatnya riya bisa dikatakan sebagai syirik kecil.

 

10.                SOMBONG

Sombong merupakan bagian lain dari akhlak tercela, kesombongan adalah suatu sikap yang menganggap dirinya paling hebat dibandingkan dengan orang lain. Orang lain dianggap rendah dan memiliki kedudukan yang lemah dimatanya. Kesombongan bisa menimbulkan sifat takabur.

Di dalam Al-Qur’an banyak petunjuk dari Allah swt., bahwa dia tidak senang pada orang  yang melampaui batas, yang sombong dan arogan bahkan sangat membenci perbuatan semacam itu. Oleh karena itu sebaiknya perilaku kita jangan sampai melanggar semua yang dibenci oleh-Nya. Sebab akibatnya sangat fatal. Allah telah member petunjuk pada hamba-Nya, seperti yang tertera dalam firmanya :

Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ  

Artinya :”dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(QS.Luqman : 18)

Pada umumnya orang yang telah memiliki harta yang berlimpah merasa bahwa semua itu atas usahanya sendiri, akibatnya ia menjadi sombong dan suka melampaui batas. Dia lupa bahwa semua itu pemberian Allah, meski ia telah berusaha. Dengan demikian sebenarnya dia telah merendahkan martabat dan kekuasaan Allah. Oleh sebab itu Allah swt., sangat membenci orang –orang yang berlaku sombong dan melampau batas.

Telah banyak contoh di dalam kehidupan ini yang menunjukan betapa berat siksa yang diberikan Allah bagi mereka yang telah melupakan perbuatan tersebut, selagi mereka masih hidup di dunia.

Banyak orang yang berpendapat bahwa berbagai macam bencana yang datang silih berganti di negeri ini juga sebagai akibat perbuatan yang dibenci oleh Allah swt., sebab telah banyak orang melakukan perbuatan yang melampaui batas dan banyak orang yang begitu sombong setelah dianugerahi kedudukan, kekuasaan maupun harta kekayaan oleh Allah swt., mereka lupa bahwa semua anugerah itu pada hakekatnya datang dari Allahswt., semata.[51]

Untuk mengatasi sifat sombong hendaknya kita meyadari bahwa manusia adalah mahluk yang lemah memiliki banyak kekurangan. Kita bisa berhasil bukanlah semata-mata hasil usaha kita tetapi berkat bantuan orang lain juga. Terlebih jika Allah tidak menghendaki maka kita tidak akan menjadi apa-apa di dunia ini. Kesombongan adalah sifat Allah yang tidak pantas dimiliki oleh kita sebagai makhluknya. Dengan demikian maka seharusnya kita bersikap rendah hati dan merasa lemah dihadapan Allah swt., dan jangalah sekali-kali kita menampakan kesombongan di muka bumi ini.

Segala bentuk ahlak tercela yang telah disebutkan di atas merupakan perbuatan dan sikap yang harus kita hindari jauh-jauh karena dampaknya sangat besar dalam kehidupan kita, jika akhlak tercela tersebut melekat pada diri kita maka akan menimbulkan kegelisahan, kegundahan, dan semakin menjauhkan diri kita dari  Allah swt. Akhlak tercela tersebut juga akan merusak tatanan kehidupan dalam masyarakat, manusia akan saling membenci satu sama lain, mereka saling berlomba-lomba untuk memperoleh kepuasan bhatin dengan bersikap sombong, takabur, tamak terhadap harta dan lain sebagainya, keikhlasan bisa jadi hanya di lisan saja tetapi sesungguhnya dalam hatinya terdapat ria yang sudah mengarat.

Jika sudah demikian maka kehidupan akan mengalami kemerosotan akhlak, orang sudah tidak mempedulikan lagi ajaran agama, masyarakat rusak, generasi terancam degradasi moral, yang lebih ditakutkan lagi adalah di tutupnya pintu hidayah oleh Allah swt.

Untuk itu perlu kita kaji betul-betul akhlakul madzmumah jangan sampai akhlak tercela tersebut menempel pada diri kita. Jauhi perbuatan-perbuatan tersebut, berpeganglah kepada jalan yang benar yaitu jalan yang diridloi Allah swt., hiasilah diri kita dengan akhlakul karimah sebagai bukti ketundukan kita kepada-Nya, agar mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.  AKHLAKUL KARIMAH DALAM LINGKUNGAN KELUARGA

 

Keluarga merupakan wadah yang paling berpengaruh terhadap pembentukan akhlak, peran orang tua dan seluruh anggota keluarga dibutuhkan untuk membentuk karakter yang kuat terhadap perilaku dan sikap seluruh anggota keluarga. Penanaman nilai-nilai akhlakul karimah haruslah dimulai dari keluarga, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Berikut akan dibahas mengenai pembentukan akhlakul karimah dalam lingkungan keluarga yang akan diuraikan menjadi beberapa sub pokok pembahasan sebagai berikut :

 

a.  Keluarga Sebagai Pusat Pendidikan Akhlak Bagi Anak

Semenjak anak dilahirkan keluarga merupakan tempat pertama kali seseorang mengenal segala sesuatu mulai dari belajar berjalan, berbicara, makan, minum, menghafal, mengerti perilaku baik dan buruk, dan lain sebagainya. Keluarga yang baik adalah keluarga yang bisa menjadi pusat segala macam pendidikan termasuk pendidikan akhlak.

Keluarga ([52]) adalah pusat pendidikan ([53]) yang pertama bagi seorang anak, dalam keluarga anak dikenalkan berbagai sikap dan perbuatan. Orang tua memiliki peran yang sangat besar terhadap prilaku anak. Anak akan berkembang mengikuti apa yang dibiasakan oleh orang tua dalam keluarga.

Dalam Islam orang tua diwajibkan untuk memberikan pendidikan agama bagi anak-anaknya, tanggung jawab yang cukup berat yang harus dilaksanakan orang tua karena pendidikan agama, terutama akhlak merupakan pendidikan moral yang membutuhkan proses panjang. Pembentukan sikap yang baik haruslah melalui banyak tahapan mulai dari pengenalan, pengamalan dan pembiasaan yang terus menerus.

Sebagaaimana hanya makanan, minuman, pakaian dan perumahan merupakan kebutuhan material yang primer dalam suatu keluarga, maka akhlak adalah kebutuhan primer dari segi moral. Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakan keluarga sejahtera.

Keluarga yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak akan bahagia, sekalipun kekayaan materinya melimpahruah. Sebaliknya terkadang suatu keluarga serba kekurangan dalam ekonomii rumah tangganya namun dapat berbahagia karena faktor akhlak tetap dipertahankan seperti apa yang tercermin dalam rumah tangga Rasulullah saw., Akhlak yang luhur itulah yang mengharmoniskan rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak. Segala tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu-waktu datang melanda, dapat dihadapi dengan rumus-rumus akhlak. Tegasnya, akan meranalah rumah tangga yang tiada dihiasi dengan akhlakul karimah dan bahagialah rumah tangga yang dirangkum dengan keindahan akhlak. [54]

Pendidikan akhlak dalam keluarga haruslah dilaksanakan oleh seluruh anggota keluarga mulai dari ayah, ibu, anak dan komponen-komponen yang menyatu dengan keluarga seperti kakek, nenek, saudara bahkan pembantu rumah tangga dan orang-orang dekat yang berinteraksi dengan keluarga. Prilaku anak sangat ditentukan oleh prilaku anggota keluarganya. Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap pendidikan akhlak anggota keluarganya,[55] karena Allah swt., memerintahkan agar memelihara keluarga agar terjauh dari api neraka dalam firmanya sebagai berikut.

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  

Artinya :” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S at Tahrim : 6)

Ayat diatas merupakan perintah kepada kita semua agar menjaga keluarga ([56]) dari panasnya api neraka.Akhlak merupakan salah satu hal yang harus kita jaga, karena akhlak sangat berpengaruh terhadap perbuatan kita sehari-hari. Apabila akhlak yang tertanam dalam keluarga adalah akhlakul karimah maka terpeliharalah mereka dari kemungkaran dan kesesatan, tetapi apabila dalam keluarga terbiasa dengan akhlak yang tercela, seperti mencuri, iri, dengki, hasud, sombong, ananiah, dan sikap yang tidak baik lainya, maka mereka terancam akan terjerumus kedalam kemungkaran dan kehancuran.

Menurut Ibnu Miskawaih, tujuan pendidikan akhlak adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara sepontan untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik, sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna (al-sa’adat). [57] Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan akhlak dalam  keluarga yaitu menciptakan seluruh anggota keluarganya menjadi manusia yang mengenal kebaikan dan bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan akhlak, maka dibutuhkan peran yang besar bagi para orang tua agar dapat membawa keluarganya menjadi manusia yang berakhlakul karimah.

 

b. Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Akhlak Keluarga

Peranan orang tua dalam pembentukan akhlak dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan melatih anak sejak dini untuk memiliki sikap jujur. Melatih bersikap jujur pada anak bisa dilakukan dengan beberapa  cara, diantaranya adalah dengan melatih anak untuk bercerita apa yang dialaminya pada hari itu. Pengalaman yang menarik ataupun pengalaman yang menjengkelkan sekalipun hendaknya diungkapkan, apabila anak sudah terbiasa bercerita dengan jujur maka ketika ditanya anak akan menjawabnya dengan jujur.

Kejujuran juga bisa muncul karena sikap kedua orang tua dan orang yang berada dalam lingkungan keluarga, mereka harus senantiasa mengajari kejujuran pada anak dengan sikapnya.

Selain sikap jujur orang tua juga bisa berperan dalam pembentukan sikap sabar bagi anggota keluarganya. Sikap sabar bisa diajarkan  melalui cerita-cerita Nabi dan kisah orang –orang soleh, seperti cerita nabi Ayub yang sabar dalam menerima ujian dari Allah swt. berupa diberi penyakit yang menjijihkan, Nabi Yakub yang sangat sabar menghadapi anak-anaknya yang berperilaku tidak baik kepada Nabi Yusuf as., kisah Bilal yang sabar dalam menghadapi hukuman dari orang-orang kafir qurais, kisah nabi Ibrohim as. Yang sangat sabar dalam menantikan kehadiran putranya Ismail as. Bahkan ketika sudah dikaruniai seorang putra harus dikorbankan untuk disembelih, Nabi Yunus as. yang sabar berada dalam perut ikan dalam waktu yang lama, dan masih banyak kisah dari para kekasih Allah swt. lainya.

Nabi Muhammad saw. merupakan tauladan bagi kita  dalam segala hal, beliau adalah orang yang sangat sabar dalam menegakan ajaran Allah swt, berbagai rintangan beliau hadapi tanpa mengeluh dan putus asa. Ini semua bisa dijadikan sebagai motifasi dalam menanamkan nilai-nilai kesabaran terhadap anak.

Peran orang tua dalam pembentukan akhlakul karimah keluarga merupakan hal yang mendasar yang harus dilakukan, pembiasaan-pembiasaan sikap tawadu, ikhlas, sabar, jujur, amanah, sopan, malu yang positif, husnuzan, gemar menolong, tasamuh dan sikap-sikap terpuji lainya adalah hal yang mutlak harus dilakukan dalam pergaulan sehari-hari dalam lingkungan keluarga. Apabila ada salah satu dari anggota keluarga yang bersikap negatif maka segera untuk diingatkan agar tidak terjadi pengulangan perbuatan yang sama.

Dalam mendidik anak Rasulullah memberikan keistimewaan terhadap anak perempuan, belau bersabda.[58]

لآَ تُكْرهُوْاالْبَنَاتِ, فَاِ نّهُنَّ الْمُؤْنِسَا تُ الْغَا لِيَا تُ.( رواه عقبة بن عا مر)

Artinya : “janganlah kalian memaksakan anak-anak perempuan. Karena sesungguhnya mereka itu anak –anak yang lemah lembut lagi dicintai”. (Riwayat Uqbah Ibnu Amir).

Al Munisat, lemah lembut lagi sangat peka, dan halus perasaanya. Al Ghaaliyaat, sangat berharga. Makna yang dimaksud adalah sangat dicintai. Mendidik anak perempuan tidak boleh dengan cara yang kasar, melainkan dengan cara yang layak bagi kewanitaanya, yaitu dengan lemah lembut dan kasih sayang. Jangan pula memaksakan mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak disukainya dan tidak layak bagi kewanitaanya. Dalam hadis lain disebutkan Nabi saw. Pernah bersabda, “ Berlaku lemah lembutlah terhadap wanita”. Beliau saw. Mengumpamakanya dengan botol dalam hal mudah pecahnya.[59]

Apabila orang tua telah berperan baik dalam pembentukan akhlak dalam keluarga, maka keluargapun akan terasa tenang, tentram dan damai, jauh dari masalah dan perselisihan dalam keluarga. Harapan untuk menjadi keluarga sakinah, mawadah warahmah Insya Allah akan terwujud.

 

c.  Pembiasaan Perilaku Yang Baik dalam Keluarga

Kehidupan keluarga yang penuh dengan problematika menjadikan berbagai konflik dalam keluarga muncul, adalakanya konflik itu terjadi antara orang tua terhadap anak ada kalanya terjadi antara kedua orang tua itu sendiri, anak yang tidak bisa menerima keadaan terkadang sering marah dan membenci orang tuanya sendiri, mereka menganggap orang tua tidak mau mengerti dengan keadaanya. Islam sangat melarang membenci orang tua, dalam hadisnya Rasulullah saw., bersabda.

لاَتَرْغَبُوْاعَنْ اَبَا ئِكُمْ, فَمَنْ رَغِبَ عَنْ اَ بَوَيْهِ فَقَدْ كَفَرَ. (رواه ا لبخاري )

Artinya : “janganlah kalian membenci orang-orang tua kalian, barang siapa benci kepada kedua orang tuanya, maka sesungguhnya ia telah kafir (ingkar)”.[60]

Hadis diatas melarang kita membeci orang tua, seberapapun kita marah terhadap orang tua janganlah sampai kita membencinya. Hendaklah kita mencintai orang tua kita dengan tulus, kita jaga dan rawat orang tua kita dengan sepenuh hati, kita patuhi segala perintahnya dan dengarkan semua nasehatnya jika itu memang hal yang baik dan tidak bertentangan dengan perintah agama.

Kecintaan terhadap kedua orang tua dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik, apa yang disenangi oleh orang tua maka anak pun akan mencintainya, dalam pembiasaan sikap hal ini penting, umpamanya orang tua membiasakan bersikap jujur dalam lingkungan keluarga maka anakpun akan membiasakan sikap itu pula dalam kehidupanya.

Perilaku  baik dalam lingkungan keluarga yang harus dibiasakan diantaranya adalah sebagai berikut.

1)   Jujur dalam bicara dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

2)   Sabar dalam mengatasi segala permasalahan dalam keluarga.

3)   Menghormati dan menghargai orang tua

4)   Disiplin dalam menjalankan ibadah kepada Allah swt.

5)   Bersikap sopan dalam menghadapi tamu, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.

6)   Bersyukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah swt. Dan memanfaatkan nikmat yang dikaruniakan untuk hal yang bermanfaat.

7)   Bersikap qonaah dalam hidup, menjauhi sikap ria sombong dan takabur.

8)   Saling menegur dan menasehati dengan penuh kasih sayang, membiasakan musyawarah dalam memecahkan masalah dalam keluarga.

d. Nasehat dan Teguran Sebagai Bentuk Kasih Sayang

Dalam memberikan nasehat dan teguran ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut.

1)   Teguran dan nasihat harus dilandasi asas kelembutan

Menasehati seseorang haruslah dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, tidak boleh membentak atau dengan cara kekerasan kecuali dalam urusan tertentu seperti ketika melihat kemungkaran yang sudah tidak bisa ditolerir.  Pada dasarnya manusia mempunyai perasaan yang lembut dan akan mudah tersinggung manakala mendengarkan kata-kata yang tidak mengenakan hatinya.

Dalam memberikan ajakan atau nasehat kepada orang lain Allah swt, berfirman :

äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  

 

Artinya :” serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah ([61]) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS.an-Nahl : 125)

 Ayat tersebut menerangkan agar ketika kita mengajak orang lain hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, salah satunya dengan sikap yang baik dan penuh kelembutan. Dengan demikian, pihak yang dinasihati atau ditegur akan benar-benar merasakan niat baik dari pihak yang memberi nasihat. Dengan asas kelembutan dan kasih sayang, nasihat dan teguran akan mudah diterima, mengena dalam hati, dan membuahkan berkah.

2.    Yang harus diperhatikan juga dalam menasehati dan memberikan teguran adalah penguasaan tentang kondisi orang, tabiat, watak masyarakat, dan waktu

 Ketika menasehati atau memberikan tegurang terhadap seseorang hendaklah memperhatikan kondisi orang tersebut, tabiat, watak dan juga waktu, dengan demikian, cara penyampaian dan metode pelaksanaan akan sesuai dengan kadar dan kemampuan. Cara penyampaian kepada orang awam tentu berbeda dengan cara penyampaian kepada orang yang terpelajar. Demikian juga antara orang pandai dan orang jahil. Abbas al-Anbari berkisah, “Aku pernah berjalan bersama Abu Abdillah (al-Imam Ahmad) di kota Basrah. Lalu aku mendengar seseorang berkata kepada orang lain, ‘Wahai anak zina!’ Orang itu pun membalas, ‘Apa anak zina!?’ Aku pun berhenti, sementara Abu Abdillah terus berjalan. Lalu, al-Imam Ahmad menoleh ke arahku, ‘Wahai Abul Fadhl, ayo terus jalan!’ Aku mengatakan, ‘Kita telah mendengar (apa yang mereka ucapkan), kita wajib (mengingatkan).’ Al-Imam Ahmad segera menjawab, ‘Peristiwa tadi tidak termasuk’.”[62]

Saat itu, al-Imam Ahmad tidak mengingatkan pelaku (yang mengucapkan kata-kata kotor) karena orang itu berasal dari kalangan rendahan. Peristiwa tersebut memberikan pelajaran buat kita agar tidak serta merta memberikan nasehat dan teguran pada seseorang, tetapi hendaknya memperhatikan saat dan kondisi  yang tepat agar nasehat yang kita berikan bisa diterima dengan baik.

 

3)   Saat menegur atau menyampaikan nasihat, pertimbangkanlah baik buruknya, maslahat dan mafsadahnya

 Ibnul Qayyim  (I’lamul Muwaqqi’in 3/4) menjelaskan, “Sesungguhnya, Nabi Muhammad saw. telah menetapkan syariat untuk umatnya dalam hal mengingkari kemungkaran, dengan tujuan munculnya kebaikan yang dicintai oleh Allah swt.dan Rasul-Nya. Apabila konsekuensi dari mengingkari satu bentuk kemungkaran adalah menimbulkan kemungkaran yang lebih besar lagi dan lebih dimurkai oleh Allah swt.dan Rasul-Nya, tidak diperkenankan untuk mengingkarinya meskipun Allah swt.membencinya dan membenci pelakunya. Siapa saja yang memerhatikan berbagai peristiwa yang pernah terjadi dalam Islam, baik besar maupun kecil, ia pasti menemukan bahwa ajaran semacam ini telah diabaikan. Demikian juga kurangnya kesabaran dalam mengingkari kemungkaran sehingga ia berusaha menghilangkannya dengan tergesa-gesa.   

 Akhirnya, usahanya justru menimbulkan kemungkaran yang jauh lebih parah. Sungguh, Rasulullah saw., telah menyaksikan kemungkaran terbesar di Makkah, namun beliau Nabi Muhammad saw. tidak dapat mengubahnya. Bahkan, sekalipun Makkah telah dibukakan oleh Allah swt. untuk beliau dan menjadi negeri Islam, ditambah keinginan kuat beliau untuk mengubah letak Ka’bah dengan mengembalikannya pada posisi fondasi Ibrahim. Akan tetapi, itu semua beliau Nabi Muhammad saw. urungkan, padahal beliau mampu. Beliau Nabi Muhammad saw. khawatir hal itu akan menimbulkan kemungkaran yang lebih parah, yaitu penolakan dari Quraisy, sementara mereka baru saja masuk ke dalam Islam dan baru beberapa saat terlepas dari kekafiran.”[63]

Begitu sabarnya baginda Rasulullah saw., dalam meberikan pendidikan dan nasihat terhadap umat-Nya , beliau tidak terburu-buru dalam memberikan arahan-arahan, segala yang akan beliau sampaikan terlebih dahulu direnungkan dan dikaji secara mendalam agar mudah diterima dan memberikan dampak yang baik kepada umat manusia.

Sikap Rasulullah saw., tersebut hendaknya kita jadikan sebagai pedoman dalam memberikan nasihat kepada seseorang, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat. Nasihat atau teguran bukan berarti mencari-cari kekurangan orang lain yang seolah-olah menyalahkan dan memojokan akan tetapi nasihat dan teguran merupakan bentuk kasih sayang sesama umat Islam agar selau berada di dalam jalan yang lurus. Menasehati seseorang dari akhlak tercela menuju akhlakul karimah adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan secara bijaksana sehingga tidak menimbulkan sakit hati terhadap orang yang kita tegur.

e.  Adab Anak Terhadap Orang Tua

Dalam kehidupan keluarga sering dijumpai seorang anak yang menentang orang tuanya sendiri, bahkan ada yang berani melawan orang tua dengan kekerasan sampai berujung pada pembunuhan, kejadian  ini sangatlah memilukan. Dimanakah akhlak seorang anak terhadap orang tuanya yang telah membesarkan, merawat, dan membiayai hidupnya sampai tumbuh dewasa?, padahal dalam Al-Qur’an Allah Swt. Berfirman.

* ö@è% (#öqs9$yès? ã@ø?r& $tB tP§ym öNà6š/u öNà6øŠn=tæ ( žwr& (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ( Ÿwur (#þqè=çFø)s? Nà2y»s9÷rr& ïÆÏiB 9,»n=øBÎ) ( ß`ós¯R öNà6è%ãötR öNèd$­ƒÎ)ur ( Ÿwur (#qç/tø)s? |·Ïmºuqxÿø9$# $tB tygsß $yg÷YÏB $tBur šÆsÜt/ ( Ÿwur (#qè=çGø)s? š[øÿ¨Z9$# ÓÉL©9$# tP§ym ª!$# žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ö/ä3Ï9ºsŒ Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ ÷/ä3ª=yès9 tbqè=É)÷ès? ÇÊÎÊÈ  

Artinya: “ Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)”. (Q.S. al- An am ;151)

Ayat di atas menegaskan kepada kita untuk berbuat baik terhadap orang tua dan melarang kita untuk membunuh jiwa yang yang diharamkan menurut syareaat. Orang tua muslim bertanggung jawab untuk memelihara lingkungan bersih begi anaknya guna memenuhi hak-hak anak dalam memperoleh suasana yang dapat menyelamatkan mereka dari api neraka, pelanggaran semacam ini adalah dosa.

Banyak kejadian orang tua yang membiasakan hal buruk pada anaknya, sehingga dikemudian hari menyebabkan putra-putranya terbiasa dengan perbuatan-perbuatan dosa itu. Contoh kasus yang kita temukan dalam masyarakat, misalnya:

1)   Orang tua membiarkan anak tidak mensucikan badan maupun tempat yang dikencinginya setelah anak kencing.

2)   Orang tua menyuruh anak berbohong kepada orang lain. Misalnya, seorang datang menagih hutang, lalu orang tua menyuruh menemui orang tersebutuntuk memberitahukan bahwa orang tuanya pergi beberapa beberapa hari belum pulang, padahal sebenarnya ketika itu orang tua ada didalam kamar atau dapur. Menyuruh anak berbohong semacam ini berarti telah menanamkan akhlak tercela pada anak.

3)   Orang tua sering minum minuman keras di depan anaknya.Hal semacam ini secara tidak langsung mendidik anaknya dengan perbuatan dosa, padahal anak harus dijauhkan dari pengaruh minuman haram.

Contoh akhlak dan adab buruk lainya, antara lain :

1)        Makan dengan tangan kiri

2)        Masuk rumah tanpa salam

3)        Makan tanpa membaca bismillah terlebih dahulu

4)        Membuang muka ketika bertemu orang lain

5)        Bermasam muka terhadap orang lain

6)        Menggunjing orang lain, dll.

Upaya orang tua dalam bertaubat dari perbuatan durhaka terhadap anaknya, antara lain :

Ø Menyuruh anaknya menghentikan hal-hal buruk yang terlanjur ditanamkanya dahulu

Ø Berusaha memperbaiki akhlak buruk anaknya dengan mengajak melakukan akhlak Islam

Ø Terus menerus mengajak anaknya untuk meninggalkan akhlak yang buruk, karena akhlak semacam itu akan menjrumuskanya kedalam siksa neraka.

Ø Meminta maaf terhadap anaknya karena telah menanamkan akhlak yang buruk.

Sebaliknya, anak yang mendapati orang tuanya telah bertaubat dari kesalahanya menanamkan akhlak yang buruk hendaklah berlapang dada menerima ajakan orang tuanya untuk meninggalkan akhlak yang burukdan memulai melaksanakan akhlak Islam. Begitu juga anak membuka pintu bagi orang tuanya untuk memberikan maaf atas kesalahan terhadap dirinya pada masa lalu sehingga mengakibatkanya berakhlak buruk.[64]

Anak juga harus memiliki prilaku yang baik terhadap kedua orang tuanya. Diantara adab anak terhadap orang tua adalah sebagai berikut.

1.        Mendoakan kedua orang tua dengan penuh keikhlasan, agar diampuni segala dosa-dosanya, diberi kemudahan dalam urusan risqi, dimudahjan dalam segala urusan dan sebagainya.

2.        Mencium tangan dan berpamitan mana kala hendak bepergian jauh.

3.        Berkata lemah lembut terhadap kedua orang tua, tidak membentak serta mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati orang tua, seperti cis, hus, dll.

4.        Mematuhi segala perintah orang tua yang tidak bertentangan dengan syareat ajaran agama Islam.

5.        Menjaga nama baik orang tua dengan tidak mengatakan kejelekan-kejelekan orang tua di depan orang lain.

6.        Memberikan kasih sayang kepada orang tua dengan tulus sebagaimana orang tua mengasihi kita dikala masih kecil.

7.        Merawat dan menjaga orang tua, terlebih apabila sudah memasuki usia renta.

8.        Selalu bersikap jujur dalam berbicara kepada orang tua

9.        Tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan orang tua menjadi malu dan marah karena perbuatan itu tidak terpuji.

10.    Membantu mencukupi kebutuhan hidup orang tua manakala anak sudah memisahkan diri dengan orang tua.

11.    Menjalin silaturahmi dengan orang tua apabila anak memiliki tempat tinggal yang jauh dari orang tua.

Allah swt. Memerintahkan kita agar berbuat baik terhadap kedua orang tua, hal ini terdapat dalam firmanya sebagai berikut.

* 4Ó|Ós%ur y7/u žwr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ  

 

Artinya :” dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”. (QS. Al- Isro : 23) .Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Ayat di atas memerintahkan kepada kita agar berbuat baik terhadap kedua orang tua, kita dianjurkan untuk merawat mereka manakala orang tua kita sudah lanjut usia. Allah melarang kita membentak orang tua kita dengan perkataan “ah” atau kata-kata yang lain sejenisnya yang bisa menyakiti hati orang tua. Sebaliknya kita diperintahkan untuk berkata yang baik kepada kedua orang tua kita dengan nada yang halus dan lemah lembut.

Dalam ayat yang lain Allah swt. Berfirman.

Ï%©!$#ur tA$s% Ïm÷ƒt$Î!ºuqÏ9 7e$é& !$yJä3©9 ûÓÍ_ÏR#yÏès?r& ÷br& ylt÷zé& ôs%ur ÏMn=yz ãbrãà)ø9$# `ÏB Î=ö7s% $yJèdur Èb$sWŠÉótGó¡o ©!$# y7n=÷ƒur ô`ÏB#uä ¨bÎ) yôãur «!$# A,ym ãAqà)usù $tB !#x»yd HwÎ) 玍ÏÜ»yr& tûüÏ9¨rF{$# ÇÊÐÈ

Artinya: “ dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka".

Dari ayat di atas bisa kita simpulkan bahwa kita dilarang mendurhakai kedua orang tua kita karena “ Ridldo Allah terdapat pada ridlo kedua orang tua kita dan murka Allah terdapat pada murka orang tua kita ”, untuk itu sikap kita harus berhati-hati jangan sampai menimbulkan kemurkaan terhadap orang tua kita. Marilah kita ciptakan kehidupan dalam keluarga yang harmonis, penuh dengan nuansa ibadah dan prilaku yang berakhlakul karimah.

Dalam mendidik akhlak anak haruslah dengan penuh kesabaran dan penuh kehati-hatian, jangan sampai kita keliru dalam mendidik akhlak anak. Ketika nabi Ibrohim masih kecil, berdialog kepada ayangnya tentang Tuhan. Dan kesimpulanya bahwa Tuhan telah memberi petunjuk kepada manusia bahwa memperTuhan benda adalah sangat keliru.

Dengan demikian, dunia anak sangat penting diperhatikan. Apabila keliru dalam mendidik akhlak anak, bisa jadi dunia anak tidak akan mengenal akhlak yang lebih lanjut anak dapat melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan lain sebagainya. Contoh dalam pendidikan akhlak, apabila anak-anak sekolah berdusta di dalam segala apa yang mereka bicarakan, didukung para gurunya juga berdusta dalam mengajar dan segala pembicaraanya, maka masyarakat(anak-anak) tidak dapat berujud. Dan apabila dunia anak terancam demikian, masyarakat yang akan datang tidak dapat berujud karena adanya tiap-tiap yang dibicarakan menjurus dusta. Dan yang membekas dan berujud pada masyarakat yang rusak dan rendah martabatnya.

Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik, atau itu buruk, apabila seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita itu jelek/ buruk namun kita tidak seharusnya berkata demikian. Sebab dapat menyakiti hati dan patah semangat. Tetapi kita beri semangat dan dorongan yang dapat dapat memacu dan bergiatnya si anak.

Selain dari pada itu, kisah Luqman yang diberi hikmah oleh Allah. Hal ini dijelaskan di dalam surat Luqman : 12 :

ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ  

Artinya: “dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

Kelanjutan kisah Luqman yang termuat dalam ayat di atas, bahwa beliau menasehati dan member pesan kepada generasi selanjutnya (anak-anak) untuk mewarisi nilai-nialai akhlak sebagai berikut :

a)        Dilarang berbuat syirik (menyekutukan ) Allah (Luqman : 13)

b)        Kewajiban berbakti kepada kedua orang tua (Luqman :14)

c)        Keharusan tetap berbakti kepda kedua orang di dunia saja, karena kesyirikan mereka (Luqman : 15)

d)       Perintah menegakan solat, amar ma’ruf, nahi mungkar dan sabar (Luqman 17)

e)        Tidak boleh bersifat sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri ( Luqman : 18)

f)         Perintah bersikap sopan santun dalam berjalan atau berbicara (Luqman : 19)

Di dalam kitab “Durratun Nasihin” dijelaskan bahwa ada 10 (sepuluh) hak yang harus ditunaikan akan kepada kedua orang tuanya :

a.         Memberikan makan apabila dibutuhkan

b.        Memberi pengabdian apabila diperlukan

c.         Mendatangi apabila dipanggil

d.        Menaati apabila diperintah selain maksiat

e.         Berbicara dengan lemah lembut dan tidak kasar

f.         Memberikan pakaian bila diperlukan, sedang ia mampu

g.        Berjalan dibelakangnya

h.                                                                  Mengusahakan kerelaanya, dengan suatu yang dia sendiri rela

i.                                                                    Menjauhkan daripadanya sesuatu yang dia sendiripun menjauhiya

j.                                                      Berdoa untuknya dengan memohonn ampunan setiap ia mendoa untuk dirinya sendiri.[65]

Demikianlah beberapa hal tentang kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tuanya. Jadilah anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan jangan sampai kita menjadi anak yang durhaka.

Banyak cerita maupun dongeng tentang anak durhaka yang berani terhadap kedua orang tuanya. Namun tidak pernah ada cerita tentang anak durhaka tersebut mendapat kehidupan yang mulia dan bahagia. Hidupnya akan sengsara, penuh derita baik di dunia maupun kelak di akhirat. Orang bilang “Ala-ala wong tuwo melati”keadaan fisik orang tua memang sudah renta dimakan usia, rupanya jelek, namun ucapanya memiliki tuah yang mustajab bagi anaknya.[66]

Sebaliknya banyak juga kisah tentang anak sholeh yang pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat karena ketaatan dan kasih sayangnya kepada kedua orang tuanya.

Diceritakan bahwa Nabi Musa As. Berkata demikian : “ Ya Tuhanku, tunjukanlah kepada saya teman saya di dalam sorga !” Firman Allah ta’aalaa : “ pergilah engkau musa, ke negeri ini, di pasar ini, maka disitulah ada seorang laki-laki penjual daging yang wajahnya seperti demikian, itulah temanmu di dalam surga.” Nabi Musa As., pun pergi ke took/warung yang telah ditunjukan kepadanya, dan berdiri di tempat itu sampai tenggelam mata hari.

Penjual daging itu mengambil sepotong daging dan melemparkan /memasukanya kedalam bakul dan ketika hendak pulang, Nabi Musa berkata kepadanya :” Apakah engkau mempunyai  tamu? Penjual daging itu menjawab “ya”. Maka Nabi Musa As., pergi bersamanya sehingga masuk di rumahnya. Penjual daging taddi berdiri dan masak gulai yang enak, lezat dari daging tersebut, kemudian ia mengeluarkan bakul yang di dalamnya ada seorang wanita tua Bangka lagi lemah sekali sehingga seperti anak burung merpati. Penjual daging itu mengeluarkan si wanita tua tadi sambil menjunjungnya, dan menaruhkan makanan dimulutnya sehingga kenyang. Kemudian penjual daging itu mencuci pakaianya dan menjemurnya sehingga kering serta memakaikanya kembali dibakul seperti semula. Wanita tua tersebut menggerak-gerakan dua bibirnya. Nabi Musa As., berkata :” Sungguh saya mengetahui dua bibirnya mengucapkan “, : “ Ya Allah, jadikanlah anakku ini teman bagi Musa di dalam surga. “

Kemudian penjual daging itu mengambil situa tadi dan menggantungkanya pada sebatang kayu. Nabi Musa As., bertanya : “ Apakah yang telah engkau perbuat ?” Kata penjual daging itu :” Ini adalah Ibuku yang sudah lemah lunglai, sehingga tidak mampu duduk.” Kata Musa As., : “ Engkau berbahagia, saya adalah Musa dan engkau adalah menjadi temanku di dalam surga ; semoga saja Allah memudahkan pertemuan kita di dalam surga dengan sebab kemuliaan asma Nya yang indah dan sebab kemuliaanya manusia yang paling utama (Nabi Muhammad saw.) [67]

Kisah tersebut bisa dijadikan sebagai Ibroh buat kita agar lebih memuliakan terhadap kedua orang tua kita apapun keadaanya. Ingatlah bahwa doa yang dipanjatkan orang tua kita akan di dengan dan dikabulkan oleh Allah swt., sebagaimana yang telah dikisahkan dalam cerita di atas.

Jika seorang anak mengerti akan tugas dan kewajibanya terhadap kedua orang tuanya, maka bisa dikatakan anak tersebut adalah  anak yang solih. Akan tetapi apabila sebagai seorang anak tidak mampu menjalankan kewajibanya terhadap kedua orang tuanya bahkan berbuat aniaya serta menyakiti hati mereka maka bisa dikatakan anak tersebut sebagai anak yang durhaka yang akan mendapatkan balasan dari Allah berupa adzab yang pedih (naudzubillahi min dzalik).

Dengan demikian diperlukan berbagai upaya untuk membentuk akhlak anak agar menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, tahu hak dan kewajibanya, memiliki kepribadian yang baik dan mampu menjadi hiasan dan dalam keluarga. Anak juga diharapkan bisa mengharumkan nama orang dengan berperilaku baik di dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat patuh dan taat menjalankan perintah agama.

 

f.   Indahnya Keluarga yang Menanamkan Nilai-Nilai Akhlakul Karimah

Keluarga yang sakinah, mawadah warrahmah adalah dambaan bagi setiap manusia, setiap keluarga berusaha untuk menciptakan hal tersebut. Apabila seluruh anggota keluarga memiliki akhlak yang baik maka kebahagiaan itu akan bisa diraih. Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang dalam keseharianya terjadi hubungan yang harmonis antara sesama anggota keluarga. Orang tua menyayangi anak-anaknya, sebaliknya anak penuh kasih sayang terhadap orang tuanya. Orang tua mampu membimbing anaknya untuk berprilaku yang baik, rajin beribadah dan sopan terhadap lingkunganya. Memiliki sikap qonaah, tidak sombong dan takabur walaupun memiliki kekayaan yang berlimpah atau hal lain yang bisa dibanggakan.

Keluarga yang berhasil mnciptakan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, akan merasakan keindahan hidup. Anak merupakan anugrah Allah swt. yang dititipkan kepada kita untuk dididik menjadi manusia yang berguna, manusia yang bisa membedakan mana yang hak dan mana yang batil.

Rasulullah saw., Bersabda dalam sebuah hadis sebagai berikut.

سُئِلَ صَلَي الّلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اَكْثَرِ مَا يَدْخُلُ النّاسُ الْجَنَّةَ. فَقَالَ تَقْوَي اللّه وَحُسْنُ الْخُلُق ِ رواه الترمزي

Artinya : “Nabi Saw. Pernah ditanya dari kebanyakan hal yang bisa memasukan kedalam surga, kemudian Nabi Saw. Menjawab, yaitu orang yang berkaqwa kepada Allah dan bagus akhlaknya”. (HR. Turmudzi).

Untuk mewujudkan kebahagiaan keluarga di dalam Islam terdapat seperangkat norma hukum yang mengatur hak dan kewajiban pada setiap anggota keluarga. Oleh karena itu, perilaku manusia yang baik terhadap hubungannya dengan keluarga adalah yang mematuhi norma hukum keluarga yang telah ditetapkan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an.[68] Sebagai contoh, seorang anak tidak boleh mengucapkan kata-kata “ah” atau menunjukan perilaku yang tidak disenangi oleh orang tuanya. Hal ini berarti seorang anak yang patuh kepada orang  tuanya memiliki perilaku yang mulia terhadap orang tuanya.

Jika anak memiliki akhlak yang mulia,  maka keluarga akan nampak harmonis, orang tua merasa senang dan keindahan hidup dalam keluarga akan tercipta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.  AKHLAKUL KARIMAH DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT

Kehidupan di lingkungan masyarakat akhir-akhir ini mengalami kemrosotan akhlak, banyakya perbuatan menyimpang yang tidak sesuai dengan ajaran agama kerap terjadi, seperti tawuran antar pelajar, tawuran antar suku dan penduduk pedesaan serta perkotaan, perampokan, pembunuhan, perkembangan pemakaian minuman keras dan narkoba yang semakin sukar untuk di brantas, perzinaan, pemerkosaan, prilaku sex bebas di kalangan pemuda dan remaja, pejabat yang korupsi dan berbagai kasus kejahatan dan penyimpangan moral lainya hampir setiap hari kita lihat lihat dalam tayangan televisi. Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat kita masih membutuhkan pendidikan akhlak yang benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan.

Kehidupan masyarakat yang mengalami kemrosotan akhlak sebenarnya bisa diperbaiki dengan penanaman nilai-nilai akhlakul karimah kepada seluruh anggota masyarakat, hal tersebut bisa ditempuh melalui berbagai cara, seperti pengajian, penyuluhuan, musyawarah Rt, Rw, dakwah melalui media, penegakan hukum yang tegas bagi pelaku kejahatan, pembiasaan bersalaman apabila bertemu dengan sesama anggota masyarakat, melakukan kerjabakti dan gotong-royong untuk memperkokoh persaudaraan, pendirian TPQ dalam rangka pendidikan akhlak sejak usia dini,  Pemberian suri tauladan yang baik dari para tokoh masyarakat, dan yang paling penting adalah pengamalan ibadah dengan menjalankan perintah agama dengan sebaik–baiknya. Orang yang memiliki keimanan dan mau melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya maka Insya Allah akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama dan  merugikan masyarakat.

 

a.  Tuntunan Al Qur’an dalam Membina Kehidupan Masyarakat

Dalam Islam kehidupan dilingkungan masyarakat sangat diperhatikan, Islam mengatur bagai mana cara menciptakan masyarakat yang baik, karena Islam tidak cuma mengajarkan hablu minAllah tetapi juga hablu minannas. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang adil, aman, sejahtera, memiliki pemimpin yang bijaksana, mau menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar. Pembiasaan musyawarah dalam pengambilan keputusan merupakan syarat terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis. Musyawarah tersebut juga dicontohkan oleh para pemimpin Islam pada masa lalu dalam mambangun masyarakat.

Allah swt.  Berfirman.

$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  

Artinya :”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Q.S. ali- Imron ; 159)

Ayat di atas merupakan perintah Allah swt. untuk memperlakukan masyarakat dengan lemah lembut dan membiasakan bermusyawarah dalam berbagai urusan.

Beberapa manfaat musyawarah adalah sebagai berikut :

1)        Masalah akan mudah terselesaikan

2)        Hasil keputusan musyawarah merupakan suara orang banyak jadi bisa diteria oleh semua pihak

3)        Musyawarah adalah janan terbaik untuk menyelesaikan masalah tanpa adanya konflik berkepanjangan

4)        Urusan yang diselesaikan dengan jalan musyawarah lebih bermanfaat karena tidak berasal dari satu pemikiran seseorang melainkan melaui masukan dari banyak orang

5)        Musyawarah mewujudkan suasana kekeluargaan dan kebersamaan.

Akhlak yang mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di atas jalur Al- Qur’an dan perbuatan Nabi Muhammad saw. dan Allah swt. menetapkan akhlak mulia bagi nabi Muhammad saw. Dalam sikkap dan perbuatan. Seperti dalam Al-Qur’an surat Qalam ayat 4. “ Dan sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang mulia”.  Yang Ayat lain yang dapat dijadikan pedoman yang baik bagi setiap muslim yang beriman adalah surat al Ahzab ayat 21. Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memelihara norm-norma (agama) di masyarakat terutama di dalam pergaulan sehari-hari baik keluarga rumah tangga,kerabat, tetangga dan lingkungan kemasyarakatan.

Konsep kehidupan masyarakat yang paling baik adalah pada masa Rasulullah saw., dimana masyarakatnya hidup rukun, aman, sejahtera, hak-hak fakir miskin terpelihara, hukum ditegakan dengan adil, kehidupan masyarakat madinah pada waktu itu dijadikan sebagai rujukan untuk membentuk kehidupan masyarakat pada zaman sekarang, konsep tersebut dinamakan masyarakat madani. ‘Masyarakat Madani’ merupakan konsep inovatif bagi istilah yang pada awalnya muncul pada dunia ilmu pengetahuan sosial dengan nama civil society. Transformasi masyarakat dalam menuju ke arah masyarakat madani perlu diawali pemahaman yaitu bahwa masyarakat sebagai satu system social yang di dalamnya terdapat aspek structural, cultural, dan proses-proses sosial. Perubahan masyarakat tidak akan terjadi tanpa adanya perubahan struktural dan atau cultural yang dipengaruhi faktor internal dan atau eksternal masyarakat itu sendiri. Aspek structural meliputi segala segala bentuk tatanan organisasi dan kelembagaan masyarakat, antara lain adalah perubahan aspirasi masyarakat yang dapat diakselerasi dengan perekayasaan perubahan structural.[69]

Masyarakat madani adalah masyarakat yang hidup teratur sesuai dengan tuntunan agama, menjunjung tinggi nilai-nilai ketaukhidan dan akhlakul karimah. Islam mengajarkan untuk hidup saling berdampingan dalam masyarakat, saling menghormati dan menghargai. Islam melarang melakukan tindakan sewenang – wenang, tindakan sewenang-wenang merupakan akhlak yang tercela dan dibenci oleh Allah swt. Allah swt. Berfirman.

šúïÏ%©!$# tbqä9Ï»pgä þÎû ÏM»tƒ#uä «!$# ÎŽötóÎ/ ?`»sÜù=ß öNßg9s?r& ( uŽã9Ÿ2 $¹Gø)tB yZÏã «!$# yZÏãur tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä 4 šÏ9ºxx. ßìt7ôÜtƒ ª!$# 4n?tã Èe@à2 É=ù=s% 9ŽÉi9s3tFãB 9$¬6y_ ÇÌÎÈ

Artinya:” (yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang”. (Q.S. al- Mukmin :35)

Ayat di atas menjelaskan bahwa perbuatan sombong, dan sewenang-wenang merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah swt. Bahkan Allah akan mengunci mati hatinya bagi orang yang melakukan hal tersebut, perbuatan sewenang-wenang hanya dilakukan oleh orang yang tidak berakhlak dan orang-orang yang egois yang mengininkan kebahagiaan dirinya sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain.

Adat kebiasaan manusia sebagai mahluk sosial adalah bergaul dengan sesamanya. Namun sebagian orang tidak mengetahui bagaimana menyapa seseorang apabila akan mulai berkomunikasi. Mereka yang jarang bergaul di masyarakat, akan kelihatan canggung dan kaku apabila akan melakukan interaksi. Kata-kata yang akan mengawali pembicaraan itu, bagi yang tidak mengenal etika bergaul memang dirasakan sebagai suatu kesulitan. Akibatnya komunikasi diantara mereka Nampak tidak lancar.

Sebenarnya Allah swt, telah memberi petunjuk kepada manusia agar saling mengucapkan salam apabila ketemu. Salam menurut ajaran Islam memiliki nilai luhur, karena dengan mengucapkan salam, mereka saling mendoakan, agar selalu dalam keadaan selamat. Ucapan salam bila saling bertemu, baik secara pribadi maupun dalam satu majlis.

Salam merupakan salah satu etika pergaulan dalam Islam yang bisa dilakukan oleh siapa saja, mulai dari yang kecil kepada  yang besar, yang tua kepada yang muda dan lain sebagainya. Dengan salam diharapkan hubungan silaturahmi diantara sesama anggota masyarakat semakin terbina dengan baik, salam merupakan pembuka komunikasi yang disunahkan oleh Rasulullah saw.,

Kemudian mengenai akhlak terhadap sesama dalam lingkungan masyarakat Allah swt., mengajarkan agar kita tidak berlaku sombong, menghina, dan memandang rendah orang lain. Allah swt., berfirman :

Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ  

Artinya :” dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. Luqman :18)

Ayat di atas memerintahkan kepada kita agar menjauhi sifat sombong, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang–orang yang sombong dan membanggakan diri. Dalam kehidupan bermasyarakat sifat sombong merupakan bentuk akhlak tercela yang harus dihindari.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Akhlakul Karimah merupakan hal yang mutlak harus dimiliki setiap manusia dalam membina kehidupan di lingkungan masyarakat, agar tercipta masyarakat yang kondusif, masyarakat yang didamba-dambakan oleh umat Islam yaitu masyarakat yang ‘baldatun toyyibatun warobbun ghofur’, seperti  pada masa Rasullullah saw. yang sering di sebut dengan ‘Masyarakat Madani’.

b.    Lingkungan yang Baik Berperan Dalam Pembentukan Akhlak yang Mulia

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis dan akhlak seseorang, lingkungan yang baik dominan dalam mewujudkan masyarakat yang baik , sebaliknya lingkungan yang buruk sangat berpotensi pula menjadikan masyarakat melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Sebagai contoh kehidupan dilingkungan perkotaan yang kotor, kumuh, padat penduduk dan jauh dari pengawasan pemerintah maupun aparat keamanan biasanya banyak terjadi aksi kejahatan, seperti pencopetan, pemalakan, peredaran miras atau narkoba, kekerasan terhadap anak kecil dan perempuan serta perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji lainya. Apalagi kalau dalam lingkungan tersebut tidak terdapat tempat ibadah atau tempat pendidikan yang bisa dijadikan sebagai sarana pembentukan akhlak yang baik, ditambah tidak adanya perhatian dari tokoh masyarakat atau aparat pemerintah setempat, maka lingkungan tersebut akan menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan kajahatan dan penyimpangan moral.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya pembenahan yang terus menerus baik dari sisi ‘struktural’, ‘kultural’,  ‘infrastruktur’ (penataan tata kota) serta yang paling penting adalah pembenahan dalam pengamalan dan pendalaman agama. Jikalau semua bisa berjalan dengan baik maka lambat laut akan terjadi perubahan pola kehidupan masyarakat kearah yang positif.

Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang mampu membedakan hal yang baik dan buruk serta memilki kemauan untuk selalu berusaha menuju arah yang lebih baik, sebagai contoh : orang yang tadinya bergelut dalam dunia kejahatan kemudian berubah menjadi orang yang bekerja secara halal, orang yang berperilaku buruk berubah sedikit-demi sedikit menjadi berperilaku yang baik. Perubahan ke arah positif ini jika dilakukan oleh semua pihak maka akan menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis, kondusif, jauh dari kejahatan moral.

Kehidupan masyarakat yang berakhlakul karimah merupakan dambaan semua orang yang menginginkan anggota keluarganya menjadi manusia yang jauh dari perbuatan- perbuatan yang tercela.Begitu besar peran lingkungan dalam membentuk karakter serta akhlak pada masyarakat, untuk itu jadikanlah lingkungan kita menjadi lingkungan yang baik agar diri kita dan keluarga kita serta seluruh masyarakat kita menjadi masyarakat yang baik, masyarakat yang berakhlakul karimah.

 

c.  Sikap Santun dan Rendah Hati Mewujudkan Kedamaian dalam Kehidupan

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi budi pekerti, puncak spiritualitas keagamaan umat Islam adalah bagaimana menjadi manusia yang memilki kedudukan yang tinggi di hadapan Allah dengan taqwa dan akhlak yang mulia. Islam tidak mengajarkan menjadi manusia menjadi pintar dalam urusan agama tetapi berakhlak buruk, Islam mengajarkan untuk menjadi manusia yang pandai dalam urusan agama dan baik akhlaknya serta takwa dengan penuh keimanan.

Islam mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang santun, tawadlu (rendah hati) karena kedua sikap tersebut bisa mewujudkan terciptanya kedamaian dalam kehidupan.

Dalam sebuah syair disebutkan:

اِنَّالتَّوَاضُعَ مِنْ خِصَالِ الْمُتّقِيَِ وَبِهِ التَّقِيُّ اِلَي الْمَعَالِ يَرْتَقِي

وَمِنَ الْعَجَائِبِ عَجْبُ مَنْ هُوَجَاهِلٌِ فِي حَالِهِ اَهُوَالسَّعِيْدُاَمِ السَّقِي

اَمْ كَيْفَ يَحْتُمُ عُمْرُهُ اَوْرُوْحُهُ ِِ يَوْمَ ا لنَّوَي مُتَسَفِّلٌ اَوْمُرْتَقِ

وَالْكِبْرِيَا ءُ لِرَبِّنَا صِفَةٌ بِهِ ِِ مَحْصُوْصَةٌ فَتَجَنَّبَنَّهَا وَاتَّقِي

“Tawadlu adalah sifat orang yang taqwa. Dengan tawadlu mereka memperoleh kemuliaan. Sungguh sangat mengagumkan orang yang tahu diri. Dia bahagia atau celaka. Bagaimanapula akhir hayatnya, dia mulia atau hina. Sifat merasa besar adalah sifat khusus milik Allah. Maka jauhilah sikap takabur.”

Sifat Tawadlu dalam lingkungan masyarakat dapat ditunjukan dengan prilaku sebagai berikut :

1)        Menghargai pendapat orang lain, tidak merasa pendapat sendiri yang paling baik

2)        Tidak menyombongkan kemampuan yang dimilikinya

3)        Tidak bersikap berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta yang dimilikinya

4)        Bersikap sopan terhadap orang lain dimanapun  berada

5)        Selalu menjaga perkataan dalam bergaul dalam lingkungan masyarakat, menghindari perkataan yang bisa menyakiti hati orang lain.

6)        Bersikap sederhana, bersahaja dan rendah hati dalam bergaul.

7)        Selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya, tidak mengeluh dan berputus asa dari nikmat Allah swt. dll.

Sikap tawadlu jika deiterapkan dalam pergaulan di lingkungan masyarakat akan membawa dampak yang positif, kerukunan hidup dalam masyarakat akan tercipta, kesenjangan sosial yang menyebabkan kecemburuan sosial tidak akan terjadi karena masyarakat tidak merasa menjadi orang yang paling hebat, paling berkuasa, paling kaya dan lain sebagainya. Suasana seperti ini merupakan ciri masyarakat yang diharapkan dalam Islam, yaitu masyarakat yang hidup damai, menjalankan syareat ajaran agama dengan baik dan benar, berakhlakul karimah dalam bergaul dan tidak merendahkan martabat orang lain.

 

d.    Akhlak tercela Dalam Masyarakat dan Solusinya

Masyarakat merupakan kumpulaan manusia yang membentuk suatu kelompok dan melakukan aktifitas secara bersama-sama sesuai dengan kepentinganya masing-masing.Perilaku masyarakat berbeda-beda ada yang baik ada juga yang buruk. Sebagai anggota masyarakat, kita harus memiliki hati yang sehat, jangan sekali-kali memfitnah kepada seorang karena dampaknya sangat buruk. Rasulullah saw., Menyatakan bahwa orang yang memfitnah tidak akan masuk ke janah.

Manusia dicipta oleh Allah swt. sebagai mahluk social, yakni mahluk yang senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Disadari atau tidak, kemampuan manusia sangat terbatas. Untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup sendiri, harus bekerja sama dan tolong-menolong dengan pihak lain. Kerja sama dan gotong royong akan terwujud dengan baik apabila masing-masing orang mampu menjaga dirinya tidak berakhlak tercela. Adapun beberapa akhlak tercela terhadap sesama manusia, yakni hasad, dendam, gibah, fitnah dan namimah.

1)   HASAD

Kata hasad berasal dari bahasa Arab yang berarti iri hati, dengki, Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung atau mendapat suatu kesenangan . Iri adalah salah satu bentuk gangguan mental. Dikatakan gangguan mental karena hati orang iri senantiasa gelisah jika melihat orang lain senang, semakin sering melihat orang lain senang, semakin gelisah pula hatinya.

Apabila rasa iri tidak dapat dikendalikan lagi, munculah perbuatan yang amat buruk, yakni dengki. Denki merupakan akibat adanya sikap iri. Islam mendidik umatnya untuk menjauhi sifat hasad.Allah swt. Berfirman sebagai berikut.

Ÿwur (#öq¨YyJtGs? $tB Ÿ@žÒsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3ŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ŠÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# šc%Ÿ2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJŠÎ=tã ÇÌËÈ  

Artinya: ” dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. an-Nisa/4 :32)

Rasulullah saw., juga bersabda sebagai berikut.

أِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَفَاِنَّالْحَسَدَيَاْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْكُلُ النَّارُالْحَطَبَ

Artinya: “Janganlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasad itu merusak kebaikan , sebagaimana api yang memakan kayu bakar”. (H.R. Abu Dawud nomor 4257 dari Abu Hurairah).

Maksud hadis diatas adalah bahwa apabila seorang memiliki sifat hasad. Sifat tersebut dapat merusak pahala kebaikan yang telah dilakukan sebelumnya. Rusaknya pahala kebaikan yang telah dilakukan seperti rusaknya kayu bakar yang termakan api.

Hal tersebut menunjukan betapa bahayanya sifat hasad, kalau sifat ini dimiliki oleh seseorang maka akan timbul kebencian terhadap orang lain. Orang yang membenci seseorang kehidupanya akan diliputi kegelisahan dan kegundahan, mereka tidak suka melihat saudaranya berhasil.

 

2)    DENDAM

Perbuatan dendam merupakan hal yang dilarang oleh Islam, dendam tidak bisa menyebabkan selesainya masalah malah bisa menjadikan masalah berkepanjangan. Dendam adalah menyimpan amarah dalam hati dalam  waktu yang lama. Orang yang memiliki rasa dendam akan marah apabila bertemu atau disebutkan nama orang yang  menyebabkan dia menyimpan dendam. Dendam merupakan penyakit hati yang sukar untuk diobati, untuk itu sebagai seorang muslim kita harus menjauhi rasa dendam.

Dalam kehidupan di masyarakat seringkali kita jumpai orang yang saling mendendam, sebagai contoh karena urusan batas tanah yang tidak terselesaikan maka kedua belah pihak saling tidak terima dan akhirnya saling mendendam. Urusan pekerjaan juga terkadang menjadikan seseorang menyimpan rasa dendam, umpamanya ada seorang yang diejek ketika bekerja, pekerjaanya dianggap tidak baik kemudian dipersalahkan dan dipermalukan di depan umum maka timbulah rasa dendam kepada orang yang mengolok-olok pekerjaanya. Masih banyak kasus yang lain yang sering kita jumpai dalam masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan jiwa yang besar untuk dapat menerima kekurangan orang lain, bersabar dalam menghadapi sikap orang lain yang tidak menyenangkan. Sebagai seorang muslim harus bisa menjauhkan diri  dari rasa dendam. Kita harus menyadari dampak yang dirasakan akibat rasa dendam yang berkobar dalam hati kita. Apabila rasa dendam menyelimuti diri kita maka segeralah untuk beristighfar, berdzikir memohon kepada Allah swt. agar dijauhkan dari rasa dendam tersebut. Karena pada dasarnya dendam adalah perbuatan Syaitan.

Untuk mengatasi rasa dendam juga bisa dilakukan dengan cara melihat kelebihan orang lain, melihat kekurangan-kekurangan pada diri kita. Kunci dari solusi untuk mengatasi rasa dendam adalah pemberian maaf terhadap orang yang pernah menyakiti hati kita, dengan saling memaafkan dan menyadari kesalahan masing-masing maka masalah akan terselesaikan dengan baik dan tidak akan timbul rasa dendam kelak dikemudian hari.

 

3)   GHIBAH

Menceritakan kejelekan-kejelekan seseorang bagi sebagian orang merupakan kegiatan yang mengasyikan, sambil berkumpul dengan tetangga kemudian menceritakan aib seseorang, tak terasa waktu sudah berjalan lama dan ceritanyapun melebar sampai kemana-mana. Menceritakan kejelekan orang lain merupakan perbuatan gibah yang dirarang oleh agama.

Kerugian yang paling berbahaya dari ghibah adalah hancurnya kepribadian batin si peng-ghibah. Orang yang melanggar jalan alami pemikiranya itu akan kehilangan keseimbangan pikiran dan sistem perilaku yang luhur, disamping merugikan perasaan orang  dengan mengungkapkan rahasia dan kesalahan mereka.

Para pakar akhlak menyebut sejumlah penyebab tersebarnya ghibah, yang terpenting diantaranya adalah iri hati, marah, sombong, rasa benar sendiri, dan curiga. Tak syak bahwa setiap tindakan yang dilakukan seseorang bersumber dari suatu kondisi tertentu yang ada dalam kesadaranya. Sebagai akibat dari perwujudan kondisi-kondisi itu, lidah, penerjemah perasaan seseorang, mengucapkan ghibah .[70]

Perbuatan gibah dilaarang oleh Islam. Allah swt., berfirman.

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ 

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. ( Q.S. al Hujaraat : 12)

Ayat tersebut memerintahkan kepada kita agar menjauhi sifat bruk sangka, karena buruk sangka dan  menjelekan orang lain merupakan perbuatan sia-sia. Dalam al Qur’an orang yang buruk sangka dan mencari-cari serta menceritakan aib orang lain diibaratkan seperti makan bangkai saudaranya sendiri. Ini menunjukan betapa jeleknya sefat tersebut.

Dala kitab durrotun Nasihin disebutkan bahwa ghibah ada empat macam yaitu;

 

1)   Ghibah Mubah/boleh

Adapun ghibah yang diperbolehkan (mubah) yaitu mengghibah kepada orang yang menampakan kefasikanya dan mengghibah kepada orang yang melakukan bid’ah (sebagaimana telah diriwayatkan bahwa Nabi alaihish shalaatu wassalam bersabda:

اُذْكثرُواالْفَاجِرَبِمَا فِيْهِ كَيْ يَحْذَ رُهُ النَّاسُ

Artinya: “ Sebutkanlah olehmu orang-orang yang durhaka dengan apa-apa yang ada padanya, agar supaya orang-orang takut kepadanya”.

2)   Ghibah ma’siyat/ durhaka

Yaitu menyebutkan cela orang lain dengan menyebutkan namanya dihadapan orang banyak, sedangkan ia tau ghibah itu mrupakan perbuatan durhaka. Maka dia adalah orang yang durhaka dan wajib bertaubat.

3)   Ghibah Munafiq

Yaitu menyebutkan aib /cela orang lain tanpa menyebutkan namanya dihadapan orang yang mengetahui bahwa yang dia kehendaki adalah fulan dan juga mengetahui sendiri bahwa fulan adalah orang wira’I (orang yang berhati hati terhadap urusan yang haram). Ini adalah perbuatan munafiq/nifaq.

4)   Ghibah Kufur

Yaitu menyebutkan aib orang lain dihadapan orang banyak dengan menyebutkan namanya. Maka kalau dikatakan kepadanya “ jangan mengghibah !” dia menjawab “ Ini adalah bukan ghibah dan saya mengatakan apa yang ada padanya. Ini adalah kufur, karena sesungguhnya ia menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah ta’aalaa”. (Zubdatul Waa’izdiina Kh.M) [71]

Untuk mengatasi perbuatan ghibah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1.    Berbicara yang baik yang bermanfaat atau lebih baik diam,

2.    Menghindari berkumpul dengan orang  yang suka membicarakan aib orang rang  lain

3.    Memperbanyak aktifitas/pekerjaan sehingga tidak banyak waktu luang yang digunakan untuk mengghibah orang lain.

4.    Menyadari bahaya mengghibah sehingga kalu mengghibah takut kepada Allah swt.

5.    Memperbanyak amal ibadah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa menghibah merupakan perbuatan tercela yang menimbulkan dampak negatif pada diri sendiri dan juga orang lain. Oleh karena itu sebaiknya kita jauhi ghibah demi kemuliaan diri kita dan juga orang lain.

Untuk mengatasi perbuatan ghibah perlu diadakan introspreksi terhadap diri sendiri dan juga orang lain. Pada dasarnya semua manusia memiliki aib yang menyebabkan dirinya merasa malu apabila sampai diketahui orang lain, maka dari itu berusahalah untuk menutup aib orang lain agar orang lain juga menutup aib kita. Hindarilah aktifitas berkumpul- kumpul yang hanya berujung pada menceritakan aib orang lain. Berusahalah untuk berprasangka baik terhadap orang lain agar kita terhindar dari buruk sangka /ghibah.

 

4)   FITNAH

Fitnah adalah mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya. Fitnah dilakukan seseorang karena dorongan berbagai hal seperti marah, iri, dendam, dengki dan sifat jelek lainya.

Allah swt., berfirman dalam al Qur’an.

öNèdqè=çFø%$#ur ß]øym öNèdqßJçGøÿÉ)rO Nèdqã_̍÷zr&ur ô`ÏiB ß]øym öNä.qã_t÷zr& 4 èpuZ÷FÏÿø9$#ur x©r& z`ÏB È@÷Gs)ø9$# 4 Ÿwur öNèdqè=ÏG»s)è? yZÏã ÏÉfó¡pRùQ$# ÏQ#tptø:$# 4Ó®Lym öNä.qè=ÏF»s)ムÏmŠÏù ( bÎ*sù öNä.qè=tG»s% öNèdqè=çFø%$$sù 3 y7Ï9ºxx. âä!#ty_ tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇÊÒÊÈ    

Artinya:” dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir.”

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar orang yang membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya , maka pembicaraan itu disebut ghibah. Apabila kejuelekan yang  dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Setiap muslim dan muslimat harus berusaha untuk menghindari gibah dan fitnah. Adapun cara menghindari ghibah dan fitnah, antara lain sebagai berikut :

1)        Menyadari sepenuhnya bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan

2)        Membiasakan untuk mawas diri, melihat kesalahan sendiri di masa lalu.

3)        Mengingat-ingat kebaikan yang telaah dilakukan orang lain.

4)        Memperbanyak pergaulan dengan sesama sehingga gossip dapat terkurangi.

5)        Tidak mudah mempercayai berita yang tidak jelas sumber kebenaranya.

6)        Memperbanyak bergaul dengan orang – orang saleh dan taat beribadah.

7)        Berusaha menghentikan atau mengalihkan pembicaraan yang menjurus ghibah dan fitnah.

Apa yang disebutkan di atas merupakan solusi untuk mengatasi timbulnya fitnah.

5)   NAMIMAH

Namimah berari mengadu domba, yakni menceritakan sikap ayau perbuatan seseorang (yang belum tentu benar)kepada orang lain dengan maksud agar terjadi perselisihan antara keduanya.Bisa jadi, cerita yang disampaikan bersifat timbal balik (ketika bertemu A menceritakan B, tetapi ketika bertemu B menceritakan A). Sudah pasti perbuatan ini amatlah tercela, baik dalam pandangan agama maupun sesama manusia.

Namimah bisa berawal dari rasa iri karena melihat seseorang (yang difitnah) memperoleh kesenangan atau keuntungan. Karena besarnya rasa iri, kemudian mencari jalan untuk menjelek-jelekanya kepada orang lain. Namimah sangat erat hubunganya dengan fitnah. Lazimnya orang yang suka memfitnah juga suka mengadu domba.

Islam melarang secara tegas terhadap umatnya berbuat namimah. Apabila mendengar suatu berita, hendaknya bersikap hati-hati, tidak terlalu mudah percaya. Allah swt., berfirman sebagai berikut.

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ŠÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al- Hujurat/49 : 6).

Ayat di atas menyuruh kita agar tidak mudah mempercayai suatu berita yang belum jelas kebenaranya. Kita diwajibkan untuk tabayun (mencari kejelasan) terhadap kebenaran berita tersebut.

Setiap muslimin dan muslimat wajib menghindari diri dari namimah. Adapun cara menghindarkan diri dari namimah adalah sebagai berikut :

1)   Tidak terlampau mudahn menerima suatu berita apabila tidak jelas kebenaranya.

2)   Mengadakan tabayun( kejelasan suatu berita) apabila mendengar berita dari seseorang, terutama orang  yang belum jelas  baik kepribdianya.

3)   Berusaha hentikan atau mengalihkan pembicaraan yang cenderung menjelek-jelekan orang lain.

 

6)   GHADAB/MARAH

Realita kehidupan yang beranekaragam sering menimbulkan berbagai permasalahan. Manusia sering tidak tahan menghadapi masalah yang ada, sehingga munculah marah pada dirinya. Kemarahan muncul karena keadaan yang menjengkelkan, membosankan, menjenuhkan, merasa diri terpojok, disalahkan atau segala sesauatu yang tidak kita kehendaki tetapi malah terjadi. Beraneka penyebab munculnya rasa marah itu bisa terjadi dimana saja, dalam lingkungan keluarga, masyarakat, pekerjaan maupun tempat-tempat yang lain.

Marah merupakan suatu keadaan psikologis yang menyimpangkan watak seseorang dari jalan yang alami. Perangai buruk ini hanya menimbulkan kesedihan, karena puncaknya tidak akan menurua menjadi korban kemarahan, sehingga menyebabkan terlepasnya kendali penilaian akal dan hilangnya kesadaran. Hendaklah dimengerti bahwa marah sebetulnya diperlukan bila dalam proposinya yang benar. Dalam proposi itu, marah merupakan suatu unsur kekuatan dan keberanian. Jenis kemarahan yang memungkinkan manusia melawan penindasan dan membela hak-haknya adalah suatu sifat manusiawi. [72]

Penyembuhan yang paling efektif terhadap marah adalah mengikuti ajaran-ajaran Nabi dan para imam. Kajian dan kesimpulan yang dilakukan para dokter, psikolog, dan filosof bukanya tak berguna, tetapi tidak menyeluruh dalam menyingkirkan kelainan ini. Para pemuka agama telah mengarahkan perhatian kita, melalui kata-kata arif mereka, kepada akibat berbahaya dari marah dan keuntungan fantastis dari penekanan terhadapnya. Imam Ja’far Shadiq mengatakan, “ Jauhilah kemarahan, karena ia menimbulkan penyesalan. Imam Ja’far Shadiq juga berkata, “ Kemarahan adalah pemusnahan hati si arif : orang yang tak dapat menguasai marahnya tak akan dapat menguasai pikiranya.”[73]

Amirul Mukminin,Imam ‘Ali, menganjurkan kesabaran sebagai senjata untuk melawan kemarahan dan menghindari akibat-akibatnya yang merugikan. Ia mengatakan,” Berjagalah terhdap kekerasan marah, dan persenjatai diri anda dengan kesabaran untuk melawanya.” [74]. kesabaran yang tulus dari dalam jiwa yang sadar akan bahaya kemarahan yang bisa melumatkan kesadaran perangai baik dari dalam diri.

Rasulullah saw., menganjurkan yang berikut disaat-saat marah ; … Karena itu, apabila seorang diantara kamu mendapatkan sebagian dari (kemarahan) ini dalam dirinya, bila ia sedang berdiri, hendaklah ia duduk; apabila ia sedang duduk, hendaklah ia berbaring.Apabila ia masih marah juga, hendaklah ia berwudlu dengan air dingin atau mandi, karena api hanya dapat dipadamkan dengan air.[75]

Kemarahan ubahnya seperti api yang membakar sebuah bangunan, semakin besar kemarahan maka semakin susah untuk dipadamkan maka dari itu sebelum kemarahan itu muncul akan lebih baik mana kala kita antisipasi dengan sebuah penataan jiwa yang dilandasi keimanan dan ketakwaan. Kita siapkan kesabaran yang melimpah di hati kita didukung dengan rasa syukur yang benar-benar meresap dalam jiwa sehingga apabila marah itu muncul maka dengan cepat kita bisa meredakan dan mengendalikanya.

Untuk megatasi rasa marah bisa diatasi dengan mengetahui pahala dari menahan marah, kemudian menakut-nakuti dirinya dengan hukuman Allah serta mengetahui bahwa Allah swt. lebih mampu melakukan itu terhadapnya dari pada dirinya terhadap orang lain.

Hendaklah ia memperingati dirinya akan akibat balas dendam, karena musuh juga bersiap-siap untuk mengganggunya, dan jadilah permusuhakan yang lama. Hendaklah ia mengetahui bahwa di waktu marah ia menyerupai binatang buas, sebaliknya jika ia pandai menahan diri, maka ia seperti nabi-nabi dan para wali.

Apabila ia merenungkan, tahulah ia bahwa ia marah karena keadaanya sesuai dengan kehendak Allah swt. bukan karena keinginanya. Oleh karena itu, disebutkan di dalam khabar bahwa ia menyebabkan murka Allah swt. apabila engkau mengetahui hal-hal ini, maka haruslah engkau katakana “ Aku berlindung dengan Allah dari setan yang terkutuk”. Demikianlah Rasulullah saw., menyuruh mengucapkan di waktu marah. Apabila Aisyah marah, Nabi saw, memegang hidungnya seraya berkata : “ Hai ‘Uwaisy, katakanlah :

” Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku dan lenyapkanlah kemarahan hatiku serta lindungilah aku dari fitnah-fitnah yang menyesatkan, baik yang nampak maupun yang tersembunyi.” Maka hendaklah ia ucapkan itu dan duduk bilamana ia berdiri dan berbaring bilamana ia duduk. Rasulullah saw., Bersabda; “Sesungguhnya amarah itu bagaikan bara yang menyala di dalam hati. Tidaklah kalian melihat kepada pipinya yang membengkak dan kedua matanya yang merah. Maka apabila seorang dari kamu mengalami hal itu dan ia berdiri, hendaklah ia duduk. Jika sedang duduk, hendaklah ia tidur, jika masih tetap begitu, maka berwudhulah dengan air dinginatau mandilah, karena api itu hanya dapat dipadamkan oleh air. [76]

Demikianlah beberapa akhlak tercela yang berhubungan dengan kehidupan di  lingkungan masyarakat yang wajib kita hindari agar tidak terjadi kerusakan dalam tatanan kehidupan, seperti yang terjadi pada zaman jahiliyah. Pada zaman jahiliyah manusia terbelenggu dengan keserakahan, ketamakan dan kecintaan terhadap urusan duniawi karena meraka jauh dari ajaran yang benar. Setelah datangnya Rasulullah saw., Dan ajaranya manusia menjadi mengerti tentang hakikat kebenaran dan akhlak manusia berlahan berubah dari kebobrokan menjadi akhlakul karimah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.   KEUTAMAAN AKHLAKUL KARIMAH

Hamba yang berakhlakul karimah memiliki keutamaan, baik dihadapan Allah swt., maupun dihadapan sesama manusia . Orang yang mulia akhlaknya bagaikan mutiara diantara butiran pasir, ia bisa menjadi penghias dan sekaligus sebagai suri tauladan bagi orang lain disekitarnya. Sikap yang baik mencerminkan budi pekerti yang luhur.  Perbuatan yang lahir dari hati yang bersih menimbulkan berbagai dampak positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

 

a.  Hamba yang Berakhlakul Karimah Lebih Mulia di hadapan Allah

Kedudukan manusia dihadapan Allah swt., tidak dilihat dari banyaknya harta yang dimiliki ataupun bentuk fisiknya akan tetapi Allah swt., melihat manusia berdasarkan ketakwaan dan amal perbuatanya serta apa yang ada dalam hatinya. Manusia yang memeiliki kedudukan yang mulia dihadapan Allah swt. Adalah orang yang paling baik akhlaknya. Akhlak yang mulia dapat terlihat dari bagaimana dirinya menyikapi dan menghadapi kehidupan. Orang yang brakhlak mulia akan selalu bertindak sesuai dengan aturan dan rambu-rambu yang sudah digariskan oleh Agama. Dalam Islam akhlak memiliki kedudukan yang tinggi, karena pada dasarnya Islam diturunkan untuk memperbaiki akhlak manusia dari perilaku-perilaku yang menyimpang menuju perilaku yang lurus.

Kemuliaan akhlakul karimah menjadikan manusia selau menyadari akan keindahan dan besarnya kekuasaan Allah swt., sehingga hari-harinya tidak lepas dari mengingat Allah swt., dan selalu menjaga lisan dari perkataan yang buruk, menjaga hati dari kekotoran ria,iri,hasud,dengki dan aneka perbuatan yang berdampak buruk pada kehidupanya. Kemuliaan akhlak inilah yang menjadikan manusia memiliki derajat yang mulia dihadapan Allah swt.

Berbeda dengan orang –orang yang terlena dengan bujukan syaitan, mereka tidak mengawasi dirinya sendiri, hatinya dibiarkan mengindap berbagai penyakit yang terus menggerogoti amal sholehnya. Orang yang terbiasa dengan hati yang sakit, lisan yang tidak terkendali dari mengghibah, jiwa yang rusak karena amarah, dendam dan berbagai kelainan perilaku lainya haruslah segera berbenah diri dan muhasabah dan bertaubat kepada Allah swt.

Allah swt. Berfirman.

* ¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ

Artinya:” Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (An –Nahl; 90)

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diperintahkan untuk berbuat kebajikan dimuka bumi. Kebajikan bisa dimaknai sebagai sikap yang baik (berakhlakul karimah) dalam bergaul dan menjalankan kehidupan, kemudian kita diperintahkan oleh Allah swt., untuk menjauhi perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.

 

b. Kehidupan Nabi Muhammad saw. sebagai Suri Tauladan dalam Pembentukan Akhlakul Karimah

Kita semua tahu bahwa salah satu faktor terpenting dalam kemajuan Islam adalah akhlak yang sempurna dari nabi Muhammad saw. Kenyataan ini disebutkan dalam firman Allah swt. ,” dan sekiranya engkau berlaku kasar maka mereka pasti sudah bertebaran darimu dengan keras hati” ( Q.S.3;158)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa diantara salah satu tujuan dari diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Beliau Shallallahu ‘alaihiwa Sallam bersabda:

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”[77] Dan semua ajaran-ajaran generasi dahulu yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala syari'atkan bagi hamba-hamba-Nya, semuanya juga menganjurkan untuk berperilaku dengan akhlak yang utama. Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa akhlak yang mulia merupakan sebuah tuntunan yang telah disepakati bersama oleh semua syari'at. Akan tetapi, syari'at yang sudah sempurna ini telah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bawa lagi dengan berbagai kesempurnaan akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang terpuji.[78]

Nabi merupakan utusan Allah swt. yang memiliki akhlak mulia, sejarah mencatat keluhuran budi pekeri yang dimiliki oleh Rasulullah saw. Beliau di utus oleh Allah swt. memang untuk memperbiki akhlak manusia. Kesempurnaan akhlak  kekasih Allah ini tercermin dari sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.

  Dalam sebuah hadits yang shahih, bahwa Hisyam bin Hakim bertanya kepada Ummul Mukminin 'Aisyah tentang akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu ia menjawab:

كان خلقه القرآن

Artinya :"Akhlaq beliau adalah Al-Qur'an"

kemudian ia berkata: Sungguh, aku langsung berhasrat untuk berdiri dan tidak bertanya apa-apa lagi [79]. Maka, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah hamba yang paling sempurna akhlaknya dalam segala segi kebaikan dan segala sifat serta perbuatan dan perlakuan.

Beberapa ketauladana beliau di sisahkan sebagai berikut : ‘bahwasanya ada seorang laki-laki datang menemui Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah, binasalah aku !!, lalu beliau bertanya padanya: "Apa yang membuatmu binasa?", laki-laki tersebut menjawab: Aku telah bersetubuh dengan istriku pada siang hari di bulan Ramadhan, Nabi berkata padanya: "Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan seorang budak?", dia berkata: Tidak, beliau bertanya lagi: "Apakah engkau sanggup untuk berpuasa selama dua bulan berturut-turut?", dia menjawab: Tidak, beliau bertanya lagi: "Apakah engkau memiliki sesuatu untuk memberi makan enam puluh orang miskin?", dia menjawab: Tidak, lalu ia pun duduk. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengambil sebuah al-'Aroq atau wadah berisi kurma lalu memberikannya kepada lelaki tersebut, kemudian beliau berkata kepadanya:" Bersedakahlah dengannya ", ia berkata: apakah yang lebih fakir dariku?! tidak ada lagi di antara dua ujung kota ini orang yang lebih membutuhkan dari diriku, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun tertawa sampaisampai terlihat gigi taringnya, lalu beliau berkata: "Pergilah, dan berilah makan keluargamu [80]". Kemuliaan akhlaq Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam kisah ini nampak jelas sekali, dimana beliau tidak menghardik lelaki tersebut, dan tidak pula mencaci-maki atau bahkan mencelanya. Karena lelaki tersebut datang kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam keadaan menyesal, bertaubat dan diliputi oleh rasa takut. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun melihat dengan ilmu dan kebijaksanaannya, bahwa lelaki tersebut tidak pantas untuk dicela, akan tetapi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan kepadanya suatu kebenaran yang datang dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala , dan menyambutnya dengan penuh lemah-lembut dan sikap yang halus.[81] Hal ini merupakan rasa kasih sayang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yang Allah puji-puji dalam Al-Qur'an dengan firmanNya :

ôs)s9 öNà2uä!%y` Ñ^qßu ô`ÏiB öNà6Å¡àÿRr& îƒÍtã Ïmøn=tã $tB óOšGÏYtã ëȃ̍ym Nà6øn=tæ šúüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ Ô$râäu ÒOŠÏm§ ÇÊËÑÈ

Artinya : “ sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.(Q.S At Taubah : 128)

Adapun kelembutan dan kemuliaan akhlaqnya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, sungguh, beliau adalah seorang yang lembut dan penyayang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bukanlah orang yang keji dalam perkataan dan perbuatan, dan bukan pula orang yang suka berbuat kekejian [82]. Dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bukanlah orang yang suka berteriak-teriak di pasar. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak mau membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi Dia malah memaafkan dan mengampuni.[83]

Anas bin Malik berkata: Aku pernah menjadi pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam selama sepuluh tahun. Demi Allah, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah berkata kepadaku "ah" sama sekali, dan tidak pula beliau bertutur kepadaku: "Mengapa engkau berbuat demikian?", atau: "mengapa engkau tidak berbuat demikian?"[84].

Keteladanan yang dimiliki oleh Rasulullah saw.,  merupakan anughrah yang diberikan oleh Allah swt. kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai pedoman dan tuntunan kepada kita semua. Sikap ramah tamah merupakan keindahan akhlak yang senantiasa diperlihatkan oleh mereka pada umatnya. Dalam berbagai hal Rasulullah saw., selalu menunjukan sikap yang bijaksana, pemaaf dan adil. Sikap seperti inilah yang hendaknya kita tanamkan pada diri kita. Sebagai utusan Allah swt. mereka selalu sabar dalam menghadapi berbagai permasalalah yang menimpa diri-Nya dan umat-Nya. Kasih-sayang yang diberikan oleh para utusan Allah swt. kepada umatnya membawa kesejukan hati dan ketenangan jiwa. Begitu indahnya akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah saw., ini.

Bercermin dari hal tersebut hendaknya bisa kita jadikan sebagai pedoman utuk memperbaiki kualitas diri. Sikap yang baik merupakan warisan yang harus senantiasa kita ikuti. Keteladanan dan budi pekerti yang selama ini belum sempat kita terapkan dalam kehidupan hendaknya segera untuk kita benahi dan kita laksanakan. Sikap kesederhanaan dan kerendahan diri merupakan nilai-nilai moral yang sangat luhur yang bisa menjadikan seseorang mulia dihadapan Allah swt. Derajat manusia tidak hanya ditentukan oleh ketakwaanya tetapi juga budi pekerti yang menempel pada dirinya.

Sepanjang jaman banyak kita temui para pemimpin, penyair dan penyebar kebaikan dimuka bumi ini akan tetapi tidak seperti Para Rasulullah saw.,  Beliau memiliki kesempurnan akhlak dan ketundukan yang tulus didasari keikhlasan dan ilmu pengetahuan yang dikelola dengan baik oleh hati nurani, sehingga tidak menimbulkan keserakahan, keangkuhan dan kesombogan.

 Sejarah mencatat bahwa kehidupan para nabi dan rasul sejak zaman nabi Adam as. sampai dengan nabi terakhir Muhammad saw. selalu diliputi dengan kemuliaan akhlak. Sikap sederhana dan rendah hati yang ditunjukan dan ketundukan kepada Allah swt. merupakan sikap yang dijumpai oleh para utusan Allah swt. Mereka mengabdikan dirinya untuk senantiasa menjalankan segala perintah Allah swt. dengan sepenuh hati tanpa adanya tendensi untuk menjadi penguasa dimuka bumi ini dengan penuh ketamakan.

Ketaatan terhadap apa yang digariskan oleh Allah swt. dilakukan dengan keikhlasan dan ketundukan hati serta kesadaran akan kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Manusia merupakan mahluk yang lemah dengan segala kekuranganya, tiada kekuatan dan daya selain selain dari pertolongan Allah swt.

Dalam sejarah hidup Rasulullah saw ada sesuatu yang pantas dipuji oleh seluruh orang muslim, baik dalam aspek agama maupun dunia, dalam iman maupun keyakinan, dalam ilmu dan amal, dan dalam peradaban dan akhlak. Dengan sistem yang benar, maka sejarah hidup Rasulullah saw., Akan menjadi teladan bagi manusia, akhlaknya akan menjadi panutan, perbuatan dan ucapanya akan menjadi petunjuk, untuk menegakan jiwa yang roboh, paradigm yang goncang dan kebaikan yang terkoyak. Kepribadian Rasulullah saw., menempati rangking yang begitu tinggi, sebuah kepribadian yang istimewa, yang dapat mengalahkan semua idola seberapapun besar popularitas mereka.

Rasulullah saw., bukanlah orang yang sombong, memperbudak, arogan, ataupun diktator. Rasulullah saw., datang sebagai sosok pezuhud, asketis, rendah hati, orang yang takut dan hidup sengsara, merendahkan diri kepada keagungan Allah swt. beliau khusuk dalam ketaatan kepada-Nya, menangis karena takut kepada Allah swt. Di dalam dadanya terdengar suara mendidih seperti mendidihnya sebuah ketel, karena tangis yang aada di dada . Beliau mau berjalan dengan orang yang paling buruk, membantu orang fakir, melayani orang yang lemah dan menolong orang yang ntertindas.

Rasulullah saw., menanamkan kebaikan di dalam jiwa, keutamaan di dalam hati, mencabut pokok kemusrikan dan memproklamirkan tidak ada tuhan selain Allah swt. beliau membawa semuanya, melebarkan semuanya, mengusap air mata orang –orang yang menangis dan menggandeng tangan orang –orang yang tersisih. Dalam sebuah ayat, Allah swt. berfirman.

ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  

Artinya : “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al Ahzab : 21)

Beliaulah yang membimbing, darinya mereka dapat belajar keteguhan dan kemauan yang keras. Sang penyeru kepada Allah swt. yang dari pertolongan dakwahnya, mereka dapat menyerap rahmat dan hikmah. Sang hakim yang dari sunah dan petunjuknya dapat diambil hukum yang adil. Sang pemutus, yang darinya dapat diambil keadilan dan keputusan dalam berbagai persengketaan.Sang ayah, yang denganya mereka dapat mengikutinya dalam pendidikan dan pengasuhan. Sang pedagang, yang memberikan jalan kejujuran, kepercayaan dan toleransi.

 Begitulah, dengan sunah dan petunjuknya setiap muslim akan dapat mewujudkan kebahagiaan secara hakiki. Akan sangat baik bagi seorang muslim  mempelajari sejarah hidup Rasulullah saw. Mereka akan melihat bagaimana perjuangan Rasulullah saw., dalam beribadah, untuk mencari suatu dasar dan teladan. Bagaimana kezuhudan Rasulullah saw.,, di dunia, sehingga mereka dapat mengurangi keterseretan mereka di belakang syahwat, keterikatan terhadap berbagai kesenangan. Bagaimana keteguhan Rasulullah saw., dalam berdakwah dengan menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, maka merekapun akan dapat mengerti arti sebuah ketegaran dalam menghadapi malapetaka dan ujian yang berat. [85]

 

Rasulullah saw telah memberikan contoh dengan akhlak yang sangat mulia, sebagaimana digambarkan oleh Allah swt. dalam sebuah ayat :

y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  

 

Artinya : “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al- Qolam : 4)

Rasulullah saw., Juga bersabda :Orang yang terpilih diantara kalian adalah orang  yang paling baik akhlaknya. (H.R. Bukhori dan Muslim)

Dari kedua keterangan di atas menggambarkan betapa mulianya akhlak Rasulullah saw., dalam setiap hal Rasulullah saw., selalu menunjukan akhlakul karimahnya. Dalam keluarga, masyarakat bahkan dalam pemerintahan Rasulullah saw., Selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh umatnya sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan dimanapun dan kapanpun. Rasulullah saw., merupakan manusia yang terpilih karena akhlaknya yang mulia.

Kemuliaan akhlak Rasulullah saw.,, menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan di dunia. Hal ini karena dalam setiap permasalahan Rasulullah saw., Selalu memberikan contoh dan bimbingan yang baik kepada umat Islam baik dalam masalah ibadah maupun muamalah. Dalam masalah ibadah Rasulullah saw, adalah orang yang paling tunduk terhadap apa yang diperintahkan Allah swt, semua yang diwahyukan kepada Nya tidak satupun yang dibantah dan diingkari, yang harus dikerjakan maka beliau kerjakan dan yang harus ditinggalkan maka beliau tinggalkan.

Dalam urusan muamalah Rasulullah saw., adalah orang yang paling jujur dan paling menghargai orang lain baik melalui perkataan maupun perbuatan. Oleh karena itu akhlak Rasulullah saw., dijadikan sebagai pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan hidup di dunia untuk mencapai Ridlo Allah swt.

c.  Kehidupan yang Penuh Rahmat dan Ridlo Allah SWT

Keberadaan manusia sering kali dihubungkan perilaku dan sikap yang dimiliki, sebagai umpama ketika seseorang memiliki pribadi yang baik, tuturkata yang bijak, akhlak yang mulia maka banyak dicari dan dipertanyakan keberadaanya. Akan tetapi jika seseorang memiliki kepribadian yang buruk, tuturkata yang kotor maka kehadiranyapun tidak diharapkan oleh masyarakat. Ketika dihadapan manusia sudah sedemikian maka bagaimana ketika dihadapan Allah swt. ? pertanyaan ini tentunya bisa kita jawab dengan mudah. Allah swt. Tidak melihat seseorang berdasarkan bentuk luarnya, hartanya melainkan Allah swt. Melihat seseorang berdasarkan amal dan hatinya.

Orang yang memeiliki hati mulia, bersih dari dengki, iri, hasud, ria, sombong dan berbagai bentuk penyakit hati lainya tentunya akan mendapatkan kedudukan yang lebih mulia dihadapan Allah swt. Kehidupan seseorang yang memiliki kesempurnaan akhlak bagaikan butiran mutiara dalam kubangan pasir, artinya kehidupanya lebih baik dibandingkan para penyandang penyakit hati yang hidupnya dipenuhi dengan kemungkaran, kekufuran, keserakahan, akal dan hatinya dikuasai oleh hawa nafsu yang selalu membisikan kearah kebatilan. Orang yang berakhlak mulia senantiasa merasa bahwa dalam dirinya selalu terdapat kelemahan dan kekurangan, hari-harinya selalu di isi dengan memperbaiki diri dan menghilangkan segala bentuk kemunafikan yang mengakibatkan kekotoran jiwanya.

Sikap amarah dalam dirinya selalu di jadikan sebagai lawan yang harus setiap saat diperangi, ria merupakan musuh dalam selimut yang harus selalui diwaspadai keberadaanya, dengki merupakan cermin dari orang yang tidak mampu demikian juga iri. Kekuatan jiwa yang tersembunyi dalam relung hati yang paling dalam merupakan sikap kejujuran yang harus senantisa diperankan dalam kehidupan. Semangat untuk senanatiasa memperbaiki diri memberikan dampak yang besar bagi seseorang untuk bangkit dari jurang kebobrokan akhlak.

Apabila manusia menjaga hatinya dari sikap-sikap yang tidak terpuji dengan senantiasa mengharapkan pertolongan dan rahmat dari Allah swt. maka hidayah dan rahmat itu akan muncul sebagai penerang jalan dan pencegah dari kekotoran jiwa yang selama itu di takutkan oleh jiwa yang merindukan keindahan akhlak. Betapa dekatnya orang yang berhati mulia dengan Allah swt. karena dalam segala gerak hidupnya senantiasa disandarkan kepada apa yang telah diperinta kan olehNya.

 

d.    Terciptanya Suasana Kehidupan yang Aman, Nyaman, Tentram Jauh dari Kerusakan dan Kebinasaan

Rusaknya akhlak menusia dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya diakibatkan oleh keinginan yang terlalu besar untuk mencapai sesuatu yang diharapkan tanpa memperhitungkan dampak bagi dirinya dan orang lain. Keinginan tersebut menimbulkan sebuah ambisi yang tidak terbendung sehingga menggerakan hati untuk tamak terhadap sesuatu yang diinginkan. Apabila keinginan itu tidak tercapai maka orang tersebut akan merasa iri terhadap orang lain yang memperoleh apa yang diinginkanya. Dari hal yang kecil  ketika tidak diwaspadai akan menimbulkan dampak yang besar pada dirinya.

Terapi bagi orang yang mengalami kerusakan akhlak adalah dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah swt. Menyadari akan sikap dan perbuatanya yang tidak sesuai dengan norma agama dan masyarakat. Jika demikian maka segeralah untuk menghilangkan segala bentuk kedoliman yang selama ini di lakukan. Manusia mendapatkan kesempatan untuk bertaubat dan selalu berbuat baik selagi dia belum diambil nyawanya oleh Allah swt. Upaya untuk memperbaiki diri inilah yang disebut sebagai perubahan menuju kearah kebaikan.

Akhlak yang baik dalam kehidupan sangat menunjang terciptanya kehidupan yang harmonis, nyaman, aman dan damai. Pada hakekatnya kebutuhan manusia tidak hanya berputat kepada kebutuhan lahiriah saja, tetapi ada kebutuhan yang lain yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan rohani. Rohani kita membutuhkan sesuatu yang bisa membuat kebahagiaan jiwa. Hal ini bisa diperoleh dengan cara menata hati dan jiwa untuk senantiasa selaras dan sejalan dengan hati nurani. Artinya hati kita memiliki kepekaan untuk berbuat baik, apabila kepekaan hati itu dilanggar maka sebenarnya hati kita akan menentangya, oleh karena itu sebagai manusia yang bijak hendaknya mengerti akan kebutuhan dirinya. Apa yang diinginkan oleh hati hendaknya dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan langkah dan tujuan.

Keindahan akhlak yang mulia merupakan dampak dari upaya untuk memperbaiki kuwalitas diri. Keberhasilan seseorang dari menata jiwanya akan berdampak pula kepada kehidupan orang, terutama bagi orang  terdekatnya. Dampak tersebut sangat terasa apabila interaksi  yang dilakukan secara terus menerus itu berlangsung dengan terus mengarah kepada perbaikan pada setiap harinya. Orang terdekat seperti keluarga sangat mengharapkan adanya suritauladan yang baik dari sesama anggota keluarga.

Perlakuan-perlakuan yang bijak dan penuh kasih sayang sangat didambakan oleh seluruh angota keluarga, terlebih bagi seorang anak yang masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang yang tulus oleh orang tua dan anggota keluarga lainya. Hal yang serupa juga dialami dalam kehidupan dalam lingkungan yang lebih luas, mereka mendambakan kehidupan yang harmonis, pergaulan yang sehat, perilaku-perilaku masyarakat yang sesuai dengan tuntunan agama.

Terciptanya kehidupan yang penuh kedamaian dalam lingkungan merupakan titik berat dari pengaruh perilaku yang mulia dari segenap manusia yang berada didalamnya. Oleh karena itu diperlukan adanya bimbingan dan pembinaan secara terus menerus terhadap aktifitas masyarakat agar menuju kearah perilaku yang mulia (akhlakul karimah).

 

e.     Keseimbangan Hidup Antara Dunia Dan Akhirat Mewujudkan Kesejahteraan dalam Kehidupan

Bekerja merupakan suatu keharusan bgi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun demikian, kita tidak boleh lantas mengabaikan urusan akhirat hanya mngejar urusan dunia. Imam Ali r.a. pernah mengatakan, “ bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya. Beramalah untuk akhiratmu, seakan-akan kamu mati besok.

Islam adalah agama yang sempurna. Ajaranya sangat lengkap, tidak hanya untuk kepentingan dunia, tetapi juga memperhatikan kepentingan akhirat. Sebagai orang Islam, kita meyakini bahwa kehidupan tidak hanya di dunia. Kita meyakini bahwa setelah kita hidup di dunia ini, ada kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat. Kita tidak bisa mementingkan salah satu kehidupan saja dengan melupakan yang lain. Orang  hidup pasti ingin meraih kebahagiaan. Dengan demikian, kita diperintahkan untuk memenuhi kebutuhan dunia, tetapi akhiratpun harus diperhatikan. Semua itu perlu keseimbangan.

Kesadaran manusia akan adanya kehidupan setelah di dunia akan menimbulkan dampak pada perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Manusia akan merasa rugi manakala kehidupan di dunia tidak berarti apa-apa tanpa berbuat kebaikan pada orang lain. Apalah guna manusia memupuk kesenagnan untuk dirinya sendiri di dunia yang fana ini. Perbuatan yang melanggar norma agama jelas akan merugikan manusia karena kelak diakhirat segala amal perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan. Kesalahan kita walaupun sekecil bijih dirra pasti akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt. Sebaliknya perbuatan kita walaupun sekecil apapun juga akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt. Allah swt. berfirman.

`tBur ö@yJ÷ètƒ tA$s)÷WÏB ;o§sŒ #vx© ¼çnttƒ ÇÑÈ

Artinya:” dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”.

Ayat tersebut jelas menunjukan bahwa segala perbuatan kita akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt. Sekecil apapun perbuatan kita akan dipertanyakan di alam akhirat kelak, untuk itu selagi masih hidup di alam dunia sebaiknya kita perbanyak amal kebaikan untuk bekal kita kelak di alam akhirat yang kekal. Namun demikian mengejar akhirat bukan berarti meningalkan urusan akhirat. Allah swt. berfirman.

Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  

Artinya:” dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S Al- Qashash : 77)

Mengejar urusan dunia untuk kepentingan akhirat merupakan sebuah keharusan bagi manusia, hidup yang dijalani adalah anugrah dan harus diupayakan semaksimal mungkin agar kehidupan yang dijalani membawa dampak positif terhadap diri kita, keluarga dan juga lingkungan. Perilaku manusia ketika menjalani kehidupanya dialam dunia ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian kebahagiaan di alam akhirat. Segala sesuatu yang dijalankan dengan berpegang terhadap akidah dan syariat ajaran agama Islam  maka akan menghasilkan buah yang manis kelak dikemudian hari jika dilakukan dengan keikhlasan dan kerendahan hati dan penuh pengharapan.

 

 

f.   Hidup Terasa Indah Dengan Kerendahan Hati Dan Kesederhanaan

Sikap tawaduk atau rendah hati dan kesederhanaan merupakan cerminan bagi orang  yang memiliki keimanan yang sempurna, kerendahan hati merupakan sikap seorang muslim yang sadar akan segara kelemahan dan kekuranganya. Manusia diciptakan oleh Allah swt. Dengan penuh kesempurnaan, akan tetapi disisi lain manusia adalah mahluk yang lemah dan tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan kekuasaan Allah swt. Untuk apa manusia berbuat sombong di muka bumi ini, apa yang bisa manusia sombonkan? Pada hakekatnya orang  yang sombong adalah orang  yang sangat merugi dan jauh dari rahmat Allah swt.

Bagaimana tidak,  semua yang di sombongkanya pada akhirnya tidak akan bisa dibawa mati, semua akan kembali kepada Allah swt. Harta, tahta ataupun kemewahan lainya yang dimiliki seseorang di dunia semua tidak akan membawa kemuliaan manakala menyebabkan dirinya menjadi seorang yang sombong. Maka dari itu diperlukan kerendahan hati dan kesederhanan dalam hidup agar kita selalu menyadari tugas dan kewajiban kita sebagai khalifah dimuka bumi ini.

Allah swt. memberikan ujian kepada manusia tidak hanya berupa musibah atau penyakit, akan tetapi ujian yang paling berat begi manusia adalah manakala dia diberikan harta yang melimpah. Apakah hartanya akan digunakan sebagai sarana beribadah kepada Allah swt. ataukah sebaliknya, hartanya menjadikan dirinya jauh dari mengingat Allah swt, karena sehari-hari disibukan dengan urusan harta sehingga lupa akan tugas dan kewajibanya kepada Allah swt.

Islam mengajarkan manusia agar tidak terpedaya dengan kenikmatan duniawi yang sesaat, hidup sederhana dan sikap rendah hati merupakan benteng terhadap kecintaan terhadap harta secara berlebih-lebihan. Sikap hidup sederhana bisa dimulai dari cara berpakaian yang tidak glamor, makan dengan menu yang sederhana, bergaul dengan masyarakat dengan penuh kerendahan hati dan tidak menampakan kelebihan yang dimilikinya.

Kesederhanaan hidup juga dapat tercermin dari sikap dan perkataanya ketika bergaul. Orang yang sederhana selalu menjaga perkataanya dari menyanjung dan melebih-lebihkan diri sendiri, sanjungan dan pujian hanya menjadikan manusia terlena akan segala kekurangan yang dimilikinya. Beruntunglah bagi orang yang selalu berusaha untuk mencari-cari kekurangan dirinya sendiri dari pada mencari-cari kekurangan dan kesalahan orang  lain.

 

g.  Akhlak Yang Mulia Adalah Pembeda Manusia Dengan Kehidupaun Hewani

Setiap manusia memiliki tabiat dan hawa nafsu, nafsu hayawaniyah adalah salah satu nafsu yang mendorong manusia melakukan perbuatan yang tidak terpuji, seperti membunuh, menyakiti orang  lain, ingin menang sendiri, rakus dan berbagai sikap yang menyerupai hewan lainya. Sikap tersebut hendaknya kita jauhi karena kita sebagai manusia memiliki kedudukan yang mulia dibandingkan mahluk Allah swt. Lainya. Manusia dianugerahi akal dan pikiran serta hati nurani sehingga bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk.

Manusia seharusnya memiliki kepribadian yang baik melebihi mahluk Allah lainya, karena manusia merupakan mahluk yang diberi anugerah oleh Allah berupa hati, ketika hati kita dilatih dan diarahkan untuk menerima sesuatu yang positif maka hati kita akan menjadi hati yang mulia. Akhlak merupakan perangai atau watak seeseorang yang melekat dalam jiwa seseorang. Perpaduan antara jiwa, hati dan pikiran manusia memberntuk sebuah kepribadian.

Akhlak manusia berbeda dengan akhlak binatang yang hanya mementingkan hidupnya sendiri. Hewan mempertahankan kehidupan dirinya sendiri dengan segenap insting yang dimilikinya, seperti membunuh, berlindung, memakan, dan bertahan hidup tanpa memperdulikan kelangsungan hidup mahluk lainya. Maka dari itu apabila diantara manusia ada yang melakukan pembunuhan terhadap sesam manusia, menyakiti sesama manusia, berbuat kemungkaran yang tujuanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan merugikan orang banyak, itu semua takubahnya seperti sikap binatang bahkan lebih jahat lagi dari mereka.

Manusia yang berhati mulia dan dapat mengerti akan kedudukan sebagai manusia maka akan berusaha mengasah sikap kemanusiaanya itu sehingga menjadi insan yang sempurna, menghilangkan sedikit demi sedikit sikap kebinatangan yang melekat pada dirinya, merupah tabiat yang jelek mnjadi tabiyat yang baik dimata manusia dan di mata Allah swt.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

E.  IBADAH SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH

Ibadah secara etimologi berarti taat serta tunduk, menurut istilah ibadah memiliki banyak pengertian diantaranya adalah ketaatan untuk mematuhi segala perintah Allah swt. dan meninggalkan laranganya disertai dengan ketundukan. Ibadah juga berarti menyerahkan segenap jiwa dan raga untuk menghambakan diri kepada Allah swt. dengan menjalankan syareat yang dibawa oleh Rasulullah saw, agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allah swt. Berfirman dalam Q.S. adz- dazariyat ayat 56-58.

$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ   !$tB ߃Íé& Nåk÷]ÏB `ÏiB 5-øÍh !$tBur ߃Íé& br& ÈbqßJÏèôÜムÇÎÐÈ   ¨bÎ) ©!$# uqèd ä-#¨§9$# rèŒ Ío§qà)ø9$# ßûüÏGyJø9$# ÇÎÑÈ  

 

Artinya:” dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”

Ayat di atas jelas menunjukan perintah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah swt. Bahkan perintah tersebut tidak hanya ditunjukan kepada manusia akan tetapi juga diperintahkan kepada mahluk lainya yaitu jin. Kejelasan perintah ini menunjukan betapa sang Khalik  sangat peduli terhadap mahluknya, Allah swt, memiliki sifat Rahman dan Rahim. Allah swt. memberikan jaminan akan risky kepada kita semunya dengan sifat maha kayanya. Seharusnya manusia merasa malu manakala dalam dirinya tidak terdapat rasa syukur , karena sesungguhnya segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Allah swt. dan akan kembali kepadaNya.

Ibadah merupakan bentuk rasa syukur kita terhadap nikmat yang telah diberikan kepada kita. Ibadah juga merupakan tameng bagi kita untuk menghindari segala bujuk rayu Syaiton yang senantiasa mengintai untuk menyesatkan kita. Ibadah memiliki cakupan yang sangat luas, meliputi ibadah jasmaniyah dan ibadah ruhaniyah, ibadah yang berkaitan dengan Allah swt. Secara lansung dan ibdah yang berkaitan terhadap mahluk Allah swt. Ibadah yang bersifat jasmaniyah seperti sholat, puasa, haji dll. Ibadah yang bersifat rukhaniyah seperti dzikir, doa, mujahadah, menahan hawa nafsu, mukhasabah dll. Pada dasarnya ibadah harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan dilakukan dengan segenap jiwa dan raga. Ibadah yang dilakukan dengan penuh ketundukan dan pengharapan akan rahmat dan hidayang Allah swt. Memberikan dampak yang luas terhadap kehidupan seseorang. Orang yang melakukan ibadah dengan tekun lambat laun akan mempengaruhi akhlaknya sehingga menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.

 

a.  Ibadah Sebagai Sarana Membangkitkan Kesadaran Berakhlakul Karimah

Ibadah yang dilakukan oleh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlakya. Setiap apa yang diperintahkan oleh Allah swt., adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi manusia dan mahluk lainya, jika perintah itu benar-benar dilaksanakan dengan penuh kesadaran maka berubah menjadi kebiasaan yang baik yang tertanam dalam diri seseorang. Contoh kecil apabila kita membiasakan untuk senantiasa mengucapkan kata-kata yang baik, maka hal tersebut akan membekas pada dirikita dan apabila suatu ketika tertantang untuk mengatakan kata-kata yang kotor dengan sendirinya lisan dan hati kita akan menolaknya.

Semakin tinggi ketundukan seseorang terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah swt. Semakin tinggi pula kedudukan akhlaknya. Hal tersebut bisa kita lihat dari kedudukan para Nabi dan orang –orang soleh yang sangat patuh terhadap perintah Allah swt. dan sangat mulia pula akhlaknya. Ibadah adalah salah satu jalan bagi manusia untuk memperbaiki perilaku dalam hidupnya, tidak ada upaya yang dilakukan kecuali ada hasil yang mengiringinya.

Sebagai contoh ibadah yang lain adalah membaca Al-Qur’an. Orang – orang yang benar-benar teguh terhadap ajaran-ajaran Al-Qur’an tentu akan mendapatkan dan merasakan nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya. ([86]) Nilai-nilai positif tersebut akan melekat dan tertanam kuat dalam jiwanya tercermin dalam sikap dan prilaku hidupnya sehari-hari, antara lain :

a)    Orang beriman senang membaca Al-Qur’an dengan benar dan khusu. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah swt. :

¨bÎ) tûïÏ%©!$# šcqè=÷Gtƒ |=»tGÏ. «!$# (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qà)xÿRr&ur $£JÏB öNßg»uZø%yu #uŽÅ  ZpuŠÏRŸxtãur šcqã_ötƒ Zot»pgÏB `©9 uqç7s? ÇËÒÈ  

Artinya:” Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,” (QS. Fathir :29)

b)   Orang beriman senang mendengarkan bacaan yang baik dari Al-Qur’an, bahkan setiap mendengar ayat-ayat yang menyentuh nuranainya imanya menjadi semakin kuat, kadang –kadang bahkan air mata haru sempat mengalir karena tersentuh belaianya. Bacaan Al-Qur’an sering mendorong tekadnya untuk bisa lebih meningkat lagi dalam menjalani keutamaan pengabdian hidupnya. Allah berfirman :

#sŒÎ)ur ˜Ìè% ãb#uäöà)ø9$# (#qãèÏJtGó$$sù ¼çms9 (#qçFÅÁRr&ur öNä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇËÉÍÈ

Artinya:” dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Allah swt.’raaf 204)

c)    Orang beriman senang memperhatikan isi kandungan keutamaan yang terdapat dalam ayat-ayat Al – Qur’an yang mulia itu. Ayat-ayat yang menyentuh nuraninya diperhatikan, pikirkan dan direnungkan dengan penuh rasa khusu ‘. Ketika dia memperoleh kesimpulan petunjuk istimewa dari Allah melalaui Al-Qur’an , imanya menjadi semakin mantap, tekadnya semakin kuat dan nuraninya bersinar. Allah berfirman :

žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  

Artinya:” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imron : 190-191)

d)   Orang beriman hatinya mantap untuk menjalankan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Hidup duniawi yang penuh misteri ini memberikan keyakinan bahwa yang benar-benar mengerti dengan rahasia kehidupan hanya Allah. Doa yang selalu dibacakan setiap sholat adalah “tunjukanlah kepada kami jalan yang lurus “. Petunjuk Al-Qur’an adalah jalan yang lurus itu. Isinya merupakan petunjuk bagi orang –orang yang bertaqwa. Maka kita semakin senang mencari petunjuk hidup di dalam Al-Qur’an. Allah swt. Berfirman :

!$¯RÎ) $uZø9tRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# Ĩ$¨Y=Ï9 Èd,ysø9$$Î/ ( Ç`yJsù 2ytF÷d$# ¾ÏmÅ¡øÿuZÎ=sù ( `tBur ¨@|Ê $yJ¯RÎ*sù @ÅÒtƒ $ygøŠn=tæ ( !$tBur |MRr& NÍköŽn=tã @@Å2uqÎ/ ÇÍÊÈ  

Artinya:” Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk Maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka ”. (Q.S. Az-Zumar : 41)

e)    Orang beriman tidak pernah meragukan kebenaran ajaran Al-Qur’an, meskipun orang – orang kafir pemuja duniawi membanggakan hasil-hasil temuannya yang nampak menakjubkan itu, umat beriman tidak akan terpengaruh.[87] Al-Qur’an menyebutkan kebanggaanya yang keliru dari orang kafir dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

$£Jn=sù öNßgø?uä!%y` Nßgè=ßâ ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ (#qãm̍sù $yJÎ/ NèdyYÏã z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# šX%tnur NÎgÎ/ $¨B (#qçR%x. ¾ÏmÎ/ tbrâäÌöktJó¡o ÇÑÌÈ  

Artinya : “ Maka tatkala datang kepada mereka Rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada merekadan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu”. (Q.S. Al-Mukmin : 83)

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang beriman kepada Al-Qur’an akan senantiasa berhati-hati dalam menjalankan segala amal perbuatan. Al-Qur’an selau dijadikan rujukan untuk menentukan segala hal yang berkaitan dengan muamalah dan ibadah serta pemecahan berbagai permasalahan yang melanda hidupnya. Dengan Al-Qur’an manusia menjadi terarah hidupnya dan jauh dari kesesatan. Ajaran yang terdapat didalamnya merupakan petunjuk dari Allah swt. kepada manusia agar selamat di dunia dan di akhirat.

Di dalam Al-Qur’an juga terdapat ajaran-ajaran akhlak yang sangat mulia, sebagaimana disampaikan dalam hadits nabi bahwa “ Akhlak Nabi adalah Al-Qur’an”. Segala yang brkaitan dengan akhlak Rasulullah semua terdapat dalam Al-qur’an, mulai dari sidik,amanah, fatonah, tabligh,[88] serta akhlakul karimah Nabi lainya semua diterangkan dalam Al-Qur’an. Untuk itu pemahaman terhadap ayat Al-Qur’an harus benar-benar ditingkatkan mulai dari cara membacanya sampai dengan penafsiran setiap ayatnya sehingga kita bisa memperoleh petunjuk melalui Al-Qur’an.

 

b. Sholat Mengajarkan Kita Untuk Bersikap Rendah Hati dan Tidak Sombong

Sholat merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt. Dalam Q.S.  Al- Ankabut: 45

ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) šÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çŽt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ  

Artinya; “bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Asal makna shalat menurut bahasa Arab ialah”doa”, tetapi yang dimaksud di sini ialah” Ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.” [89]. Sholat yang diwajibkan orang yang dewasa dan berakal ialah lima kali sehari semalam. Mula-mula turunya perintah wajib sholat itu ialah pada malam isro’, setahun sebelum tahun hijriyah.

Sholat dikatakan juga oleh Rasulullah saw., sebagai mi’rojul Mu’minin ( Mi’rojnya orang  yang beriman), ini mengandung arti bahwa sholat merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan upaya untuk memperbaiki serta merubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik menuju kebiasaan yang baik. Melalui sholat diharapkan umat Islam bisa melakukan perubahan-perubahan kea rah yang lebih baik dalam setiap lini kehidupanya. Shalat juga merupakan bentuk ketundukan kepada sang Khaliq. Dengan sholat manusia merasakan kebesaran Allah swt. dan merasa kecil dihadapaNya, oleh karena itu tidak pantas kiranya manusia menjadi mahluk yang sombong dimuka bumi ini.

Kesombongan yang dimiliki oleh seseorang merupakan kekeliruan sikap yang sangat besar. Apabila manusia menyadari bahwa segala sesuatu yang kita lihat, kita rasakan, kita raba dan kita gunakan dalam dunia ini adalam milik Allah swt. maka sungguh tak pantas kiranya manusia merasa sombong. Allah swt. adalah pencipta seluruh mahluk dan alamraya seisinya, Allah swt. merupakan dzat yang berkuasa akan segala-galanya, menentukan taqdir dan nasib manusia dimuka bumi ini bahkan sampai di alam akhirat. Kekuasaan Allah swt. tidak terbatas ruang dan waktu berbeda dengan manusia yang memiliki kekuatan dan kekuasaan yang sangat terbatas. Kesombongan yang dimiliki manusia adalah sebuah kebodohan dan kekufuran terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt.

Sholat merupakan salah satu ibadah yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk mengikis rasa sombong yang menempel dalam dirinya. Melalui sholat kita diajarkan untuk merasa rendah dihadapan Allah swt. Melalui sholat kita diajarkan untuk menyadari betapa besar kekuasaan Allah swt. di dunia dan diakhirat. Dalam setiap bacaan sholat terdapat peringatan bagi kita agar senantiasa mengagungkan kebesaraNya, mulai dari takbirotul ikhrom sampai dengan salam. Apabila kita pelajari maknanya satu persatu maka tidak ada kata lain yang karena pantas untuk kita ucapkan selain kata tasbih (Subhanallah, Alhamdulillah , laailaaha illallah, Allahu Akbar) [90]. Betapa mulianya ibadah sholat yang diperintahkan kepada seluruh umat Islam.

Allah berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”(QS. al-Baqarah: 45 & 46).محمد بن صالح

Maka, shalat bagi mereka bukanlah perkara yang berat, akan tetapi sangat mudah dan ringan. Untuk itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

و جعلتقرة عيني في الصلاة

Artinya :”Telah dijadikan sebagai penyejuk mataku ketika shalat”.[91] Shalat merupakan penyejuk mata bagi orang mukmin, dan bekal kesehariannya yang ia siapkan untuk berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk itulah ia mengagungkan kedudukan shalat dan memperhatikannya dengan sungguhsungguh. Karena shalat adalah tiang agama, dan juga merupakan amalan pertama seorang hamba yang akan dihisab atau dihitung kelak pada hari kiamat. Maka itu, beradab baik terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam perkara shalat ialah dengan cara melaksanakannya sedang hati kita dalam keadaan penuh kelapangan dan ketenangan, mata kita terasa sejuk, merasa senang ketika sedang menunaikannya, dan selalu menunggunya jika telah tiba waktunya. Jika kita telah selesai dari shalat dzuhur, maka kita selalu rindu dengan shalat ashar. Dan jika kita sudah menunaikan shalat ashar, kita pun akan rindu dengan shalat maghrib. Begitu pula jika anda telah selesai dari shalat maghrib, maka kita akan merasa rindu dengan shalat isya'. Dan setelah menunaikan shalat isya', kita akan merindukan shalat subuh.

ketika sedang shalat ada rasa nyaman, ketenangan jiwa dan kelapangan. Tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian orang: Hiburlah kita dengan selain shalat!, karena shalat terasa berat bagi mereka dan menyusahkan diri-diri mereka. Dan demikianlah seterusnya, engkau jadikan hatimu selalu bergantung dengan shalat-shalat tersebut. Maka, tidak ragu lagi hal ini termasuk adab yang baik terhadap Allah Subhanahu waTa’ala .[92]

Pembiasaan sholat sejak usia dini merupakan kewajiban bagi setiap orang tua. Orang memiliki kewajiban untuk mengajarkan sholat kepada anak-anaknya. Pembiasaan sholat yang dilakukan sejak kecil akan sangat berpengaruh terhadap akhlak anak. Karena dalam sholat terdapat banyak unsur yang berpengaruh terhadap pendidikan akhlak anak. Diantara unsur-unsur pendidikan yang terdapat dalam sholat adalah :

a)        Sholat mengajarkan untuk bersikap disiplin terhadap waktu

b)        Sholat mengandung pelajaran agar manusia tunduk terhadap kebesaran Allah swt.

c)        Dengan sholat manusia akan selalu mendekatkan diri kepada Allah swt.

d)       Dengan sholat kita akan terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar

e)        Sholat menjadikan manusia terpelihara dari dosa dan kesalahan, karena sholat yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kekhusuan inysa Allah swt. Akan menghapus dosa-dosa yang pernah diperbuat

f)         Sholat mengajarkan kepada manusia untuk bersikap rendah hati

g)        Sholat mendidik manusia agar meninggalkan sikap sobong.

h)        Sholat yang dilakukan secara berjamaah akan berdampak luas terhadap pergaulanya dalam masyarakat, seperti meningkatkan ukhuwah, rasa kebersamaan, toleransi, saling menghargai sesama anggota masyarakat dll.

Andaikata kaum muslimin mengetahui tujuan-tujuan tinggi dari shalat ini, andaikata para imam mau memelihara ayat-ayat yang akan mereka bacakan kepada para makmum di mihrab, ketika mereka bersama-sama berdiri di hadapan Allah swt., jika mereka mampu menyinarkan cahaya Al-Qur’an Karim kepada orang –orang yang shalat, maka ketika itu kita melihat bahwa shalat bisa menjadi ibarat “kapsul” yang bermanfaat serta bisa mendidik dan membentuk umat Islam.[93]

Begitu banyaknya manfaat melakukan sholat dalam kehidupan ini, sehingga Islam sangat menekankan untuk mengerjakan sholat dengan sebaik-baiknya. Dari segi akhlak sholat disamping sebagai pencegah dan penghilang kesombongan sholat juga berdampak pada sikap-sikap yang lainya seperti, jujur, sabar, rendah hati, penuh pengharapan, qonaah, kasih sayang, dan lain sebagainya. Pembentukan watak melalui sholat hendaknya dilakukan sejak usia dini agar menjadi sebuah kebiasaan yang akan dibawa sampai dewasa.

 

c.  Amal Ibadah yang dilakukan dengan Ikhlas Berpengaruh Terhadap Pembentukan Akhlakul Karimah

Menurut kebanyakan orang atau secara umum, ikhlas merupakan perbuatan yang sulit. Ikhlas bersifat dua arah : Ikhlas dalam member sedekah dan ikhlas dalam menerima cobaan. Karena ikhlas adalah pemikiran yang terletak dalam hati, sedang dalam hati manusia ditempatkan jin untuk menggoda, maka ikhlas menjadi sulit karena jin dan Syaitan tak pernah berhenti untuk menggoda manusia. Jika dilihat dari kejadianya ikhlas dibedakan menjadi dua : 1. Ikhlas terhadap sesuatu yang akan terjadi dan 2. Ikhlas terhadap sesuatu yang telah terjadi.

 

Ikhlas pada hal yang akan terjadi , seperti ketika dihadapkan dengan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan tidak tahu kapan datangnya seperti gempa bumi, mau tidak mau atau tidak ada pilihan kecuali menerima. Jika disikapi dengan takut terhadap gempa, maka kita akan merasakan gelisah dan ketakutan yang cukup lama. Sedangkan kita tidak pernah tahu, kapan gempa yang menghancurkan itu terjadi pada diri kita, atau bahkan kita mungkin pernah berjumpa dengan gempa itu hingga umur menjemput. Namun selama penantian tersebut, kita telah dibuat bingung dan menderita. Ini adalah suatu kebodohan. Jika itu pasti terjadi dan kita tidak dapat menghindari, tiada kata lain hanya menanti datangnya dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah swt.

Ikhlas pada yang akan terjadi, seperti ketika anda dihina yang amat sangat, sehingga menjadikan pemikiran yang mengganggu berlama-lama. Akibatnya konsentrasi anada terganggu, sehingga banyak pekerjaan terbengkelai, kusutnya hati mambuat tidak dapat berpikirjernih dan banyak amal baik yang terputus. Untuk itu, kita coba memahami tentang ikhlas melalui Al Qur’an dan Hadits serta contoh-contoh dari ulama terdahulu, yang dikutip dari buku ihya Ulumiddin.[94]

Dalam beribadah manusia seringkali diperdaya oleh sifat riya atau pamer. Contoh ketika sholat dihadapan orang banyak dilakukan secara khusu dan bacaanya diperpanjang sementara ketika sholat sendirian bacaanya pendek dan sholatnya tidak terjaga dengan baik, Ini adalah riya dalam beribadah. Ikhlas adalah perbuatan hati yang jauh dari riya atau pamer. Mengerjakan segala sesuatunya hanya karena Allah swt. Bukan karena yang lain. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt. Dalam QS. Al-Bayyinah : 5.

!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ  

Artinya:” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah : 5).

Ayat di atas menjelaskan bahwa kita diperintahkan untuk menyembah Allah swt. dan beribadah menjalankan agamaNya dengan penuh keikhlasan tidak karena pengaruh orang lain, ingin dipuji teman, ingin mendapat penghargaan dari pemimpin, ingin dihormati oleh jamaahnya, ingin dianggap orang paling alim dan sebagainya. Hal ini merupakan sesuatu yang dianggap mudah tetapi sebenarnya merupakan hal yang sulit dilakukan. Untuk itu perlu pengetahuan tentang keikhlasan dalam beribadah perlu ditanamkan bahwa ibadah yang dilaksanakan tanpa adanya keikhlasan akan menjadi ibadah yang sia-sia dan tak berpahala.

Kaitanya dengan pembentukan akhlak yang baik, ikhlas merupakan salah satu komponen  yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Ikhlas akan mendorong manusia mengerjakan segala sesuatu dengan sepenuh hati dan rasa tanggung jawab. Segala pekerjaan apapun termasuk ibadah yang dilaksanakan dengan ikhlas akan mendorong munculnya sikap-sikap yang lain seperti sabar, syukur, qonaah, rendah hati, jujur dan akhlakul karimah lainya. Segala amalan yang berasal dari hati hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan Allah swt. Yang bisa menilai segala sesuatunya adalah diri sendiri, penilaian orang dilakukan oleh orang belum tentu sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya.

Ikhlas adalah perbuatan hati yang sangat tersembuyi, terkadang diriya sendiri tidak mengetahui apakah perbuatan yang dilakukan ikhlas ataukah  diiringi dengan riya. Begitu tersembunyinya sampai-sampai Sirri As Saqathi berkata : “ Seseungguhnya kamu mengerjakan shalat dua roka’at dalam kesunyian yang kamu ikhlaskan adalah lebih baik bagimu dari pada kamu menulis tujuh puluh hadits atau tujuh ratus hadits dengan maksud kedudukan yang tinggi.” Sebagian mereka berkata ;” Pada keikhlasan sesaat itu terdapat keselamatan abadi, tetapi ikhlas itu jarang sekali. “ Ilmu adalah bibit, amal adalah tanaman, dan airnya adalah keikhlasan. [95]

As Susi berkata : “ Ikhlas adalah tidak melihat ikhlas.Sesungguhnya orang  yang menyaksikan dalam keikhlasanya akan ikhlas, maka keikhlasanya memerlukan kepada ikhlas yang lain. Apa yang disebutnya itu member isyarat epada membersihkan amal dari ujub (kebanggaan) dengan perbuatan. Sesungguhnya berpaling kepada ikhlas dan melihat kepadanya adalah ujub, dan itu termasuk sejumlah bahaya. Dan yang ikhlas adalah yang bersih dari semua bahaya. Sahi RA, berkata : “ Ikhlas adalah tenang dan gerakan-gerakanya karena Allah Ta’ala secara khusus. “ ini adalah kalimat yang menghimpun serta meliputi maksud. Ibrahim bin Adham : “ Ikhlas adalah kebenaran niat beserta Allah Ta’ala”. Ruwaim berkata: “ Ikhlas dalam amal adalah behwa pelakunya tidak menghendaki imbalan atas perbuatan itu pada dua negeri.” Al Muhasibi berkata : “ Ikhlas adalah mengeluarkan makhluk daripada hubungan dengan Tuhan.” Ini member isyarat semata-mata tidak ada riya.”[96]

Begitu benyak pendapat Ulama mengenai pengertian ikhlas menambah khasanah pengetahuan kita mengenai keikhlasan agar ibadah kita menjadi ibadah yang berkualitas, jauh dar riya dan mampu mengantarkan kita menjadi pribadi yang diliputi dengan hati yang sehat dan berakhlakul karimah.

 

d. Menjaga Perkataan Adalah Bentuk Ibadah Kepada Allah

Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain merupakan hal yang penting bagi manusia yang harus dipenuhi. Tak jarang orang menjadi lemah dalam pengetahuan karena dia jarang berkomunikasi dengan orang lain. Sebaliknya orang yang sering mengadakan interaksi dengan orang disamping menjadi banyak kawan dan sahabat dia juga mendapatkan keuntungan yang lain berupa ilmu dan pengalaman.

Namun demikian dalam berinteraksi dengan orang lain kita harus memperhatikan etika dan tatakrama. Lisan merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus kita jaga, Bahaya lisan besar dan tidak dapat menyelamatkan diri dari bahaya, keji dengan diam. Oleh karena itu Rasulullah saw., memuji sikap diam dan menyuruh melakukanya. Beliau bersabda :’ barang siapa diam, iapun selamat.” Nabi saw. Bersabda; “ Diam itu bijaksana dan sedikit pelakunya “(al-hadits).[97] Perkataan kita adalah cermin dari apa yang ada dalam hati kita. Untuk itu menjaga ucapan dalam pergaulan adalah sesuatu yang sangat penting. Apa yang akan kita ucapkan hendaknya terlebih dahulu dipikirkan dan direnungkan, jangan sampai kata-kata yang kita ucapkan menyakiti hati orang dan berakibat buruk terhadap lingkungan. Kata-kata yang sudah terucap tidak bisa ditelan kembali, maka hendaklah kita pelihara ucapan kita dengan sebaik-baiknya.

 Dari 'Adiy bin Hatim r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Takutlah engkau semua kepada neraka, sekalipun dengan jalan bersedekah dengan potongan kurma, maka barangsiapa yang tidak dapat menemukan itu, maka hendaklahbersedekah dengan mengucapkan peyarkataan yang baik." (Muttafaq 'alaih)

Kenapa lidah menjadi sangat penting dalam hal ini, kenapa harus dijaga, apakah keistimewaanya? Orang bilang bahwa lidah tajamnya melebihi pedang, sebab lidah mampu melukai hati yang letaknya tersembunyi di dalam dada, sedang pedang belum tentu ketajamanya bisa menembus dada, apalagi sampai mengenai hati. Oleh karena itu, para penasehat spiritual selalu menekankan agar pandai-pandai menjaga lidah, artinya kata-kata yang diucapkan dengan perantaraan lidah, bisa menjadikan seorang marah pada anda, sebab peraaanya mudah tersinggung dengan kata-kata yang telah kita ucapkan.

Kita semua sadar bahwa manusia oleh Allah diberi hati, dia punya perasaan dan harga diri. Siapa pun yang perasaan dan harga dirinya sebagai manusia tersinggung pasti akan marah, akan memberontak, minta dihargai dan dihormati sebagai makhluk Allah, karena di hadapan Allah swt., manusia adalah sama.

Allah maha bijaksana, dan Allah berfirman dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

@è%ur ÏŠ$t7ÏèÏj9 (#qä9qà)tƒ ÓÉL©9$# }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# éøu\tƒ öNæhuZ÷t/ 4 ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# šc%x. Ç`»|¡SM~Ï9 #xrßtã $YZÎ7B ÇÎÌÈ  

Artinya : “dan Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al- Isro : 53).

Bahkan dalam firman Allah swt., yang tersurat dalam QS. Al-Baqoroh 263, Allah telah memberikan petunjuk bahwa perkataan yang baik dan member maaf lebih baik dari sedekah yang disertai caci maki. Allah maha kaya lagi penyantun. Dalam pandangan Allah, manusia dinilai bukan bagus dan cantiknya rupa atau banyaknya harta kekayaan, pangkat atau jabatannya, tetapi hatinya, ucapan dan perilakunya. Dan sebaik-baik manusia dihadapan Allah adalah orang yang lebih bertakwa.

Oleh karena itu dengan akal yang telah diberikan Allahswt., diharapkan manusia menggunakan akal dan pikiranya sebelum melakukan sesuatu, agar tidak terjadi kesalahan dalam ucapan maupun perbuatanya. Sebab apabila terjadi kesalahan baik dalam kata-kata maupun perbuatan, akibatnya bisa fatal, manusia akan menderita kerugian baik di dunia maupun diakhirat.

Perkataan yang baik merupakan sedekah,  begitulah yang disampaikan oleh Rasulullah saw., Pesan dan nasehat yang kita berikan kepada orang melalui ucapan kita merupakan bentuk sedekah yang bernilai ibadah.

 

e.     Semakin Tinggi Ketakwaan Seseorang Akhlaknya akan semakin Baik

Takwa secara bahasa berarti “takut”, secara istilah takwa adalah : ” menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-laranganya”. Orang yang bertakwa kepada Allah swt. senantiasa berusaha untuk menjalankan perintah Allah swt. dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk meninggalkan segala yang dilarang oleh –Nya. Takwa juga dapat dijadikan sebagai ukuran pengakuan atas semua nikmat Allah yang tiada terhitung banyaknya, yaitu dengan membuktikan syukur lewat lisan dan perbuatan.[98]

Orang yang bertakwa selalu menjaga sikap dan perbuatanya untuk senantiasa berada dalam jalan yang benar sesuai ajaran agama. Perbuatanya selalu selaras dengan ketentuan-ketentuan Allah swt. yang terdapat dalam Al Qur’an maupun sunah Rasul-Nya. Ketakwaan seseorang sangat berpengaruh terhadap kepribadianya dalam menkalankan hidupnya sehari-hari. Perbuatanya selalu mengarah kepada kebaikan, seperti peduli terhadap fakir miskin, ramah dalam bergaul, suka menolong, rendah hati dan tidak bersikap sombong. Kesadaran akan keberadaan Allah swt. dengan segala aturanya menjadikan seorang yang bertakwa merasa takut untuk melakukan perbuatan tercela, seperti mengumpat, aniaya, mencuri, menjelek-jelekan orang lain, takabur dengan segala yang dimilikinya dan perbuatan mungkar lainya.

Rasulullah saw., Bersabda :

عن أبى ذرّجندب بن جنادةوأبى عبدالرّحمن عماذبن جبل  رضى اللّه عنهماعن رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم قال : اتّق اللّه حيثماكنت،وأتبع السّيّءةالحسنةتمحها، وخالق النّاس بخلق حسن ٠
وقال حديث حسن (رواه الترمذى)

Dari Abu Dzar bin Junadah dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda : "Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Sertailah (tutuplah) kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan tadi akan menghapus kejelekan, dan gaulilah manusia dengan akhlak yang baik."(HR. Turmudzi).

Hadits tersebut menerangkan agar senantiasa bertakwa kapanpun  dan dimanapun kita berada, di pasar, di kantor, di sawah, di laut maupun diujung dunia sekalipun kita tetap diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah swt. kapanpun waktunya. Dalam hadits tersebut juga diperintahkan agar kita senantiasa berbuat baik untuk menutupi kejelekan-kejelekan kita. Selain itu kita juga dituntut untuk bergaul dalam  lingkungan masyarakat dengan akhlakul karimah. Artinya akhlakul karimah melekat erat dengan ketakwaan, bisa dikatakan orang yang paling bertakwa adalah orang yang paling baik akhlaknya.

Bagi orang yang sudah memiliki ketakwaan yang kuat, dalam hatinya selalu ingat kepada Allah swt., sehingga memperoleh perlindungan dari-Nya, memiliki hati yang tenang dan pikiran yang cemerlang serta tidak mudah lalai terhadap fungsi hidupnya sebagai abdi Allah. Semua perilakunya memiliki nilai ibadah , sehingga hidupnya memiliki makna dihadapan Allah, sedang jalan yang dilaui adalah jalan yang diridlai Allah, yaitu jalan yang lurus. Takwa merupakan sikap hidup dan pendirian untuk memilih jalan yang diridlai Allah, yaitu jalan yang lurus, bukan jalan yang bengkok yang berliku-liku yang bisa menyesatkan.

Ketakwaan seseorang terkadang naik terkadang juga turun seperti keimanan. Naik turunya ketakwaan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah aktifitas sehari-hari, ketika sedang menghadapi permasalahan yang serius seseorang sangat dekat dengan Allah, ia memohon doa dengan penuh kekhusuan, ibadahnya meningkat demikian juga dengan tingkat ketakwaanya. Namun ketika semua telah lewat dan dirinya mendapatkan kenikmatan yang banyak, terkadang lalai dengan tugasnya kepada Allah swt, ibadahnya dikerjakan dengan seenaknya, shalat terkadang dilupakan, shodakah dan amal kebaikan lainya tak lagi dilakukan.

Orang yang bertakwa (Muttaqin) adalah orang yang menyembah Allah dengan sungguh-sungguh di bumi Allah ini agar menjadi manusia yang bahagia dunia dan akhirat, memiliki derajat ketakwaan yang tinggi dan berakhlakul karimah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

F.  AKHLAKUL KARIMAH SEBAGAI BENTENG PENGARUH NEGATIF PERKEMBANGAN ZAMAN

Perkembangan zaman yang semakin maju membawa berbagai dampak pada umat manusia, untuk itu diperlukan penanganan serius untuk menghindari terjadinya berbagai dampak negatife tersebut, salah satunya adalah dengan cara pembinaan akhlakul karimah. Uraian lebih lanjut akan dipaparkan sebagai berikut :

 

a.  Dampak Negatif Perkembangan Media Komunikasi dan penagananya

Perkembangan teknologi yang semakin canggih membawa berbagai dampak terhadap kehidupan manusia. Ada  dampak positif ada juga ada juga dampak negatif, dampak positifnya diantaranya adalah memperingan kerja manusia karena banyak pekerjaan manusia yang sudah digantikan dengan mesin, dalam hal komunikasi manusia dipermudah dengan semakin canggihnya sarana komunikasi. Manusia bisa melakukan hubungan dengan orang  lain tanpa harus bertemu secara langsung. Dengan sarana HP (Hand Phone) manusia bisa melakukan komunikasi dengan orang  lain dengan mudah. Terlebih melalui internet manusia bisa melakukan hubungan komunikasi sekaligus mencari informasi seputar dunia pendidikan, agama, ekonomi, olah raga, kesenian, politik, dunia selebritis dan berbagai pengetahuan yang lain .

Selain dampak positif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan telekomunikasi  ternyata banyak juga dampak negative yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi komunikasi terutama bagi generasi muda bangsa. Akhlak generasi muda semakin mengalami kemrosotan seiring berkembangnya teknologi. Mudahnya mengakses situs-situs pornografi di internet mengakibatkan banyak terjadinya pergaulan bebas bagi para remaja, mereka sudah tidak memperhatikan lagi akhlak islami. Budaya –budaya barat yang tidak terfilter dengan baik diterima secara apa adanya oleh generasi muda. Mereka menganggap kebudayaan luar merupakan kebudayaan yang patut untuk diikuti sementara kebudayaan sendiri dianggap sesuatu yang tradisional dan memalukan. Norma-norma agama sudah tidak dipedulikan lagi, hal ini terlihat dari meningkatnya angka kenakalan remaja, mulai dari budaya tawuran, pengkonsumsian miras dan narkoba, pergaulan bebas dan masih banyak lagi.

Kemajuan komunikasi tidak hanya berdampak bagi para remaja, para orang dewasapun tidak luput dari pengaruh negative perkembangan teknologi ini. Orang banyak yang terlena dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh kemajuan teknologi tersebut. Mereka terlena dengan gemerlap dunia sehingga melupakan kehidupan yang hakiki di akhirat. Kehidupan yang materialistis merupakan salah satu dampak dari kemajuan di bidang teknologi. Manusia berlomba-lomba untuk memperoleh kekayaan dan menumpuk harta sementara banyak meninggalkan amalan-amalan ibadah.

Kesibukan manusia dalam urusan duniawi merupakan hal yang paling dirasakan pada saat ini, pola pikir dan prilaku manusia di era modern lebih cenderung kepada pemenuhan kebutuhan dunia yang bersifat fana. Akhlak mereka sudah terpengaruh pemikiran-pemikiran modern yang menginginkan semuanya dengan praktis dan mudah. Sikap egois dan menang sendiri sudah melekat dikalangan masyarakat. Yang lebih mengkhawatirkan adalah adanya sikap apatis atau acuh tak acuh dalam lingkungan masyarakat. Manusia sudah tidak saling peduli dan mau memikirkan orang lain. Sesuatu yang tabu dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak ada teguran yang dilakukan oleh masyarakat. Hal demikian kalo terus menerus terjadi tanpa adanya penanganan maka akan menimbulkan dampak yang lebih parah terhadap kehidupan umat manusia. Akhlak manusia semakin merosot dan jauh dari ajaran agama.

Untuk itu perlu adanya upaya yang bijak untuk mengatasi berbagai dampak negatif dari perkembngan jaman dan kemajuan teknologi, dengan kembali menanamkan norma-norma agama dalam kehidupan. Generasi muda perlu mendapatkan pendidikan akhlak untuk membentengi diri dari pengaruh budaya- budaya  negatif yang  setiap saat bisa mengancam.  Peran orang tua juga sangat penting dalam penanaman akidah terhadap anak-anaknya sehingga dapat menguatkan keimanan. Dengan keimanan yang kuat pengaruh negatif dari perkembangan tekhnologi komunikasi dapat teratasi.

 

b. Batasan-Batasan Kecintaan Terhadap Kehidupan Dunia yang Melalaikan

Kehidupan dengan segala isinya merupakan sesuatu yang sangat menggoda siapapun, kemewahan dan kemegahan dunia ini diciptakan oleh Allah swt. untuk manusia dan mahluk lainya. Dalam islam tidak dilarang untuk mencintai dunia ini selagi tidak melalaikan tugas dan kewajiban kepada Allah swt. bahkan ada beberapa dalil yang menguatkan kita untuk mencari dunia sebagai bekal untuk menghadapi alam akhirat.

Namun demikian Allah swt. juga mengingatkan kita agar tidak terpedaya dengan kenikmatan dunia sampai melupakan kehidupan akhirat. Pada kenyataanya banyak orang yang cenderung memikirkan kepentingan duniawi dibandingkan dengan mengejar urusan akhirat yang kekal dan abadi. Keyataan ini bisa dilihat dari berbagai pengamalan ibadah yang tidak mengalami peningkatan yang signifikan, masjid-masjid diperkotaan maupun dipedesaan sekarang mengalami kemerosotan jumlah jamaahnya, pengajian-pengajian juga  mengalami penurunan jumlah pengunjungnya, pondok pesantren terutama yang dilingkungan pelosok mengalami penurunan jumlah santri. Sementara sarana kemaksiatan semakin meningkat, tempat-tempat seperti diskotik, caffe-caffe yang menyediakan minuman-minuman keras tidak pernah sepi setiap harinya.

Kecenderungan manusia dalam urusan duniawi merupakan kerugian yang bersifat nyata. Pada hakekatnya dunia hanyalah sarana untuk mencapai kebahagiaan di alam akhirat, dunia  bukanlah  segala-galanya. Allah swt. berfirman.

@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#sŒ ÏNöqpRùQ$# 3 $yJ¯RÎ)ur šcöq©ùuqè? öNà2uqã_é& tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# ( `yJsù yyÌômã Ç`tã Í$¨Y9$# Ÿ@Åz÷Šé&ur sp¨Yyfø9$# ôs)sù y$sù 3 $tBur äo4quŠyÛø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇÊÑÎÈ

Artinya: “ tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Q.S. Ali-Imron : 85)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan, orang yang beruntung adalah orang yang bisa keluar dari tipu daya dunia yang melalaikan dan bersungguh-sungguh mencari pahala untuk bekal hidup di alam akhirat karena sesungguhnya akhirat itu nyata dan kekal abadi. Kita semua akan kembali kepada Allah swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Barang siapa yang banyak amal baiknya maka balasan berupa kedudukan yang mulia di sisi Tuhannya dan barang siapa yang banyak amal buruknya maka balasanya adalah Neraka dengan adzab yang pedih didalamnya. (na’udzubillahi min dzalik).

Dengan demikian perlu mengetahui batasan-batasan kecintaan terhadap duniawi sehingga bisa memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Banyak orang  yang terkecoh dan terpedaya hatinya oleh gemerlapnya duniawi, bila tidak punya filter iman jelas dirinya akan tersungkur menjadi budak duniawi. Sebab Allah swt. menjadikan keindahan dunia ini adalah sebagai penghias bagi kehidupan manusia , bukan sebagai tujuan utama hidup manusia. Sedangkan tujuan utama hidup manusia adalah kembali keepada Allah swt. dengan memperoleh ridloNya. Seperti dijelaskan Allah swt. dalam firmanya :

z`Îiƒã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# šÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎŽÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$# šÆÏB É=yd©%!$# ÏpžÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3 šÏ9ºsŒ ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ  

Artinya :” dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (Q.S. Ali Imron : 14)

Dari keterangan ayat di atas dapat ditarik kesimpulan kalau dunia seisinya ini hanyalah sebagai mainan belaka, sebagai penghias dan tempat singgah sementara manusia yang seharusnya digunakan untuk menumpuk pahala yang diridloi Allah swt. agar dapat mendapatkan kenikmatan yang sebenarnya yang akan diberikan kepada kita karena telah mengabdikan diri kepada Allah swt.

Mengingat dunia sebagai tempat mainan dan penghias maka dengan sendirinya dalam kehidupan dunia ini penuh dengan tipu daya, rekayasa dan godaan. Banyak orang yang tidak mengerti tentang hakikat kehidupan yang menjadi korban tipu daya duniawi, sehingga ia rela mengkontruksi seluruh hidupnya hanya untuk mencari kebahagiaan dan kenikmatan duniawi semata. Ia bekerja keras siang malam demi memburu harta keduniaan, tanpa memikirkan segala resiko dan bentuk aturan maupun norma-norma sosial. Dari sinilah munculnya sifat serakah, rakus, tamak, gila hormat, ambisi kekuasaan, materialistis dan perbuatan-perbuatan mungkar lainya.

Semua ini akibat pengaruh hatinya yang kotor, imanya yang lemah dan akhlaknya yang rendah. Oleh sebab itu, hati punya peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku seseorang. Maka jangan berharap seseorang bisa menjadi baik selama hatinya tidak dibersihkan dari noda dan kefasikan dan kekufuran.

Dari keterangan di atas, maka jelaslah sudah, kalau cinta keduniaan termasuk penyakit hati. Penyakit ini bisa sembuh kalau dalam hatinya ditanamkan pemahaman bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, sedangkan tujuan hidup yang sebenarnya adalah mencari ridlo Allah swt. dengan mengamalkan seluruh perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, akan dicapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. [99]

Kecintaan terhadap dunia haruslah kita batasi jangan sampai kita terlaru larut terhadap kecintaan terhadap harta dan dunia. Imam Nawawi menyebutkan “ cabang iman yang kesepuluh adalah cinta terhadap Allah swt. Tanda-tanda orang yang cinta kepada Allah adalah cinta terhadap Al-Qur’an, tanda-tanda orang yang cinta terhadap Al-Qur’an adalah cinta kepada Nabi Muhammad saw. Tanda-tanda orang yang cinta terhadap Nabi Muhammad saw. Adalah cinta terhadap sunnah, tanda-tanda orang orang yang cinta terhadap sunnah adalah cinta terhadap akhirat, tanda-tanda orang yang cinta terhadap akhirat adalah membenci urusan duniawi, dan tanda-tanda orang yang membenci urusan duniawi adalah mencari dunia hanya sebatas untuk bekal menuju akhirat”.[100]

Dengan demikian jelas sudah batasan kecintaan terhadap duniawi tidak boleh melebihi kecintaan terhadap Allah, Al-qur’an, Nabi, Sunnah dan akhirat.

 

c.  Peranan Pendidikan Akhlak bagi Generasi Muda

Sebelum kita mengkaji peranan pendidikan akhlak terhadap generasi muda kita perlu tahu terlebih dahulu mengenai pengertian pendidikan akhak dan generasi muda, Pendidikan akhlak terdiri dari dua kata yaitu “pendidikan” dan “Akhak”. Pendidikan dilihat dari istilah bahasa Arab maka pendidikan mencakup berbagai pengertian, antara lain tarbiyah, tahzib, ta’lim, ta'dib, siyasat,mawa’izh, 'ada ta'awwud dan tadrib. Sedangkan untuk istilah tarbiyah, tahzibdan ta'dib sering dikonotasikan sebagai pendidikan. Ta'lim diartikan pengajaran, siyasat diartikan siasat, pemerintahan, politik atau pengaturan. Muwa'izh diartikan pengajaran atau peringan. ’Ada Ta'awwud diartikan pembiasaan dan tadrib diartikan pelatihan. Istilah di atas sering dipergunakn oleh beberapa ilmuwan sebagaimana Ibn Miskawaih dalam bukunya berjudul tahzibul akhlak, Ibn Sina member judul salah satu bukunya kitab al siyasat, Ibn al-Jazzar al-Qairawani membuat judul salah satu bukunya berjudul siyasat al-shibyan wa tadribuhum, dan Burhan al-Islam al-Zarnuji memberikan judul salah satu karyanya Ta'lim al- Mula'allim tharik at-ta'alum. Perbedaan itu tidak menjadikan penghalang dan para ahli sendiri tidak mempersoalkan penggunaan istilah di atas. Karena, pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam suatu kesimpulan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih baik.[101]

Sedangkan pengertian akhlak sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya adalah jamak dari khuluk yang berarti adat kebiasaan (al-‘adat), perangai,tabi’at(al-sajiyyat), watak (al-thab),adab/sopan santun (al-muru’at), dan agama (al-din). Menurut para ahli masa lalu (al-qudama), akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan sesuatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau paksaan. Sering pula yang dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau buruk.[102]

Generasi muda adalah manusia yang sedang berkembang menuju arah kedewasaan . Dari pen penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akhlak bagi generasi muda adalah "proses kegiatan pendidikan yang disengaja untuk membentuk perilaku lahir dan batin generasi muda menuju arah yang lebih baik".

Pada masa transisi menuju kedewasaan pemuda mengalami kegoncangan emosional, masa-masa semacam ini sering dikatakan sebagai masa pubertas dimana remaja mengalami berbagai gejolak psikologis dan perubahan-perubahan organ tubuh. Untuk laki-laki biasanya ditandai dengan perubahan suara, tumbuh rabut pada bagian tubuh tertentu sementara bagi para remaja putri ditandai dengan menstruasi, perubahan suara dan pembesaran organ tubuh tertentu. Secara medis perubahan-perubahan tersebut merupakan hal yang wajar.

Perubahan fisik tersebut disertai dengan perkembangan mental dan keperibadian, pada masa ini pemuda cenderung untuk melakukan hal-hal yang negatif, tingkat emosional yang belum setabil mengakibatkan pemuda seringkali berbuat nekat yang membahayakan dirinya dan orang lain. Mereka berbuat sesuatu dengan dorongan keinginan sendiri tanpa mempedulikan orang lain, karena pada masa-masa ini generasi muda  merasa dirinyalah yang paling hebat sehingga cenderung untuk bersikap egois. Masa muda juga ditandai dengan adanya ketertarikan terhadap lawan jenis, mereka mulai mengenal lawan jenis dan memiliki perasaan suka. Dari ketertarikan kemudian berlanjut kepada saling mengenal dan saling berkasih sayang. Bahkan banyak diantara para pemuda yang akhirnya terjerumus kedalam pergaulan bebas. Permasalahan tersebut kemudian berlanjut pada penggunaan narkoba, miras dan obat-obatan terlarang.

Disinilah peran pendidikan akhlak terhadap generasi muda untuk membentengi sekaligus mengatasi berbagai perilaku menyimpang yang tidak seharusnya dilakukan oleh generasi muda. Pendidikan akhlak merupakan solusi terhadap berbagai permasalahan yang dialami oleh generasi muda.

 Generasi muda harus mempelajari ilmu tentang akhlak yang dibawa oleh Rasulullah saw., Mereka wajib mengetahui dan mengamalkan perilaku-perilaku yang baik yang diajarkan oleh Rasulullah saw., Pendidikan akhlak merupakan hal yang sangat penting bagi generasi muda, oleh karena itu peran orang tua, ustad atau guru sangat dibutuhkan dalam membimbing generasi muda agar memiliki akhlakul karimah.

Akhlakul karimah amat penting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam pergaulan remaja. Ahmad Syauki Bey (seorang penyair) mengatakan sebagai berikut : “ Sesenguhnya suatu umat akan tetap memiliki nama harum selama umat tersebut memiliki akhlak (yang terpuji). Manakala akhlak (yang terpuji) telah lenyap , lenyap pulalah nama harum umat tersebut.”

Di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, sering kita jumpai orang yang secara lahiriyah tidak gagah, tidak kaya, tidak pula pandai, namun dihormati  orang lain secara tulus. Sebaliknya, kita juga menyaksikan bahwa orang yang secara lahiriyah tampak gagah dan kaya raya, namun kurang dihormati orang lain. Semua itu ditentukan oleh akhlaknya masing-masing. Harta yang banyak, pangkat yang tinggi atau dimilikinya beberapa gelar kesarjanaan takmampu mengangkat derajat manusia, tanpa dimiliki akhlak karimah.

K.H.M. Isa Anshary seorang ulama dan politikus ulung mengatakan bahwa akhlakul karimah ibarat pakaian penutup aurat. Orang yang tak memiliki akhlak karimah, tak ubahnya seperti orang  gila yang berkeliaran dipinggir jalan tanpa pakaian sedikitpun. Oleh sebab itu, orang yang ingin terhormat dalam pandangan Allah swt. dan sesama manusia hendaknya memiliki akhlak karimah. [103]

Pendidikan akhlak juga berarti ilmu tentang kesopanan, ilmu kesusilaan, etika, budi pekerti atau moral. Dalam Islam akhlak itu bentuknya ditujukan kepada Allah swt. kepada manusia dan mahluk-mahluk yang lain. Perbuatan baik adalah akhlak yang wajib kita kerjakan, sedangkan perbuatan buruk adalah wajib untuk kita tinggalkan, dan ini berarti ada akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Generasi muda harus mengenal perilaku yang baik untuk dikerjakan dan perilaku yang buruk  untuk ditinggalkan.

Ghazali menjelaskan bahwa perbuatan yang harus kita kerjakan disebut wajib. Dan yang baik disebut mustahab yaitu amal atau perbuatan yang disenangi. Adapun yang tidak wajib untuk dikerjakan disebut haram, dan yang sebaiknya untuk kita tinggalkan disebut makruh, dan yang selain itu disebut mubah, yaitu boleh dikerjakan atau tidak dikerjakan seperti duduk atau berdiri. [104] 

Ghazali juga berpandangan bahwa kecondongan pada kebaikan adalah merupakan fitrah (naluri) manusia artinya merupakan kebiasaan yang tetap baginya. Sementara kecondongan pada nafsu dan sahwat adalah merupakan kecondongan yang janggal dan memang hal tersebut keluar dari garis kebiasaan (tabiat). [105]

Dari keterangan diatas menunjukan bahwa manusia pada hakekatnya memiliki tabiyat untuk berbuat kebaikan, apabila manusia melakukan perbuatan yang tidak baik maka terjadi penolakan dalam dirinya dan itu merupakan sesuatu yang janggal . Hal tersebut merupakan menu yang harus dimengerti oleh generasi muda sehingga dalam menghadapi masalah mereka dapat menyikapi dengan bijak dan senantiasa disandarkan pada ajaran Allah swt.

Rasulullah saw., bersabda :” Hazrat Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: 7 golongan yang akan dilindungi Allah swt di bawah bayangan rahmatNya pada hari yang tiada bayangan selain daripada bayangan rahmatNya iaitu:

1.    Pemerintah yang adil

2.    Pemuda yang menggunakan masa muda remajanya untuk beribadat kepada Allah

3.    Lelaki yang hatinya sentiasa terpaut kepada masjid

4.    Dua orang yang berkasih sayang antara satu sama lain kerana Allah. Mereka berkumpul dan berpisah kerana Allah

5.    Lelaki yang digoda oleh wanita bangsawan dan jelita, lalu dia berkata: “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”

6.    Seorang yang memberi sedekah secara bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu sedekah yang diberikan oleh tangan kanannya

7.    Lelaki yang mengingati Allah berseorangan sehingga berlinangan air matanya. (Hadith Riwayat Imam Bukhari, Muslim dan lain-lain).

Hadits di atas menerangkan bahwa ada tujuh golongan orang yang mendapat rahmat Allah swt. diantaranya adalah pemuda yang menggantungkan hatinya dimasjid dan pemuda yang tidak tergoda dengan wanita yang haram untuk dipergauli. Ini merupakan pendidikan akhlak bagi para pemuda yang dilakukan oleh Rasulullah saw., Betapa pemuda merupakan generasi yang sangat penting untuk kelangsungan perjuangan bangsa dan agama. Untuk itu dibutuhkan generasi muda yang berakhlakul karimah dan bijak dalam menghadapi masalah dalam kehidupan serta tekun menjalankan ibadah kepada Allah swt. sebagai sarana menciptakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

d. Pengaruh Globalisasi dalam Kehidupan Harus Segera di atasi dengan Prilaku yang Bijak

Menurut sebagian orang, berbicara mengenai akhlak karimah dalam era globalisasi seperti ini dianggap kuno dan kurang maju. Anggapan seperti ini muncul karena sudah terpengaruh budaya barat yang dinilai maju dan modern. Masuknya budaya barat sangat berpengaruh terhadap prilaku dan akhlak bangsa. Untuk itu perlu adanya penanganan secara khusus dan bijaksana.

Pengaruh negatife globalisasi ini hendaknya disikapi serius dengan menanamkan nilai-nilai akhlakul  karimah terhadap seluruh msyarakat, mulai dari anak-anak, generasi muda sampai pada orang –orang tua. Tuntunan akhlakul karimah tiada lain adalah ajaran Islam itu sendiri. Sumber hukum akhlakul karimah juga sumber hukum Islam itu sendiri. Oleh sebab itu, seorang tidak mungkin memiliki akhlakul karimah apabila tidak menjalankan syareat Islam secara benar.

Cara mensikapi perkembangan era globalisasi yang membawa dampak negatife pada prilaku manusia diantaranya adalah sebagai berikut :

a)    Memperkuat akidah Islam dengan banyak belajar ilmu agama

b)   Memilah dan memilih berbagai perilaku dan budaya asing yang bersesuaian dengan ajaran agama Islam dan meninggalkan yang tidak sesuai

c)    Menghias diri dengan akhlak karimah dalam setiap hal dimanapun dan kapanpun.

d)   Bersikap dan berperilaku sesuai tuntunan ajaran agama Islam.

e)    Menghidari segala dampak buruk era globalisasi dengan selalu berpegang teguh pada tali agama Allah swt.

Dengan beberapa langkah di atas diharapkan kita mampu untuk menanggulangi dampak negatif dari perkembangan era globalisasi yang semakin meresahkan umat manusia. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut. Hal terpenting yang harus  kita laksanakan adalah menjalankan ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Insya Allah kita akan terhindar dari dampak negatif perkembangan zaman yang semakin maju.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

G.   JAMINAN ALLAH TERHADAP KEHIDUPAN MAHLUKNYA YANG BERAKHLAKUL KARIMAH

Allah swt. adalah dzat yang maha sempurna, menguasai segala yang ada dalam alam semesta beserta isinya, apa yang di wahyukan melalui Al-Qur’an merupakan suatu yang haq (benar) tanpa terbantahkan. Segala perbuatan manusia akan dipertanggung jawabkan dihadapan –Nya tanpa ada yang bisa terlewatkan. Termasuk balasan bagi mahluknya yang berbuat kebaikan di muka bumi ini juga mendapatkan jaminan oleh Allah swt. agar manusia mendapat rahmat dan hidayah maka Allah swt. mengutus para Nabi dan Rasul dari golongan manusia untuk menuntun kejalan yang lurus, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Allah swt. agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

 

a.  Surga Di Sediakan Bagi Orang Mu’min Yang Berakhlakul Karimah

Rasulullah saw., Bersabda,” perangai terpenting yang akan memimpin umatku ke surga adalah takwa kepada Allah swt. Dan akhlak yang baik”.[106]

  Dari hadits tersebut jelas bahwa orang – orang yang mulia akhlaknya dijandjikan oleh Allah swt. untuk mendapatkan surga.

Penduduk surga adalah orang mukmin yang sepenuh hati mengabdikan hidupnya untuk Allah swt. dengan penuh ketundukan menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah swt. dan meninggalkan segala larangan-laranganya. Hanya orang yang beriman dan berakhlakul karimahlah yang bisa merasakan kenikmatan di surga.

Allah swt. berfirman.

žcÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# y7Í´¯»s9'ré& ö/ãf çŽöy{ Ïp­ƒÎŽy9ø9$# ÇÐÈ   ôMèdät!#ty_ yZÏã öNÍkÍh5u àM»¨Zy_ 5bôtã ̍øgrB `ÏB $uhÏGøtrB ㍻pk÷XF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù #Yt/r& ( zÓÅ̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã 4 y7Ï9ºsŒ ô`yJÏ9 zÓÅ´yz ¼çm­/u ÇÑÈ  

Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.  Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. ” (Q.S. Al- Bayyinah :7-8)

Dari keterangan ayat tersebut menyebutkan bahwa balasan bagi orang – orang  yang beriman dan beramal soleh adalah surga dan mereka kekal di dalamnya. Allah ridlo terhadap orang yang berbuat baik dimuka bumi ini. Perbuatan baik atau amal soleh merupakan akhlakul karimah. Orang yang berakhlakul karimah senantiasa mengerjakan sesuatu dengan menyandarkan kepada ajaran agama. Prilakuknya santun, tawadu, sabar dalam menghadapi segala ujian dan selalu bersyukur kepada Allah swt.

 Sementara orang yang berakhlak jelek dan ingkar terhadap perintah Allah swt. balasanya adalah di neraka. Allah swt. berfirman :

¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. ô`ÏB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$#ur Îû Í$tR zO¨Yygy_ tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù 4 y7Í´¯»s9'ré& öNèd ŽŸ° Ïp­ƒÎŽy9ø9$# ÇÏÈ

Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Q.S. Al- Bayyinah : 6).

Sedangkan balasan bagi orang yang ingkar terhadap Allah swt. melakukan perbuatan syirik kepada Allah swt. balasanya adalah neraka dan mereka kekal di dalamnya. Musyrik merupakan akhlak tercela, orang – orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini dengan menuhankan selain Allah swt. merupakan orang – orang yang merugi dan binasa mereka adalah golongan orang yang celaka di dunia dan di akhirat.

Sebagai hamba Allah swt. memiliki kewajiban untuk berbuat kebaikan dimuka bumi ini dengan berprilaku bijak kepada seluruh mahluk Allah swt. baik yang berupa mahluk hidup maupun benda mati seperti lingkungan tempat kita hidup. Karena berakhlak tidak hanya ditujukan kepada Allah swt. tetapi juga kepada sesama manusia, lingkungan dan alam sekitar. Akhlak kepada Allah swt. dapat ditunjukan dari ketaatan kita melakukan ibadah dengan didasari keimanan dan ketakwaan. Akhlak kepada manusia dapat ditunjukan dengan sikap dan perbuatan-perbuatan yang baik sebagaimana telah dipaparkan  dalam pembahasan sebelumnya. Sementara akhlak kepada lingkungan bisa kita lakukan dengan cara bersikap arif dan bijak terhadap lingkungan kita, seperti membuang sampah pada tempatnya, pelestarian hutan, tidak menebang pohon sembarangan, membuang limbah pada tempatnya, tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan sumberdaya alam dan lain sebagainya.

Dengan perilaku yang bijak  berdasar pada nilai-nilai akhlakul karimah yang diajarkan agama Insya Allah kita akan mendapatkan kemanfaatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat sebagaimana yang di janjikan oleh Allah swt.

 

b. Kemuliaan Akhlak Menjadikan Manusia Memiliki Kedudukan yang Mulia Di Hadapan Allah SWT dan Mahluk Lainya

Orang yang paling mulia di sisi Allah swt. adalah orang yang paling bertakwa dan yang paling mulia akhlaknya, Kemuliaan seseorang tidak dinilai dari sisi hartanya tetapi kemuliaan seseorang dilihat dari amal perbuatanya, akhlaknya dan ketulusanya dalam beribadah kepada Allah swt.

Rasulullah saw., Bersabda : “"Allah tidak melihat pada penampilan atau harta benda Anda, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan Anda." (Abu Huraira: Muslim). Dalam hadits yang lain Rasulullah saw., Bersabda : Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R.Tabrani).

Dari kedua hadits tersebut dijelaskan bahwa kedudukan manusia ditentukan dari apa yang diperbuatnya di alam dunia, bukan dari penampilan, harta benda ataupun gaya hidupnya sehari-hari yang penuh dengan kemewahan, dan orang yang paling baik disisi Allah swt. adalah orang yang paling baik akhlaknya.

Kemuliaan akhlak seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat ditunjukan melalui sikap dan perilakunya, seperti sopan terhadap tamu, berbicara dengan nada yang halus, rendah hati dalam bergaul dengan sesama, selalu bersikap jujur dan lain sebagainya. Dalam bergaul dengan orang lain Islam mengajarkan agar selalu berbuat kebaikan dan menghindari perilaku yang bisa menyakitkan perasaan orang lain, seperti menjelek-jelekan, membuka aib orang, memfitnah, berkata kasar dan juga berbohong.

Akhlakul karimah erat kaitanya dengan amaliah bhatin seseorang, karena pada dasarnya akhlak merupakan sikap yang tersembunyi di dalam hati dan jiwa seseorang. Kebiasaan-kebiasaan baik perlu terus menerus untuk dilatih, amaliah hati seperti dzikir, sholat, mukhasabah merupakan hal yang sangat efektif dalam upaya membentuk hati menjadi mulia.

Sifat-sifat yang bisa mengotori hati kita seperti iri, dengki, hasud, ria, sombong sebenarnya dapat dihilangkan dengan kesadaran yang kuat akan kefitrahan kita sebagai hamba Allah yang diberi bekal kesempurnaan akal dan pikiran dan hati nurani yang suci pada awalnya. Kesadaran akan kefitrahan manusia juga harus disertai dengan usaha lahiriyah seperti belajar tentang perilaku yang baik, ilmu agama dan ilmu sosial.

Islam merupakan agama yang sempurna sebagai anugerah bagi umat manusia agar memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat. Islam mengajari umat manusia bagaimana menjadi manusia yang baik dihadapan Allah swt, dan juga makhluk lainya. Ajaran-ajaran tentang akhlak dipaparkan secara jelas dalam Islam. Bagaimana manusia harus bergaul dengan orang lain semua diatur dengan dengan begitu sempurnanya. Demikian juga tentang bagaimana akhlak manusia terhadap sang Khalik juga ditunjukan dengan tegas dan jelas.

Semua itu merupakan petunjuk bagi umat manusia agar menjadi makhluk yang mulia di mata Allah swt, dan juga makhluk lainya. Kemuliaan seseorang tergantung pada akhlaknya sebagaimana telah diterangkan pada pembahasan sebelumnya. Untuk itu amatlah merugi manakala hari-hari kita tidak diisi dengan kemuliaan akhlak, dan amatlah celaka manakala kehidupan kita tercemari akhlak tercela.

c. Kisah Teladan Penuh Hikmah

Dalam kehidupan ini sebenarnya Allah swt., telah memberikan contoh terhadap manusia melalui para kekasihnya dimuka bumi. Berbagai kisah teladan yang bisa dijadikan sebagai pelajaran buat kita telah di catat dalam sejarah, mulai dari kisah kalangan sahabat, tabi’in, ulama dan bahkan dari kalangan orang biasa yang tidak terkenal. Allah telah menunjukan kebesaran dan kebenaran kalamnya melalui kisah-kisah tersebut. Betapa kebenaran tidak bisa terkalahkan oleh keangkaramurkaan. Allah telah menggambarkan betapa orang-orang yang memiliki akhlakul karimah mendapatkan kemuliaan disisinya, sebagaimana terkutip dalam beberapa kisah di bawah ini;

 

a)   Tangisan Khalifah Umar Bin Khatab

Khalifah Umar Bin Khatab terkenal sebagai orang yang tegas, pemberani dan sangat keras dalam urusan haq dan bhatil, oleh karena itu ia dijuluki “al-Faruq” yang  artinya pembeda. Walaupun terkenal sebagai seorang yang penuh ketegasan, beliau ternyata memiliki kelembutan jiwa, sederhana, tidak cinta urusan duniawi dan mencintai rakyatnya.

Semenjak masuk Islam Umar Bin Khatab berusaha mengabdikan dirinya kepada Allah swt., dan menyesali segala perbuatanya dimasa lalu. Dikisahkan Umar Bin Khatab termenung ditempat duduknya. Beliau telah menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar as- Siddiq yang telah wafat. Suatu ketika, air mata Umar Bin Khatab menetes dan mengalir di pipinya. Penasihatnya melihat kejadian itu dengan penuh tanda Tanya, ada apa gerangan sehingga khalifah menangis. Penasihat ingin menghadap beliau dan melaporkan hasil tugasnya, tetapi terpaksa ia menunggu agak lama. Setelah penasihat dipersilahkan, ia bertanya kepada khalifah, “ maaf khalifah, bolehkah saya bertanya, ‘mengapa anda tadi menangis’?” Tanya penasihat khalifah dengan sopan dan hati-hati. Khalifah menjawab, “Benar saudaraku !Saya tadi menangis karena teringat putriku satu-satunya yang telah mati karena kebodohanku dimasa jahiliyah. Aku telah menguburnya hidup-hidup, padahal ia tidak berdosa.” Khalifah masih tersendat-sendat suaranya. Selanjutnya, khalifah bertanya kepada penasihat, “ Masih aadakah pintu tobat untuku wahai saudaraku ?”[107]

Dari cerita tersebut dapat kita ambil hikmah bahwa kesalahan dimasa yang lalu merupakan pelajaran untuk masa kini dan yang akan datang kemudian tidak boleh diulanginya kembali. Penyesalan harus disertai dengan taubat karena Allah maha pemurah dan pengampun. Khalifah Umar Bin Khatab merupakan salah satu sahabat nabi yang memiliki kedudukan yang mulia karena keikhlasan dan kesungguhanya dalam mengakan agama Allah.

 

b)   Kearifan Mu’az bin Jabal

Mu’az bin Jabal adalah seorang sahabat Rasulullah saw.,, dari kaum Ansar yang berasal dari suku Khazraj. Gelarnya Abu Abdurrahman. Ia memeluk Islam dari waktu mudanya.

Ia termasuk diantara sahabat yang diakui keilmuanya. Rasulullah saw.,, pernah mengatakan bahwa Mu’az bin Jabal adalah orang yang paling tahu dalam masalah halal dan haram. Oleh karena itu, pada tahun 10 H beliau mengutusnya ke Yaman sebagai hakim dan untuk mengajarkan Islam di negeri itu. Dia pergi ke Yaman dengan membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw.,, yang mengatakan, “ Aku mengutus kepada kalian seorang pilihan diantara sahabatku”.

Sebelum berangkat, Rasulullah saw.,, bertanya kepadanya bagaimana dia memecahkan suatu permasalahan hukum. Dia menjawab “ Aku akan memutuskan dengan kitab Allah (Al-Qur’an). Jika tidak menemukanya di dalam kitab Allah swt., aku akan memutuskan dengan sunah Rasulullah saw.,, jika tidak menemukanya di kedua sumber hukum itu, aku akan memutuskanya dengan ijtihadku.” Mendengar jawaban itu, Rasulullah saw.,, bersabda, “ segala puji bagi Allah yang telah member taufik (petunjuk kebenaran) kepada utusan Rasulullah saw.,”

Dari percakapan Rasulullah saw.,, dengan Mu’az bin Jabal tersebut, diketahui urutan sumber hukum dalam Islam, yaitu kitab Allah swt., (Al-Qur’an), sunah Rasulullah saw.,, (hadits), dan ijtihad (usaha untuk menggali hukum dari sumbernya dengan menggunakan pikiran).

Sahabat yang hafal Al-Qur’an ini terkenal sebagai seorang yang ramah, berbudi pekerti yang luhur (berakhlakul karimah), dan sopan dalam bergaul dengan masyarakat. Dia mempunyai kemauan yang sangat tinggi dalam menegakan keadilan ssehingga terkenal sebagai seorang hakim yang jujur dan adil dipengadilan. Oleh karena itu, ia tetap dipercaya untuk memegang jabatan hakim di Yaman hingga Rasulullah saw.,, wafat.

Dia banyak membantu khalifah Umar bin Khattab, baik dalam menjalankan dakwah islamiyah, seperti mengajarkan Islam di Syiria, maupun dalam bidang kemiliteran. Umar bin Khattab pernah berkata, :” Wanita manakah yang akan melahirkan laki-laki seperti Mu’az lagi? Seandainya dia (Mu’az) tidak ada, aku tidak akan sukses.” Mu’az bin Jabal wafat pada tahun 639 (18) H dan dikuburkan di suatu perkampungan di daerah Yordania.[108]

 

c)   Seorang Nenek Yang Berjiwa Penolong

Kisah nyata ini terjadi di salah sebuah daerah di Yaman.Kisah penderitaan dan kepahitan yang dilalui oleh penduduk Gaza tersebar ke seantero dunia. Semua orang marah, benci, dendam dan sedih. Dimana korban kebanyakan adalah anak-anak kecil tak berdosa yang menjadi korban muntahan peluru sehingga darah membasah bumi tanpa henti. Tragedi dahsyat ini juga sampai juga ke telinga seorang perempuan tua yang hidup miskin di salah sebuah kampung di Yaman. Sama seperti orang lain, dia juga turut sedih dan pilu sehingga berurai air mata.

Lantas suatu hari, dia  berusaha sekuat upaya untuk mencoba membantu sekadar semampunya. Kebetulan , harta yang dia punya adalah seekor sapi tua, terlalu uzur, kurus dan sudah tidak bermaya. Dengan semangat tinggi dan perasaan simpati amat sangat, dia berniat menyedekahkan Sapinya itu kepada penduduk Gaza lalu berjalan kaki dari rumah pergi ke salah sebuah masjid di Yaman sambil memegang sapi tunggal kesayangannya itu. Kebetulan hari itu Jumaat dan para jemaah sudah mengerumuni pekarangan masjid untuk melaksanakan ibadat tersebut. Ketika itu, betapa ramai yang melihat dan memperhatikan perempuan tua nan miskin dengan sapinya yang berada di sisi luar masjid. Ada yang mengangguk, ada yang menggeleng kepala. Tak terkecuali ada juga yang tersenyum sinis, tertawa, mengejek melihat perempuan miskin yang setia berdiri di sisi sapinya.

Masa berlalu, jemaah masjid walaupun khusyuk mendengar khutbah imam namun sesekali memperhatikan dua mahkhluk tuhan itu. Perempuan dan sapi itu masih di situ yang tanpa rasa malu atau segan diraut wajahnya. Setelah imam turun dari mimbar, solat Jumaat kemudian dilakukan, biar dibakar terik mentari dan peluh menitis dan memercik di muka, perempuan dan sapi tua itu masih saja di situ. Segera setelah jemaah selesai solat dan berdoa, tiba-tiba perempuan itu dengan tergesa-gesa menarik sapi itu membawanya ke depan pintu masjid sambil menanti dengan penuh sabar tanpa mempedulikan jemaah yang keluar. Ramai juga orang yang tidak beranjak dan perasaan ingin tahu, apa yang bakal dilakukan oleh perempuan tua itu.

Tatkala imam masjid keluar, perempuan tua itu bingkas berkata :Wahai imam, aku telah mendengar kisah sedih penduduk di Gaza. Aku seorang yang miskin tetapi aku bersimpati dan ingin membantu. Sudilah kau terima satu-satunya sapi yang ku punyai untuk dibawa ke Gaza, untuk di berikan kepada penduduk di sana. Gaduh seketika orang yang berada di masjid itu. Imam kaget dengan permintaan perempuan itu namun keberatan untuk menerima. Ya, bagaimana membawa sapi tua itu ke Gaza? Kemudian para jemaah mulai bercakap-cakap. Ada yang mengatakan tindakan itu tidak munasabah apalagi sapi itu sudah tua dan tiada harga.

 Tolonglah.. bawalah sapi ini ke Gaza. Inilah saja yang aku punya. Aku ingin benar membantu mereka, ulang perempuan yang tidak dikenali itu. Imam tadi masih keberatan.Masing-masing jemaah berkata-kata dan berbisik antara satu sama lain. Semua pandangan tertumpu kepada perempuan dan sapi tuanya itu.Mata perempuan tua yang miskin itu sudah mulai berkaca dan berair namun tetap tidak beranjak dan terus merenung ke arah imam tersebut. Sunyi seketika suasana. Tiba-tiba muncul seorang jemaah lalu bersuara mencetuskan idea: Tak mengapalah, biar aku beli sapi perempuan ini dengan harga 10,000 riyal dan bawa uang itu kemudian sedekahkanlah kepada penduduk di Gaza. Imam kemudian nampak setuju.

Perempuan miskin tua itu kemudian menyeka air matanya yang sudah tumpah. Dia membisu namun sepertinya setuju dengan pendapat jemaah itu. Tiba-tiba bangkit pula seorang anak muda, memberi pandangan yang jauh lebih hebat lagi: Bagaimana kalau kita rama-ramai membuat tawaran tertinggi sambil bersedekah untuk membeli sapi ini dan duit nya nanti diserahkan ke Gaza? Perempuan itu terkejut, termasuk imam itu juga. Rupa-rupanya cetusan anak muda ini diterima semua orang. Kemudian dalam beberapa menit para jemaah berebut-rebut menyedekahkan uang mereka untuk dikumpulkan dengan cara lelang tertinggi. Ada yang mulai menawar dari 10,000 ke 30,000 riyal dan berlanjutan untuk seketika. Suasana pekarangan masjid di Yaman itu menjadi riuh selama proses lelang sapi tersebut.

Akhirnya sapi tua, kurus dan tidak bermaya milik perempuan tua miskin itu dibeli dengan harga 500,000 riyal, setelah itu uang diserahkan kepada imam masjid, semua sepakat membuat keputusan itu, kemudian salah seorang jemaah berbicara kepada perempuan tua itu. Kami telah melelang sapi kamu dan telah mengumpulkan uang sejumlah 500,000 riyal untuk membeli sapi itu. Akan tetapi kami telah sepakat, uang yang terkumpul tadi diserahkan kepada imam untuk disampaikan kepada penduduk Gaza dan sapi itu kami hadiahkan kembali kepada kamu, katanya sambil memperhatikan perempuan tua nan miskin itu yang kembali meneteskan air mata gembira. Tanpa diduga, Allah mentakdirkan segalanya, niat perempuan miskin itu untuk membantu meringankan beban penderitaan penduduk Palestina akhirnya tercapai dan dipermudahkan sehingga terkumpul uang yang banyak tanpa kehilangan harta satu-satunya yang ada .Subhanallah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan amal-amal kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan niat kalian.” (shahih Muslim dan lainnya)[109]

Kisah-kisah tersebut bisa kita jadikan sebagai contoh dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh dengan romantika yang ada. Ketegasan Umar bin Khattab sekaligus kelembutan hatinya dan kegigihan beliau dalam memperjuangkan agama Allah sangat patut untuk kita tauladani, demikian pula dengan Mu’az bin Jabal dengan kearifanya serta kehati-hatianya dalam masalah hukum merupakan sesuatu yang langka dalam kehidupan kita sekarang ini dan ini menjadi sangat penting untuk kita contoh.

Kemudian seorang nenek yang sudah tua renta dan miskin dengan bermodal sapi kurus hendak meringankan beban saudaranya yang sedang kesusuahan, ini juga merupakan hal yang langka dan jarang terjadi. Sebenarnya masih banyak kisah perjalanan orang –orang soleh yang patut kita jadikan sebagai suri tauladan agar kita menjadi manusia yang berakhlakul karimah serta tunduk dan patuh terhadap perintah Allah swt.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

H.   AKHLAKUL KARIMAH  MENURUT AL- QUR’AN

Islam dalam arti agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, lahir bersama dengan turunya Al-Qur’an lima belas abad yang lalu. Masyarakat Arab Jahiliyah adalah masyarakat pertama yang bersentuhan dengan nya, serta masyarakat pertama pula yang berubah pola pikir, sikap, dan tingkah lakunya, sebagaimana dikehendaki Islam.

Masyarakat jahiliyah memiliki pola pikir, sikap, dan tingkah laku terpuji dan tercela. Dalam hal ini, Islam menerima dan mengembangkan yang terpuji, meluruskan yang tercela. Hasan Ibrahim Hasan menyebutkan beberapa adat kebiasaan mereka yang tercela : a. politeisme, dan penyembah berhala, b. pemujaan kepada ka’bah secara berlebihana, c. perdukunan dan khurafat, d. mabuk – mabukan dan sebagainya, sementara itu, beberapa sifat positifnya dicatat oleh Ahmad Amin, seperti : a. semangat dan keberanian, b. kedermawanan, c. kebaktian kepada suku.[110] Perubahan perilaku masyarakat jahiliyah menuju arah perbaikan perilaku akibat pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Al-Qur’an.

Mengenai pengataturan akhlak kita bisa melihat firman Allah swt, yang terdapat di dalam Al-Qur’an sebagai berikut : “ dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.”(Asy-Syams; 7-8) kemudian dalam ayat lain disebutkan ;” …. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d :11), sesungguhnya ayat-ayat yang membahas mengenai akhlak bertebaran dalam Al-Qur’an demikian juga ancaman terhadap akhlak tercela sangatlah keras, sebagai mana terdapat dalam firman Allah :” Dan orang – orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang – orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka kediaman yang buruk (jahanam)”. (Ar-Ra’ad : 25).

Dalam mengatur hubungan dengan masyarakat, kita bisa melihat sebagian dalam Surat Al-Baqoroh, hal ini karena surat Al-Baqoroh datang untuk mengatur masyarakat Islam madinah. [111]

Al- Qur’an mengajarkan umat manusia tentang akhlakul karimah. Banyak sekali ayat dalam Al-Qur’an yang membahas tentang akhlakul karimah, diantaranya adalah ; tentang perlakuan yang baik (baca antara lain QS 2:104, 4:86, 24:27, 58:11), membalas kejahatan dengan kebaikan (baca antara lain QS 13:22, 23:96, 28:54, 41: 34-35), berlomba dalam mengerjakan kebaikan (baca antara lain QS 2: 110, 3:114, 21: 90, 36: 10-15), jujur (baca antara lain QS 2:177, 3:17, 9:119, 49:15), tawadhu (baca antara lain QS 15:88, 17:37, 24:30) dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan tentang akhlakul karimah.

Kemudian apa bila ditanya tentang akhlak Rasulullah saw., maka sesungguhnya akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Sungguh mulianya Al-Qur’an dan ajaran yang terdapat di dalamnya, konsep mengenai kehidupan manusia semua terdapat di dalamnya. Bagaimana manusia harus bersikap dalam menghadapi kehidupan dunia ini semua diterangkan dalam Al-Qur’an. Dengan Al- Qur’an tatanan kehidupan manusia teratur, terarah, jauh dari kerusakan dan dekat dengan keberkahan. Al-Qur’an memberikan tuntunan pada manusia agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt, tidak lain adalah sebagai petunjuk kepada umat manusia agar memperoleh kebenaran (jalan yang lurus), sebagai mana yang tercantum dalam firman-Nya :

ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky­ ãNä3YÏB tök¤9$# çmôJÝÁuŠù=sù ( `tBur tb$Ÿ2 $³ÒƒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$­ƒr& tyzé& 3 ߃̍ムª!$# ãNà6Î/ tó¡ãŠø9$# Ÿwur ߃̍ムãNà6Î/ uŽô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçŽÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur šcrãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ 

Artinya :”  (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqoroh :185)

Ayat di atas menerangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan bertujuan untuk menuntun manusia menuju ke jalan yang benar yaitu jalan yang diridloi Allah, selain itu Al-Qur’an juga member petunjuk kepada kita mana yang haq dan mana yang bhatil. Yang haq adalah sesuatu yang wajib kita kerjakan dan yang bhatil adalah sesuatu yang wajib kita tinggalkan. Batasan-batasan masalah kebenaran dan kebhatilan dalam Al-Qur’an sudah sangat jelas. Kebenaran adalah sesuatu yang bisa mengantarkan kita kepada kebaikan sementara kebhatilan merupakan sesuatu yang menyebabkan kita terjerumus kepada jurang kesesatan.

Kebenaran Al-Qur’an merupakan hidayah bagi umat manusia untuk menata diri menjadi manusia yang mulia dihadapan Allah swt, tuntunan dan ajaranya sangat relefan dengan kehidupan umat manusia pada masa lalu dan masa sekarang. Perintah-perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an terutama yang berkaitan dengan kepribadian atau akhlak jika kita laksanakan dengan sebenar-benarnya tentu akan memberikan faidah yang sangat berharga dalam kehidupan kita. Dengan Al-Qur’an kita ditunjukan bagaimana harus bersikap terhadap kedua orang tua kita, dalam hal berbicara, mematuhi segala perintahnya yang baik dan sesuai ajaran Islam, berhubungan dengan prilaku yang sopan, berbicara dengan bepegang teguh terhadap kejujuran dan lain sebagainya.

Dalam  Al-Qur’an kita di tunjukan bagaimana harus menjalankan kewajiban terhadap Allah swt, sebagia konsekwensi kita sebagai hamba yang diciptakan dan diberi anugerah untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini. Etika dan adab kita kepada Allah swt dapat ditunjukan dengan ketaatan menjalankan ibadah serta mawas diri dan meningalkan segala larangan-larangan-Nya.

Melalui Al-Qur’an kita ditunjukan bagaimana berbuat baik terhadap sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana yang telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya. Begitu banyak dan lengkap petunjuk di dalam Al-Qur’an tentang bagaimana cara berbuat baik terhadap Allah swt, terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya. Tuntunan ini hendaknya kita jalankan dengan penuh keyakinan dan kesungguhan untuk menjadi manusia yang mulia dengan mengamalkan nilai-nilai akhlakul karimah yang terdapat di dalam Al-Qur’an.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

I.   HIDUP INDAH

DENGAN AKHLAKUL KARIMAH

Keindahan hidup ini ternyata tidak hanya terletak pada apa yang kita lihat melalui mata kita seperti lautan yang membiru, perbukitan yang dipenuhi dengan pepohonan yang beraneka ragam, danau yang dikelilingi bebatuan yang tertata alami dan terlihat sangat menawan atau bangunan kota yang megah, rumah yang di buat dengan arsistek canggih dan mengeluarkan banyak uang sehingga sangat nyaman dan terasa indah untuk dihuni.

Pada hakekatnya semua itu adalah keindahan lahiriyah yang bersifat semu, lautan yang indah sekejab bisa berubah menjadi hamparan air yang keruh karena terjadi banjir dan tsunami, rumah yang megah sekejap saja bisa rata dengan tanah apabila terjadi gempa bumi. Semua keindahan yang Nampak oleh mata bukanlah keindahan yang seutuhnya tetapi merupakan keindahan yang semu. Keindahan akhlak merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap orang dalam kehidupanya. Hidup akan terasa indah apabila nilai-nilai akhlakul karimah meresap pada jiwa seseorang dan di implikasikan dalam kehidupanya. Orang tua senang dan bahagia melihat anaknya menjadi anak yang baik dan berbakti pada orang tua serta patuh menjalankan perintah agama, sebaliknya anak juga merasa bahagia manakala memiliki orang tua yang penuh dengan kasih sayang bisa menjadi tauladan dalam meniti hidupnya.

Dalam kehidupan di lingkungan masyarakat akhlak sangat berperan penting dalam menciptakan suasana masyarakat yang nyaman, tentram dan harmonis. Hidup akan terasa indah dan nyaman apabila setiap manusia berperilaku sesuai apa yang diperintahkan dalam ajaran agama.

Imam Muslim ra. meriwayatkan dari Zuhair bin Harb dan Utsman bin Abi Syaibah dari Jarir dari Al Allah swt.’masy dari Syaqiq dari Masruq dari Abdullah bin Amr bin Al Ash ra, bahwa Rasulullah saw., Bersabda,

اِنَّ مِنْ خِيَاركُمْ اَ حْسَنَكُمْ اَخْلإَ قًا (روا ه مسلم)

Artinya : “ Seseungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Muslim)

Mungkin kita bertanya, apa bedanya antara orang yang baik amalnya dengan orang yang baik akhlaknya. Jawabnya sederhana saja ; bahwa amal itu lebih utama dari pada akhlak. Segala perbuatan yang dilakukan oleh seorang muslim adalah amal. Jika perbuatan itu baik, maka itu adalah amal yang baik. Dan apabila perbuatan itu buruk , maka itu adalah amal yang buruk. Namun demikian baik amal maupun akhlak, masing-masing memiliki kekhususan tersendiri.

Biasanya, amal dipergunakan untuk menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan ibadah. Misalnya ; sholat, zakat, puasa, haji, infak, shodakoh, menolong orang lain, memberi makan anak yatim dan sebagainya. Ibadah ini, meskipun ada ibadah mahdhah dan ibadah umum, dan sekalipun semua amal yang dilakukan  seorang muslim selama diniatkan untuk Allah swt. adalah dalam dimensi ibadah, namun ada ciri tersendiri yang melekat erat dengan ibadah yaitu adanya interaksilangsung antara seorang hamba dengan Tuhanya, atau interaksi antara hamba dengan sesama hamba. Atau spesifik lagi, di dalam amal ini ada unsur memberi menerima. Meskipun tidak mutlak demikian.

Katakanlah misalnya ; seseorang melakukan sholat atau puasa. Artinya, orang tersebut telah memberikan hak Allah swt. yang menjadi kewajibanya. Dan tentu dia berharap agar amal yang berkaitan dengan manusia. Seseorang yang member makan kepada orang miskin, artinya ada orang lain yang menerima makanan yang telah dia berikan.

Adapun akhlak, maka ia lebih terkonsentrasi kepada kepribadian seseorang tanpa harus dihubung-hubungkan dengan Tuhanya atau orang lain. Meskipun, apabila seorang muslim berakhlak baik dikarenakan melaksanakan ajaran agamanya dan mengharap ridlo Allah swt. semata, dia akan mendapatkan pahala. Akhlak adalah cerminan seseorang dalam sikapnya. Akhlak merupakan perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara reflek tanpa harus banyak berfikir. Karena, akhlak adalah kebiasaan seseorang dalam melakukan sesuatu. Akhlak ini juga terbagi dua, yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk (tercela).

Akhlak yang baik, misalnya; lemah lembut dalam bersikap, pemaaf, malu dalam hal yang benar, pemberani, jujur, rendah hati, baik tutur katanya, sopan, makan dan minum dengan tangan kanan, dermawan dan sebagainya. Sedangkan akhlak yang buruk, misalnya : sombong, kikir, suka menyakiti hati orang lain, senang berbicara kotor, tidak tahu malu, pengecut, pemarah, tidak jujur, iri hati, ria dan lain-lain. Orang yang gemar melakukan dosa pun, baik dosa kecil maupun dosa besar, juga bisa dianggap sebagai orang yang berakhlak buruk.

Rasulullah saw., Bersabda ; ” Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang hamba yang mukmin kelak pada hari kiamat dari pada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya Allah  sangat membenci orang yang buruk perangainya lagi suka berbicara kotor. “ (HR. At Tirmidzi).

Maksudnya, seorang mukmin yang selama di dunia ini senantiasa berakhlak baik, timbangan amal kebaikannya akan diperberat oleh Allah swt. nanti pada hari kiamat. Bahkan, justru akhlak yang baiklah yang menjadi beban paling berat dalam timbangan seorang mukmin, sebagaimana disebutkan zhahir hadits di atas.

Selain itu , masih banyak lagi keutamaan akhlak yang baik. Di antaranya, yaitu bahwa keimanan seorang mukmin yang paling sempurna adalah orang yang paling baik akhlaknya. Abu Hurairah ra mengatakan, bahwa Rasulullah saw., Bersabda ; “ Iman orang-orang mukmin yang paling sempurna, adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka”. (HR. At Tirmidzi)

Berkaitan dengan akhlak, yakni untuk kebaikan budi pekerti atau akhlak yang terpuji, Rasulullah saw adalah contoh yang paling ideal untuk diteladani. Anas bin Malik ra berkata, “ Rasulullah saw adalah yang paling bagus akhlaknya.” (Muttafaq alaih). [112]

Kehidupan Rasulullah saw merupakan contoh dari kehidupan yang ideal untuk kita jadikan sebagai suri tauladhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Keindahan akhlak Rasulullah saw., jika diterapkan dalam kehidupan kita maka akan menciptakan suasana yang damai, aman, nyaman harmonis dan jauh dari kemungkaran dan kerusakan. Kehidupan yang berakhlakul karimah akan terasa indah dan penuh dengan kebahagiaan. Rasa saling mengasihi antar sesama manusia dengan tulus tanpa membeda-bedakan status adalah salah satu bentuk dari penerapan akhlakul karimah dalam pergaulan di lingkungan masyarakat. Sikap jujur dalam menjalankan tugas, bertanggung jawab dan saling peduli dan kerjasama dengan sesama manusia , saling menolong dan mencintai karena Allah swt. merupakan ciri masyarakat yang menanamkan akhlakul karimah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

J.   RANGKAIAN KATA MUTIARA DARI RASULULLAH SAW TENTANG AKHLAKUL KARIMAH

Taat ialah, berakhlak baik, dan dosa ialah, hal-hal yang terbetik di dalam hatimu tetapi engkau tidak senang bila hal itu ditampakan kepada orang lain”. (Riwayat Muslim)

Malu merupakan perhiasan, takwa merupakan kemuliaan, sebaik-baik kendaraan adalah sabar dan menanti jalan keluar dari Allah swt. merupakan ibadah.”

(Riwayat Hakim melalui Jabir)

Orang yang terpilih diantara kalian adalah orang  yang paling baik akhlaknya”. (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R.Tabrani)

Seseorang di antara kalian masih belum dikatakan beriman sebelum ia mencintai saudaranya seperti cintanya terhadap dirinya sendiri”. (H.R.Bukhori &Muslim)
"Apa tindakan yang paling baik? Untuk menggembirakan hati manusia, memberi makan yang lapar, membantu yang menderita, meringankan kesedihan yang sedih, dan untuk menghilangkan penderitaan yang terluka." (HR Bukhari)
 "Jihad yang paling baik adalah bahwa untuk penaklukan diri." (HR Bukhari)
"Jika Anda memasukkan seluruh kepercayaan kepada Allah, seperti yang seharusnya, Ia pasti akan memuaskan kebutuhan anda, sebagaimana Dia memenuhi mereka burung. Mereka datang dari lapar di pagi hari, tetapi kembali penuh sarang mereka." (Tirmidzi)
 "Allah tidak akan memberi ampun kepada siapa pun, kecuali orang-orang yang memberi rahmat bagi makhluk lain."

 (Abdullah b. Amr: Abu Daud & Tirmidzi)
 " 'Nak, jika Anda mampu, menjaga hati dari pagi sampai malam dan dari malam sampai pagi bebas dari niat jahat terhadap siapa pun." Kemudian Nabi berkata: "Hai anakku! Ini adalah salah satu hukum-Ku, dan dia, yang mencintai hukum-Ku sesungguhnya mencintaiku." "(HR Bukhari)
 "Katakanlah apa yang benar, walaupun itu mungkin pahit dan tidak menyenangkan kepada orang-orang." (Baihaqi)
"Kebaikan adalah tanda iman, dan siapa pun yang tidak baik tidak memiliki iman."

(HR Muslim)
"Jika Anda tidak merasa malu dengan apa pun, maka anda dapat melakukan apa pun yang Anda suka." (Abu-Masud: Bukhari)
"Ya Tuhan, berilah aku cinta Anda, berilah aku, bahwa aku mengasihi orang yang mengasihi kamu; berilah aku, bahwa aku mungkin melakukan perbuatan yang memenangkan cinta Anda. Membuat cintamu kepadaku lebih mahal daripada mencintai diri sendiri, keluarga dan kekayaan. " (Tirmidzi)
 "Lebih baik duduk sendirian daripada perusahaan dengan yang buruk dan masih lebih baik untuk duduk bersama baik daripada sendirian. Lebih baik untuk berbicara dengan seorang pencari pengetahuan daripada tetap diam, tetapi diam adalah lebih baik daripada kata-kata menganggur. " (HR Bukhari)


 "Sesungguhnya, seorang pria mengajar anaknya sopan santun adalah lebih baik daripada memberi satu gantang gandum dalam sedekah." (Muslim)
"Siapa pun yang baik, Allah akan baik kepadanya, karena itu bersikap ramah kepada manusia di bumi. Dialah yang di sorga akan menunjukkan belas kasihan pada Anda." (Abu Daud: Tirmidzi)
"Sulit bagi seorang pria yang penuh dengan kekayaan untuk mendaki jalan yang curam, yang mengarah kepada kebahagiaan." (Muslim)
 "Sekali seorang pria, yang sedang melewati sebuah jalan, menemukan cabang pohon dengan torns menghalangi itu. Pria mengeluarkan duri dari jalan. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya." (HR Bukhari)
"Siapa yang belajar? Mereka yang mempraktekkan apa yang mereka ketahui."

 (HR Bukhari)


 "Allah telah menyatakan kepada saya, bahwa Anda harus menjadi rendah hati. Tidak ada seorang pun yang memegahkan diri atas satu sama lain, dan tak seorang pun harus menindas yang lain." (Iyad b. Hinar al-Mujashi: Muslim)
 "Siapa yang paling disukai Allah? Dia, dari siapa yang paling baik datang kepada makhluk-Nya." (HR Bukhari)
"Seorang Muslim sejati adalah bersyukur kepada Allah dalam kemakmuran, dan mengundurkan diri pada kehendak-Nya dalam kesulitan." (Muslim)
"Allah tidak melihat pada penampilan atau harta benda Anda, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan Anda." (Abu Huraira: Muslim)
"Sebaik-baik kekayaan adalah kekayaan jiwa."

(HR. Bukhari)
 "Jaga dirimu jauh dari iri; karena memakan dan mengambil tindakan yang baik, seperti api memakan dan membakar kayu." (Abu Daud)


"Banyak keheningan dan disposisi yang baik, tidak ada dua hal yang lebih baik dari ini." (HR Bukhari)
"Sesungguhnya, Allah ringan dan menyukai kelembutan, dan Dia memberi kepada ringan apa yang Dia tidak berikan kepada yang keras." (HR Muslim)
"Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, Allah menyukai untuk bertemu dengannya." (HR Bukhari)

"Ketika dua orang bersama-sama, dua di antaranya harus tidak berbisik satu sama lain, tanpa membiarkan mendengar ketiga; karena itu akan menyakiti hatinya."

(HR Bukhari & Muslim)
 "Sesungguhnya, itu adalah salah satu hal kepada Allah untuk menghormati orang tua." (HR Bukhari)
"Berusahalah untuk selalu unggul dalam kebajikan dan kebenaran." (HR Bukhari)

 

 


"Anda tidak akan masuk surga sampai Anda memiliki iman dan kamu akan tidak lengkap iman Anda sampai kamu saling mengasihi."

(HR Muslim)
"Dia, yang ingin masuk surga di gerbang terbaik, harus menyenangkan ayah dan ibunya." (HR Bukhari & Muslim)
"Saya akan berangkat dua hal di antara kamu, dan jika anda melekat pada mereka tegas kalian tidak akan tersesat; satu adalah Kitab Allah dan yang lain adalah jalan hidupku." (Haji Wada ': Muatta)
"Allah adalah Satu dan suka Kesatuan." (HR Muslim)
"Dia bukan dari kita yang tidak kasih sayang kepada anak-anak kecil, dan tidak menghormati tua, dan ia bukan dari kita, yang tidak perintah yang sah, dan melarang yang haram." (Ibnu Abbas: Tirmidzi)
"Tidak ada orang yang beriman yang sejati kecuali ia menginginkan untuk saudaranya itu, apa yang ia inginkan untuk dirinya sendiri." (Abu Hamza Anas: Bukhari & Muslim)
"Untuk berjuang demi Allah dari pagi sampai tengah hari dan matahari terbenam adalah lebih baik daripada barang dan kenikmatan dari seluruh kehidupan duniawi."

(HR Bukhari)
 
"Jadi janganlah seperti orang munafik yang, ketika ia berbicara, menceritakan kebohongan; ketika ia memberikan janji, dia mengelompokkannya, dan ketika dia dipercaya, dia membuktikan tidak jujur." (HR Bukhari & Muslim)
"Apakah Anda tahu apa yang lebih baik dari sedekah dan berpuasa dan doa? Ini adalah menjaga perdamaian dan hubungan baik antara orang-orang, seperti pertengkaran dan perasaan buruk menghancurkan umat manusia.
" (Muslim & Bukhari)
"Perilaku diri Anda di dunia ini, seolah-olah Anda berada di sini untuk tinggal selamanya; mempersiapkan untuk selama-lamanya seolah-olah Anda harus mati besok." (HR Bukhari)
 "Kenyamanan duniawi bukan untukku. Aku seperti seorang pengembara, yang mengambil istirahat di bawah pohon di tempat teduh dan kemudian melanjutkan perjalanan." (Tirmidzi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

K.KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari pemararan sebelumnya dapat diambil kesimpulan :

1.    Akhlak manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tinggal dan keluarga, untuk itu perlu adanya upaya untuk melakukan penanaman akhlak lebih dini oleh orang tua dalam keluarga.

2.    Untuk mengatasi perkembangan teknologi pada era globalisasi perlu diadakan upaya pendidikan akhlak pada generasi muda dan masyarakat dengan cara sebagai berikut :

a.    Memperkuat akidah Islam dengan banyak belajar ilmu agama

b.    Memilah dan memilih berbagai perilaku dan budaya asing yang bersesuaian dengan ajaran agama Islam dan meninggalkan yang tidak sesuai

c.    Menghias diri dengan akhlak karimah dalam setiap hal dimanapun dan kapanpun.

d.   Bersikap dan berperilaku sesuai tuntunan ajaran agama Islam.

e.    Menghidari segala dampak buruk era globalisasi dengan selalu berpegang teguh pada tali agama Allah swt.

3.    Al- Qur’an merupakan pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia, pembahasan mengenai akhlak dalam Al-Qur’an sangat banyak, diantaranya sebagai berikut : tentang perlakuan yang baik (baca antara lain QS 2:104, 4:86, 24:27, 58:11), membalas kejahatan dengan kebaikan (baca antara lain QS 13:22, 23:96, 28:54, 41: 34-35), berlomba dalam mengerjakan kebaikan (baca antara lain QS 2: 110, 3:114, 21: 90, 36: 10-15), jujur (baca antara lain QS 2:177, 3:17, 9:119, 49:15), tawadhu (baca antara lain QS 15:88, 17:37, 24:30) dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan tentang akhlakul karimah.

4.    Untuk mewujudkan kehidupan yang berakhlakul karimah perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :

a.    Penanaman akhlakul karimah pada anak dala keluarga

b.    Penanaman akhlakul karimah dalam kehidupan di lingkungan masyarakat

c.    Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadits serta penerapanya dalam kehidupan.

d.   Mewujudkan kesadaran akan pentingnya penerapan akhlakul karimah yang bersumber dari ajaran agama Islam agar manusia bisa menjalankan kehidupan dengan selaras, harmonis dan sejahtera, berpegang teguh terhadap ajaran Allah swt. dengan menjalankan segala perintah- Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Demikianlah uraian yang kami sampaikan, mudah-udahan bermanfaaat bagi kita semuanya amin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin , 2007, “Pendidikan Agama Islam”, Jakarta, Bumi Aksara.

Nasoetion, Andi Hakim, dkk, 2001, “ Pendidikan Agam dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu

Suwito, 2004, “Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih”, Yogyakarta, Belukar

Shihab, Quraysh ,2006 “Membumikan Al-Qur’an”, Bandung, Penerbit Mizan

Aminuddin, dkk, 2002, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi UMM, Bogor: Ghalia Indonesia.

Supardi, “Aktif belajar aqidah akhalak untuk madrasah aliyah” kelas X, Klaten: sinar mandiri,

Mukhtar, Yusuf , dkk. 1995. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.

Tim abdi guru, 2007, Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP kelas VIII”, Jakarta: Erlangga,

Alfat, Masan, dkk. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas 2. Semarang: Karya Toha Putra.

 Ibrahim, T – Darsono, 2002 “ Membangun Akidah dan Akhlak untuk kelas VIII Madrasah Tsanawiyah “, Solo, PT Tiga Serangkai

Ibrahim, T – H . Darsono, 2002 “ Membangun Akidah dan Akhlak untuk kelas IX Madrasah Tsanawiyah “, Solo, PT Tiga Serangkai

http://agrotek-indahnyaakhlakrasulullahsaw.blogspot.com

Al Hamid, Zeid Husein , 2007” Mukhtashar Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka Amani

S.Tabrani, 2009, “ Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia

Al Hasyimi, Sayyid Ahmad, 2010,”Sarah MUkhtaruul Al Haadits” , Bandung, Sinar Baru Algensindo

Bahreisj, Hussein , Ghaza-, Imam , 1981, “Ajaran-Ajaran Akhlak”, Surabaya, Usana Offset Printing,

Tim abdi guru, 2007, Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP kelas VIII, Jakarta: Erlangga,

Ghurar al-Hikam, h.131

Ghazali, Imam, “Ihya’al-Ulum” ,II,h.151

Al Ghalayini, Syekh Musthofa , 1976 “ Membimbing Menuju Akhlak yang Luhur”, Semarang, Toha Putra,

Shalih al- Utsaimin , Muhammad bin, “Makarimal Akhlak (Budi Pekerti Mulia)

‘Asyur, Ahmad Isa, 2005,” Hadits Tsulatsa’ Ceramah-Ceramah Hasan Al- Banna 1”, Solo, Era Intermedia, hlm.

H.S, Koesman, 2008, “ Etika dan Moralitas Islami” Semarang, Pustaka Nuun,

Afriantoni. 2007 Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut

       Bediuzzaman Said Nursi, 5. Tesis, S2 Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang Jurusan Ilmu Pendidikan Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam.

Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan

       Kemasyarakatan.

Alkhaibawi ,Usman, “ Durratun Nasihin (Mutiara Mubaligh), Semarang, Al Munawar

Mujiono, Imam ’et.Al’. 2002. Ibadah dan Akhlak dalam Islam. cetakan kedua.

Yogyakarta: UII Press Indonesia

Barry dan Yaqob. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual. Surabaya: Target Press Surabaya.

Anonim. http//www.hadirukkiyah’s blog akhlak tercela.htm

Syarbini, Amirullah , 2011 “ The Miracle Of Ibadah”, Bandung, Fajar Media

Ilyas, Yunahar, 1999, “ Kuliah Akhlak”, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset

Djatnika, Rachmat, 1996, “ Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia), Jakarta, Pustaka Pelajar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIOGRAFI PENULIS

Ari Kuswanto, S.Pd.I lahir di Banyumas, 17 Januari 1982. Pendidikan dimulau dari SD N Kalicupak Lor tahun 1988-1994, kemudian melanjutkan ke SMP N 2 Sokaraja tahun 1994-1997, diteruskan ke SMU N 1 Sokaraja pada tahun 1997-2000, kemudian mendapat gelar S1 di STAIN Purwokerto mengambil jurusan Tarbiyah Prodi PAI lulus tahun 2006, sekarang mengajar di MTs N Model Purwokerto. Pengalaman Organisasi  : menjadi ketua Ikatan Remaja Masjid Hidayatul Fata Desa Kalicupak Lor tahun 2003-2009, Ketua Karang Taruna Bina Pagar Muda Tujuh tahun 2007-2011, Pengasuh TPA Hidayatus Shibyan tahun 2004-2011, Pengurus Himpupan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarbiyah Tahun 2003-2004, Pengurus buletin dakwah Jurusan Tarbiyah Prodi PAI, mengikuti kegiatan di Pergerakan  Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) semasa Kuliah, Pengurus PonPes Al-Ma’mur Sokaraja Tahun 1999-2007, Aktif dalam kegiatan Kepramukaan dan pernah mengikuti berbagai pendidikan kepramukaan. Sekarang kegiatanya mengajar Pendidikan Agama Islam dan Kesenian di MTs Negeri Model Purwokerto, dan menulis buku. Beberapa makalah yang telah ditulis diantaranya adalah : “ Pendidikan Berperspektif gender menurut Mansur Fakih”, “ Pernikahan Beda Agama” , “Kenakalan Remaja dan Solusinya”, “ Pendidikan Seumur Hidup”, “ Bantahan Terhadap Teori Evolusi Darwin”, Meniti Jalan Menuju Kebahagiaan Dunia Akhirat.

 

 



[1] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan  Agama dan Ahlak  Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 51

 

[2] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan  Agama dan Ahlak  Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 51

 

[3] . Sistem Etika Islam, hlm. 26

[4] . “ خُلُقٌ menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai , tingkah laku atau tabiyat”

[5] . Prof.DR. Suwito, 2004,” Filsafat Pendidikan Ahlak Ibnu Miskawaih”, Yogyakarta, Belukar, hlm. 31

[6]. Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan. hlm. 8

[7] . Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan. hlm. 6

[8] . Hussein Bahreisj, Imam Ghazali, 1981, “Ajaran-Ajaran Akhlak”, Surabaya, Usana Offset Printing, hlm. 41

[9] . Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan. hlm. 6

[10] . Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan. hlm. 7

[11] . “Mahluk sosial adalah mahluk yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain”.

[12] . Syafaah, Majalah rindang, edisi Agustus 2012, hlm. 23

[13] . “Tawakal juga berarti memutuskan hati dari ketergantungan, melepaskan keterikatan terhadap mahluk, menampakan kebutuhan kepada dzat yang mengubah semua keadaan, yang menentukan takdir, yang tidak ada Tuhan selain Allah swt. “

[14] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan  Agama dan Ahlak  Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 35

[15] . Hussein Bahreisj, Imam Ghazali, 1981, “Ajaran-Ajaran Ahlak”, Surabaya, Usana Offset Printing, Hlm. 50-51

[16] . T. Ibrahim dan H. Darsono, 2009,” Pemahaman Alqur-an dan Hadits Untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah”, Solo, Tiga Serangkai, hlm. 88

[17] .  lihat H. Amirullah Syarbini, M.Ag, 2011 “ The Miracle Of Ibadah”, Bandung, Fajar Media, hlm. 202

[18] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan  Agama dan Ahlak  Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 35

[19] . IImam Al-Ghazali, ZeidHusein Al-Hamid, “Ringkaan Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka Amani, hlm. 357

[20] . “ Sabar dalam mengerjakan perintah-perintah Allah swt. berupa amalan-amalan ibadah seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya”

[21] . “ Sabar ketika menghadapi musibah berupa penyakit, bencana alam, kecelakaan, kematian dll. Disunahkan mengucapkan” Innalillahi wa inna ilaihi raa ji’un

[22] .   "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

[23] . “ Sabar untuk tidak mengerjakan perbuatan maksiyat (perbuatan dosa yang dilarang oleh agama), seperti berjudi, mabuk-mabukan, berkata kotor, berzina, meniggalkan sholat dll.”

[24] .” Dan Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang –orang  khusu”. (Q.S. Al-Baqoroh : 45).

[25] . lihat H. Amirullah Syarbini, M.Ag, 2011 “ The Miracle Of Ibadah”, Bandung, Fajar Media, hlm. 253

[26] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan  Agama dan Ahlak  Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 35

[27] . IImam Al-Ghazali, ZeidHusein Al-Hamid, “Ringkaan Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka Amani, hlm. 358

[28] . “ Dan janganlah kamumenjadi seperti orang –orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan merekalah orang –orang yang mendapat adzab berat.” (Q.S. Ali Imron : 105)

[29] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan  Agama dan Ahlak  Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 38

[30]  . HR. al-Bukhari nomor 4747 dari Abu Hurairah

[31] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan  Agama dan Ahlak  Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 35

[32] . “Tawadlu merupakan budi pekerti para nabi dan Rasul, sikap orang yang bertakwa dan mendapatkan hidayah. Sementara sombong adalah sikap orang yang dictator dan suka melakukan kedzoliman.”

[33] . lihat Drs. H. Yunahar Ilyas, LC., MA, 1999, “ Kuliah Akhlak”, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, hlm. 28

[34] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian,dkk,  2001, “ Pendidikan  Agama dan Ahlak  Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 35

[35] . IImam Al-Ghazali, ZeidHusein Al-Hamid, “Ringkaan Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka Amani, hlm. 435

[36]  “ Riya sama artinya dengan pamer, mengerjakan sesuatu karena ingin di puji oleh orang lain bukan semata-mata karena Allah swt. “

[38] . Syekh Musthofa Al Ghalayini, 1976 “ Membimbing Menuju Akhlak yang Luhur”, Semarang, Toha Putra,

hlm. 12

[39]  “ Gelar al amin diperoleh Rasulullah saw. Ketika ada perdebatan pemindahan hajar aswad dan Rasulullah saw. Dengan bijak mengatasi hal tersebut (baca selengkapnya dala Sirah Rasul).”

[40].  Drs.Supardi, Aktif belajar aqidah akhalak untuk madrasah aliyah kelas X, Klaten: sinar maandiri, hlm: 52-54

 

[41]  Drs. Yusuf Mukhtar, dkk. 1995. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka. hlm: 340

[42] Tim abdi guru, 2007, Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP kelas VIII, Jakarta: Erlangga, hlm: 44

[43]  Ibid, hlm: 49

[44] . Drs. Masan Alfat, dkk. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas 2. Semarang: Karya Toha Putra. Hlm:170

[45] . Ibid, hlm: 50

[46] . Ibid, hlm: 54-56

[47].  Ibid, hlm: 57-58

[48] . S.Tabrani, 2009, “ Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia, hlm. 57

[49] . “Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat”

[50] . S.Tabrani, 2009, “ Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia, hlm. 53

[51] . H.S, Koesman, 2008, “ Etika dan Moralitas Islami” Semarang, Pustaka Nuun, hlm. 26

[52]  “Keluarga yang dimaksud adalah  kelompok kecil yang terdiri dari orang tua dan anak atau saudara sekandung yang hidup dalam satu ruamah”

[53] . “ Kata Arab yang dimaksudkan untuk pengertian pendidikan antara lain adalah tarbiyat, tahzib, ta’lim, ta’dib, siyasat, mawa’izh, dan ta’dib sering diartikan pendidikan. Ta’lim diartikan pengajaran dan siyasat bisa diartikan siyasat, pemerintahan, politik, atau pengaturan. Mawa’izh diartikan pengajaran atau peringatan. Adat/ta’awwud diartikan pembiasaan, dan bisa diartikan pelatihan”

[54].    ibid.hal 38

[55] . Dalam ayat lain manusia diperintahkan untuk memelihara keturunanya, Allah swt. berfirman : “dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu”. (QS.An –Nahl :58-59)

[56] . “ Menurut Dr. M. Quraish Shihab, keluarga adalah “umat Kecil” yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya”.

[57] . lihat Prof. Dr. Suwito, 2004, “Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih”, Yogyakarta, Belukar, hlm. 116

 

[58]  HR. Uqbah Ibnu Ngumar

[59] . Sayyid ahmad al Hasyimi, 2010.hal.950

[60] . HR. bukhori

[61] . “Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.”

[62]. al-Amru bil Ma’ruf, al-Khallal hlm. 114

[64] . Ridla Baiquni, Muhammad, “ Orang yang Bangkrut Dunia Akhirat”, Jombang, Lintas Media. Hlm. 151-152

[65] . Drs. H.A. Mustofa, 1999, “ Ahlak Tasawuf “, Bandung, CV Pustaka Setia. Hlm. 162-163

[66] . H.S, Koesman, 2008, “ Etika dan Moralitas Islami” Semarang, Pustaka Nuun, hlm. 46

 

[67] . Usman Alkhaibawi, “ Durratun Nasihin (Mutiara Mubaligh), Semarang, Al Munawar, hlm. 192

[68] . Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A., 2007,  “ Pendidikan Agama Islam”, Jakarta, Bumi Aksara, hlm. 35

[69] . Ilhat Hatiah, dkk. 2007,  “Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan”, Jakarta, Penerbit Universitas Terbuka. Hlm. 3.1

[70]  “Menumpas Penyakit Hati”,hlm.70

[71] . Al Khaibawi, Usman,”Durratun Nasihin (Mutiara Mubaligh)”, Semarang, Al-Munawar, hlm. 180)

[72].  sayid,1999

[73].  Ushul al-Kafi, II,hlm.305

[74] . Ghurar al-Hikam, hlm.131

[75] . Ihya’al-Ulum,II,hlm.151

[76] . Imam Al Ghazali, 2007, “Ringkasan ikhya Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka Amani, hlm. 281

[77] .  Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al-Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab al- Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz Zawaa-id (9 / 15): Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi Shahih. Dan dishahihkan juga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush Shahiihah, No (45).

[78] .   Muhammad bin Shalih al- Utsaimin, “Makarimal Akhlak (Budi Pekerti Mulia)”, hlm. 5

[79] . Dikeluarkan oleh Imam Muslim, No (476) di Kitaabu Shalaatil Musaafiriin, dan Abu Daud, No (1342) di Kitaabush Shalaah. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah secara ringkas, No (2333) di Kitaabul Ahkaam, dan Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad, (6 / 45, 91, 111,163, 188, 216).

[80] . Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (1936) di Kitaabush Shaum, dan No (2600) di Kitaabul Hibah, dan No (5367) di Kitaabun Nafaqoot, dan No (6087) di Kitaabul Adab.Dan dikeluarkan juga oleh Imam Muslim, No (81, 82, 83, 84, 85, 86, 87) di Kitaabush Shiyaam.

[81] .  ibid. hlm. 65

[82] . Sebagaimana hadits 'Abdullah bin 'Amr. Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (3559) di Kitaabul Manaaqib, dan No (6029, 6035) di Kitaabul Adab. Dan Imam Muslim, No (68) di Kitaabul Fadhaa-il.

[83] . Sebagaimana hadits 'Atho' bin Yasaar, ia berkata: Aku bertemu 'Abdullah bin 'Amr lalu aku berkata: Kabarkan padaku tentang sifat Rasulullah n dalam kitab Taurat. Dia berkata: Baiklah, demi Allah, sesungguhnya Beliau disifati dalam Taurat dengan beberapa sifat yang ada dalam Al-Furqan (Al-Qur'an): (QS. al-Ahzaab: 45) dan sebagai penjaga bagi kaum yang ummiy, engkaulah Hamba dan RasulKu, Aku memberimu nama al-Mutawakkil, tidak bersikap keras lagi berhati kasar, dan tidak suka berteriak-teriak di pasaran, Beliau tidak mau membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi Beliau malah memberi maaf dan mengampun. Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (2125) di Kitaabul Buyuu', dan No (4838) di Kitaabut Tafsiir.

[84] . Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (6038) di Kitaabul Adab. Muslim, No (51) di Kitaabul Fadhaa-il.

 

[85] . Ibid. hlm 414

[86] . Abdul Kharis, S.Ag. dkk, 2004, “Akidah Ahlak 1”, Jawa Tengah, Kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah, hlm.91

[87] . Ibid, hlm 42

[88] . “ sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), fatonah (pandai/ cerdas), tabligh (menyampaikan). Ke empat sifat tersebut sering disebut sebagai sifat wajib rasul. Hendaknya sifat tersebut senantiasa ada di jiwa kita”.

[89] . H. Sulaiman Rasjid, 1998, “ Fiqh Islam(Hukum Fiqh Islam)”, Bandung, PT.Sinar Baru Algensindo, hlm.53

[90] . “Maha suci Allah, Segala uji bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah, Allah maha besar.”

[91] . Dikeluarkan oleh Nasa-i, No (3949 & 3950) di Kitaabu 'Isyratin Nisaa', Ahmad di kitab Al-Musnad (3 / 128, 199, 280), dan hadits tersebut ada di kitab Shahiihul Jaami', No (3134).

[92] . ibid. hlm. 17

[93] . Ahmad Isa ‘Asyur, 2005,” Hadits Tsulatsa’ Ceramah-Ceramah Hasan Al- Banna 1”, Solo, Era Intermedia, hlm. 219

[94] . S.Tabrani, 2009,”Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia, hlm. 104

[95] . S.Tabrani, 2009,”Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia, hlm. 115

[96] . Ibid. hlm 124

[97] . IImam Al-Ghazali, ZeidHusein Al-Hamid, “Ringkaan Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka Amani, hlm. 263

[98] . KH. Zarkasi Abdullah, “Kumpulan Khutbah Jum’at”, Jombang, Lintas Media, hlm. 56

[99] . Muhammad RB, “Orang – Orang yang Bangkrut Dunia Akhirat”, Jombang, Lintas Media, hlm.122

[100] . Imam Nawwawi “ Sarah Sungabul Iman” Karomah, hlm. 22

[101] . Afriantoni. 2007 Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut, hlm. 32

[102] . Prof.DR. Suwito, 2004,” Filsafat Pendidikan Ahlak Ibnu Miskawaih”, Yogyakarta, Belukar, hlm. 31

[103] . T.Ibrahim.hal. 69

[104] . Hussein Bahreisj, Imam Ghazali, 1981, “Ajaran-Ajaran Ahlak”, Surabaya, Usana Offset Printing, hlm. 30

[105] . Hussein Bahreisj, Imam Ghazali, 1981, “Ajaran-Ajaran Ahlak”, Surabaya, Usana Offset Printing, hlm. 40

 

[106] . Wasa’il al-Syi’ah,II h.22

[107] . T. Ibrahim – H . Darsono, 2002 “ Membangun Akidah dan Akhlak untuk kelas IX Madrasah Tsanawiyah “, Solo, PT Tiga Serangkai , hlm. 64

 

[108] . T. Ibrahim, H. Darsono, “ Pemahaman Al-Qur’an Hadits Untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VIII”, Solo, Tiga Serangkai, hlm. 68

[109] . diambil dari kumpulan “KIsah Penuh Hikmah”, E-Book, http://virouz007.wordpress.com/.

[110] . lihat Dr. M. Quraysh Shihab,2006 “Membumikan Al-Qur’an”, Bandung, Penerbit Mizan,hlm. 245

[111] . Ahmad Isa ‘Asyur, 2005,” Hadits Tsulatsa’ Ceramah-Ceramah Hasan Al- Banna 1”, Solo, Era Intermedia, hlm. 233

[112] . ibid. hal 26-27