الحمد لله, الحمد لله الذى خلق الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُو
الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ أشهد أن لا
إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل
على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah
melimpahkan hidayah dan inayah kepada kita semua. Sholawat salam semoga
tercurah kepada Nabi Agung Muhammad saw. Sebagai suri tauladan untuk kita
semuanya. Atas dasar keprihatinan dan kepedulian penulis terhadap semakin
merosotnya akhlak bangsa, maka melaui
buku ini penulis curahkan segala daya dan upaya untuk mengkaji berbagai
permasalahan mengenai akhlak.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting
untuk kita mengerti, dalam pergaulan sehari-hari akhlak sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku manusia dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun suatu
bangsa. Akhlak merupakan target dakwah para nabi dan Rasul, meluruskan perilaku
manusia dari keterpurukan dan kebobrokan merupakan tugas para Nabi dan Rasul
serta kita bersama yang hidup sesudahnya. Kehidupan manusia dari zaman kezaman selalu
mengalami perubahan disinilah peran pendidikan akhlak sebagai penyelaras dan
penyeimbang serta pengendali berbagai dampak dari perkembangan zaman.
Akhlak adalah tahap ketiga dalam beragama.
Tahap pertama menyatakan keimanan dengan mengucapkan syahadat, tahap kedua
melakukan ibadah seperti sholat, zakat, puasa termasuk membaca Al-Qur’an dan
berdoa, dan tahap ke tiga sebagai buah dari keimanan dan ibadah adalah akhlak. [1]
Dalam keluarga akhlak sangat penting untuk
dikaji dan dimengerti oleh anggota keluarga. Perilaku yang baik harus
ditanamkan sejak dini kepada anak-anak demikian juga perilaku yang jelek (akhlak
tercela) juga harus di antisipasi sedini mungkin jangan sampai menjadi
kebiasaan anggota keluarga karena akhlak yang tercela merupakan penyebab
hancurnya kehidupan manusia. Orang tua berperan penting dalam pendidikan akhlak
anak dan seluruh anggota keluarga.
Dalam buku ini akan dikaji berbagai permasalah
tentang akhlak, mulai dari pengertian akhlak, macam-macam akhlak, penerapan akhlak
dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Peranan akhlak bagi generasi
muda dan masyarakat dalam menghadapi dampak buruk era globalisasi dan berbagai
solusi penting untuk menangani dan mengatasi berbagai perilau –perilaku
menyimpang dan akhlak yang tercela dalam kehidupan kita. Dalam buku ini juga
dilengkapi dengan kajian mengenai pandangan Al-Qur’an dan Hadits mengenai akhlak
lengkap dengan penjelasanya.
Kehidupan akan terasa indah apabila kita
menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Hidup akan terasa
damai, nyaman, sejahtera dan dekat dengan rahmat dan hidayah Allah swt. Hal
tersebut terbukti pada zaman Rasulullah saw., di Madinah. Masyarakat hidup
rukun, saling menghargai, saling menolong, penduduknya ramah, sopan, jujur,
syukur menerapkan nilai-nilai akhlakul karimah yang diajarkan oleh Rasulullah
saw., patuh dan tunduk menjalankan ibadah kepada Allah swt.
Pada akhir kajian penulis sisipkan kata-kata
bijak mengenai akhlak yang diambil dari beberapa hadits terpilih. Mudah-mudahan
bisa memberikan manfaat buat kita semua. Penulis menyadari bahwa di dalam buku
ini masih terdapat kekurangan di sana sini. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca yang budiman.
Akhirnya dengan mengharap ridlo Allah swt.
penulis berharap mudah-mudahan buku ini bisa bermanfaat. Amin.
Purwokerto, 1 Desember 2012
Ari Kuswanto, S.Pd.I.
PENDAHULUAN
Perilaku
dan perbuatan manusia dalam kehidupan ini beraneka ragam, ada yang baik ada
juga yang buruk. Prilaku dan perbuatan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
adalah lingkungan, pendidikan, keluarga, agama dan budaya setempat. Manusia
merupakan mahluk yang memiliki kecenderungan terhadap kedua prilaku tersebut (baik
dan Buruk). Pada masa sekarang peran dari pendidikan akhlak menjadi sangat
penting sebagai upaya untuk membentuk karakteristik manusia yang berbudi
pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah swt.
Akhlak
merupakan fungsionalisasi agama. Artinya, keberagamaan menjadi tidak berarti
apabila tidak dibuktikan dengan berakhlak. Orang mungkin banyak sholat, dan
puasa, banyak membaca Al-Qur’an dan berdoa, tetapi bila perilakunya tidak berakhlak,
seperti merugikan orang lain, tidak jujur, korupsi dan lain-lain, maka
keberagamaanya menjadi tidak benar dan sia-sia.
Akhlak
adalah perilaku sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap dan perbuatan.
Bentuknya yang kongkret adalah : hormat dan santun terhadap orang tua, guru dan
sesama manusia, suka bekerja keras, peduli dan mau membantu orang lemah/
mendapat kesulitan, suka belajar, tak suka membuang-buang waktu untuk hal yang
tidak berguna, menjauhi dan tidak mau membuat kerusakan/ vandalism,
merugikan orang lain, mencuri, menipu atau berbohong. Terpercaya, jujur, pemaaf
dan berani.Tidak mau minum minuman keras, obat terlarang, dan menjauhi prilaku
seks menyimpang, apalagi melakukan hubungan seks dengan bukan istrinya ;
bercita-cita luhur untuk memajukan bangsa dan kemanusiaan.
Dalam
kerangka lebih luas, berakhlak berarti “hidup untuk menjadi rahmat bagi
sekalian alam”. Artinya, hidup berguna bukan hanya untuk Islam tetapi
seluruh umat manusia dan alam sekitarnya. Bersikap santun dan tidak merusak
kepada seluruh manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, dan air sebagai ciri
manusia berakhlak luhur. [2]
Penerapan
akhlakul karimah dalam kehidupan merupakan tugas dan tanggung jawab kita
bersama, bagaimana mewujudkan generasi yang berakhlakul karimah, kehidupan yang
berakhlakul karimah, perilaku yang selalu dilandasi dengan nilai-nilai akhlakul
karimah menjadi pekerjaan yang tidak mudah untuk kita wujudkan. Untuk itu tidak
ada daya dan upaya untuk mewujudkan hal tersebut selain dari pertolongan dan
petunjuk dari Allah swt. disertai dengan ikhtiar kita untuk senantiasa belajar
dan saling menasehati dalam kebaikan untuk mewujudkan kehidupan yang berakhlakul
karimah sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Perkembangan
zaman yang semakin maju membawa tantangan tersendiri bagi umat Islam dalam
mewujudkan pribadi yang berakhlakul karimah. Kehidupan materialistis yang cenderung
cinta terhadap urusan duniawi membawa manusia lupa akan kodratnya sebagai hamba
Allah yang memiliki kewajiban untuk menjalankan ibadah. Persaingan hidup yang semakin sulit mengakibatkan terjadinya keputusasaan pada umat manusia. Pelampiasan keputusasaan tersebut dialihkan kepada tindakan-tindakan
yang melanggar norma agama, seperti mabuk-mabukan, narkoba, tindak pencurian,
perampokan bahkan sampai dengan pembunuhan yang dilandasi motif dendam, iri
hati dan dengki. Semua itu merupakan dampak dari ketidakberdayaan manusia
menghadapi hawa nafsu yang melekat pada dirinya sendiri.
Disisi
lain manusia mulai kehilangan figur yang bisa dijadikan suri tauladan dalam
masyarakat. Krisis kepercayaan terhadap para pemimpin sudah melanda hampir
disebagian masyarakat kita. Budaya
korupsi dan arogansi para pejabat menjadikan sakit hati bagi sebagian umat.
Akibatnya banyak di antara masyarakat yang sudah tidak mempedulikan lagi
peraturan, budaya toleransi dan gotong-royong sudah mulai hilang, rasa hormat
dan ta’dzim terhadap para pemimpin sudah mulai pudar.
Dari
sinilah diharapkan peran pendidikan akhlak sangat dibutuhkan untuk
mengembalikan lagi tatanan kehidupan masyarakat yang sudah mengalami
kemerosotan. Figur para nabi, ulama dan orang-orang sholeh harus dimunculkan
kembali sebagai pengobat rasa rindu akan adanya pemimpin yang amanah dan bisa
menjadi suri tauladan umat manusia. Penanaman etika bergaul dengan
memperhatikan hak dan kewajiban harus segera dilaksanakan dengan terus menerus
bagi anak-anak, generasi muda dan seluruh umat manusia dari segala lapisan.
Dengan demikian diharapkan permasalahan-permasalahan seputar kehidupan
masyarakat dapat di atasi.
Dari
pemaparan di atas maka dalam tulisan ini penulis cantumkan betapa pentingnya
akhlakul karimah dalam kehidupan, dilengkapi dengan penjelasan seputar
pengertian akhlak, macam-macam akhlak, berbagai solusi terhadap permasalahan
yang ditimbulkan oleh akhlak tercela, pandangan Al-Qur’an dan Hadits terhadap
akhlak dan penerapanya dalam kehidupan dilingkungan keluarga dan masyarakat.
Dalam tulisan ini juga dicantumkan beberapa kisah Rasulullah saw., dan para
sahabat serta orang sholeh yang bisa dijadikan tauladan bagi kita semua.
Mudah-mudahan
pembaca bisa mengambil hikmah dari pemaparan yang ada dalam buku ini. Dengan
mengharap ridlo Allah swt., buku ini penulis beri judul “ Indahnya
Akhlakul Karimah”. Dengan harapan kita semua bisa menerapkan
nilai-nilai keindahan akhlak Islam dalam kehidupan keluarga, masyarakat,
berbangsa dan bernegara sehingga hidup kita menjadi indah, jauh dari kerusakan
dan kebinasaan dan mudah-mudahan menjadi jalan untuk bisa mencapai kebahagiaan
yang haqiqi di dunia dan di akhirat.
A. MENGENAL
TENTANG AKHLAK
Menurut
etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (اخلإق ) bentuk jamak dari mufrodnya khuluq (خلق) yang
berarti “budi pekerti”. Sinonimnya : etika dan moral. Etika berasal dari
bahasa Latin, etos yang berartbi “kebiasaan”. Moral berasal dari bahasa
Latin juga, mores, juga berarti “ kebiasaanya”. Angkatan kata “budi
pekerti”, dalam bahasa Indonesia, merupakan kata majemuk dari kata “budi”
dan “pekerti”. Perkataan “budi” berasal dari bahasa Sansekerta, bentuk isim
fa’il atau alat, yang berarti “yang sadar” atau “yang menyadarkan”atau
“alat kesadaran”. Bentuk mashdarnya (momenverbl) budh yang
berarti “kesadaran”. Sedang bentuk maf’ulnya (obyek)
adalah budha, artinya “yang disadarkan”. Pekerti, berasal dari bahasa
Indonesia sendiri, yang berarti kelakuan.
Menurut terminologi
: kata “budi pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti : “budi
“ ialah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang
didorong oleh pemikiran, ratio, yang disebut karakter. Pekerti ialah apa
yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behavior.
Jadi, budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa
yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. ([3])
Istilah akhlak
atau khuluk ([4]),
menurut Ibnu Maskawaih dalam bukunya Tahdzibul-akhlaq wa that-hirul-a’raq.
اَلْخُلُقُ حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَااِلَي افْعَا لِهَا مِنْ
غَيْرِفِكْرٍوَرُوِيَةٍ
“Perangai itu adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong kearah
melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.”
Akhlak
adalah jamak dari khuluk yang berarti adat kebiasaan (al-‘adat),
perangai, tabi’at (al-sajiyyat), watak (al-thab), adab/sopan
santun (al-muru’at), dan agama (al-din). Menurut para ahli masa
lalu (al-qudama), akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan sesuatu
perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau paksaan. Sering pula yang
dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa
perbuatan baik atau buruk. [5]
Akhlak sering dikaitkan dengan etika dan moral. Etika dan moral
berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti yang sama; kebiasaan. Sedang budi
pekerti dalam bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi dan
pekerti. Budi berasal dari bahasa sansekerta yang berarti yang sadar, pekerti
berasal dari bahasa Indonesia sendiri yang berarti kelakuan. (Djatnika, tt.:25
dalam Mujiono, dkk, 1998:25). Sedangkan moral berasal dari bahasa latin mores
yaitu jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia.[6] dikatakan bahwa moral adalah baik buruk
perbuatan dan kelakuan.
Adapun kata etika Menurut Bertens, (2004: 4 dalam afriantoni, 2007:36)
mengungkapkan bahwa : Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno. Kata Yunani ethos
dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti, tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adat kebiasaan Di dalam kamus
Ensklopedia Pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai,
kesusilaan tentang baik buruk. Sedangkan dalam kamus istilah pendidikan dan
umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan
keluhuran budi. [7]
Secara etimologi kedua istilah akhlak dan etika mempunyai kesamaan makna
yaitu kebiasaan dengan baik dan buruk sebagai nilai kontrol. Selanjutnya Untuk
mendapatkan rumusan pengertian akhlak dan etika dari sudut terminologi, ada
beberapa istilah yang dapat dikumpulkan. Imam Al-Ghazali (1994:46 dalam
Mujiono, dkk, 1998:86) dalam kitab Ihya ‘ulumiddin, menyatakan bahwa, Artinya:
“Khuluk yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong lairnya
perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa pertimbangan dan pemikiran yang
mendalam. al-Ghazali berpendapat bahwa adanya perubahan-perubahan akhlak bagi
seseorang adalah bersifat mungkin, misalnya dari sifat kasar kepada sifat kasian.
Disini imam al-Ghazali membenarkan adanya perubahan-perubahan keadaan terhadap
beberapa ciptaan Allah, kecuali apa yang menjadi ketetapan Allah sepertai
langit dan bintang-bintang. Sedangkan pada keadaan yang lain seperti pada diri
sendiri dapat diadakan kesempurnaannya melalui jalan pendidikan. Menghilangkan
nafsu dan kemarahan dari muka bumi sungguh tidaklah mungkin namun untuk
meminimalisir keduanya sungguh menjadi hal yang mungkin dengan jalan
menjinakkan nafsu melalui beberapa latihan rohani .[8]
Sementara kata etika berdasarkan terminologi didapatkan beberapa istilah,
di dalam New Masters Pictorial Encyiclopaedia ([9])
dikatakan :Ethics is the science of moral philosophy concerned not with
fact, but with values; not with character of, but the ideal of human conduct.
(etika adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenal fakta, tetapi tentang
nilai-nilai, tidak mengenal sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya).
Dalam kamus induk istilah ilmiah (Barry dan Yacub, 2003:194) menyatakan bahwa
etika adalah ilmu yang membahas atau menyelidiki nilai dalam tindakan moral:
pengkajian soal keakhlakan dan moralitas. Sementara Dr. H. Hamzah Ya’qub ([10]) menyimpulkan/merumuskan
bahwa : Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk
dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal fikiran.
Dari pemaparan di atas diperoleh beberapa titik temu bahwa antara akhlak,
etika dan moral memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya adalah dalam
menentukan hukum/nilai perbuatan manusia dilihat dari baik dan buruk, sementara
perbedaannya terletak pada tolak ukurnya. Akhlak menilai dari ukuran ajaran
al-Qur’an dan Al-Hadits, etika berkaca pada akal fikiran dan moral dengan
ukuran kebiasaan yang umum di masyarakat. Maka dapat disimpulkan dari pemaparan
di atas bahwa akhlak yang dimaksud adalah "pengetahuan menyangkut
perilaku lahir dan batin manusia".
Akhlak
merupakan suatu sikap yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan seseorang sebagai mahluk pribadi maupun mahluk sosial ([11]), ketika bergaul dalam lingkungan haruslah
memperhatikan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkunganya masing-masing. Sebagai
contoh ketika ada orang yang melakukan perbuatan tercela tentunya akan
mendapatkan hukuman yang setimpal, hukuman itu terkadang tidak hanya berupa
kurungan penjara tetapi bisa juga berupa cibiran atau hal sejenisnya yang lebih memberatkan, sebaliknya bagi seseorang
yang berbuat kebaikan tentunya akan dipandang sebagai orang yang mulia dan
mendapatkan tempat yang baik dalam lingkunganya.
Akhlak
merupakan suatu sistem tatanan kehidupan manusia meliputi tata sosial, budi
pekerti, sopan santun, dan tata karma. Akhlak adalah sifat yang tertanam di
dalam jiwa. Akhlak juga merupakan budi pekerti atau kelakuan. Sikap dan
perilaku terpuji dalam istilah agama Islam disebut akhlakul karimah. Akhlakul karimah pada hakekatnya adalah sifat
yang meresap ke dalam hati dan memunculkan bermacam-macam perbuatan secara
spontan tanpa membutuhkan pemikiran untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan yang
baik dan terpuji. Akhlak bukan saja berfungsi sebagai pengendali diri secara
pribadi tetapi juga sebagai standar untuk mengukur tinggi rendahnya peradaban
manusia.
Akhlakul karimah menunjukan karakteristik
kualitas kepribadian seorang muslim. Akhlakul karimah menjadi landasan utama
bagi tegaknya sebuah tatanan kehidupan yang tangguh, harmonis, damai dan
sejahtera. Jika akhlakul karimah tidak ada, tatanan kehidupan akan guncang,
akan muncul sikap saling mencurgai, membenci dan menghina yang akhirnya
menimbulkan perpecahan dan konflik. ([12])
Akhlak
merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus secara disadari
maupun tidak disadari, perilaku manusia setiap saat berubah-rubah sesuai dengan
kondisi dan keadaan. Perubahan sikap menuju arah yang baik tentunya merupakan
sesuatu yang diharapkan oleh semua manusia, untuk itu perlu adanya usaha
memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang jelek menjadi kebiasaan-kebiasaan yang
baik. Upaya yang dilakukan adalah menyadari bahwa akhlak yang baik tidak bisa
datang begitu saja melainkan harus dilatih dan terus dilatih dengan berbagai
metode dan cara, dengan demikian akan menjadi kebiasaan yang melekat dalam diri
manusia itu sendiri.
Secara
garis besar akhlak dibedakan menjadi dua macam yaitu akhlakul karimah (mahmudah)
dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela).
a. Akhlakul
Karimah Sebagai Hal Yang Utama dalam Kehidupan Manusia
Akhlak
terpuji (akhlak Karimah) yang dituntunkan Islam amat luas, tidak hanya
menyangkut hubungan dengan sesama manusia dan Allah swt melainkan juga yang
berhubungan dengan dirinya sendiri. Akhlak terpuji terhadap diri sendiri cukup
banyak macamnya seperti tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qonaah.
1) TAWAKAL
Kata
tawakal berasal dari bahasa Arab تَوَ كَلَ – يَتَوَكَلُ- تَوَ كُلإً yang
berarti berserah diri, mewakilkan. Secara istilah tawakal berarti berserah diri
kepada Allah swt. Atau menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah swt yang
mengatur segala-galanya.([13]) Tawakal
kepada Allah dilakukan setelah berusaha secara maksimal sesuai dengan
kemampuanya. Tawakal yang dilakukan sebelum berusaha dengan sungguh-sungguh
tidak dibenarkan dalam islam. Rasulullah saw pernah menegur seseorang yang
tidak menambatkan ontanya terlebih dahulu ketika menemui beliau, orang tersebut
mengatakan “aku tawakal kepada Allah swt” lalu Rasulullah berkata “ keluarlah
dan tambatkanlah untamu, kemudian barulah kamu tawakal!”.
Tawakkal
(dalam ejaan yang lebih tepat, “tawakkul”) ; yaitu sikap senantiasa
bersandar kepada Allah, dengan penuh harapan kepada- Nya dan keyakinan bahwa
Dia akan menolong kita dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik. Karena
kita “mempercayai” atau “menaruh” kepercayaan kepada Allah, maka tawakkal
adalah suatu kemestian.[14]
Tawakal
merupakan perbuatan yang mulia, dengan tawakal seseorang akan merasa dekat
dengan Allah swt dan jauh dari sikap berputus asa.
Tawakal
kepada Allah swt. Termasuk perkara yang diwajibkan dalam Islam. Allah swt
berfirman sebagai berikut.
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya;”
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Dari
ayat tersebut di atas, tawakal hanya ditunjukan kepada Allah swt. Tawakal yang
ditujukan kepada selain Allah termasuk perbuatan syirik yang harus dijauhi oleh
setiap mukmin.
Setiap
orang diwajibkan untuk berikhtiar setelah itu baru boleh bertawakal, Imam al-Ghazali
menyuruh kepada kaum musilimin agar berusaha dan jangan hanya bertawakal semata
seperti dalam pernyataanya : “ Maka jika anda menunggu bahwa Allah dapat
menetapkan kepada anda dengan keadaan kenyang tanpa roti, atau Allah lalu
menetapkan roti itu bergerak pada anda, atau Allah menyuruh pada malaikat buat
mengunyahnya dan sampai pada perut anda, maka hal itu tidak akan mungkin
terjadi pada sesuatu yang sifatnya sunatullah (ketetapan Allah). Dan juga jika
anda bercocok tanam di bumi yang anda
sendiri menghendaki agar Allah menciptakan satu tumbuh-tumbuhan yang bukan dari
bijinya, atau istri anda bisa melahirkan tanpa diadakan sanggama (coitus), maka
kehendak tersebut adalah kehendak gila”
Dengan
demikian menurut pendapat tersebut bahwa perlunya orang membawa makanan pada
tempat-tempat yang tidak ada makanan misalnya ke padang pasir, sehingga barang
siapa yang bepergian tanpa membawa makanan bisa keluar dari sifat-sifat
tawakal, kecuali ditempat-tempat yang di duga keras adanya sumber-sumber
makanan. Ghazali juga mengatakan :“ bahwa tawakal itu bukanlah berarti
meninggalkan sebab akibat, tetapi tetap bersabar atas kelaparan dalam beberapa
waktu, dan rela dengan kematian jika rejeki itu datang terlambat karena
kebetulan tidak ada. Sehingga perlu juga
menuju negeri-negeri, kota-kota dan desa-desa yang tidak mungkin sepi dari
rumput-rumput dan semisalnya dan hal itu semua merupakan faktor-faktor
kehidupan tetapi sedikit terganggu… dan seterusnya.” Dengan demikian
perlulah menganalisa tawakal itu dengan nash-nash syariat agar tidak
menimbulkan kaburnya pengertian tersebut.([15])
Dengan
demikian tawakal haruslah disertai dengan ikhtiar, dengan menyiapkan segala
sesuatu yang menunjang usaha-usaha kita, segala sesuatu yang kita siapkan
merupakan bentuk dari sebuah usaha kita untuk mencapai keridloan Allah sehingga
bisa benar-benar menjadi orang yang tawakal.
2) IKHTIAR
Secara
bahasa, kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab اِ
حْتَارَ-يَحْتَارُ- اِحتِيَارًا yang berarti memilih.
Selanjutnya ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakekatnya orang yang
berusaha berarti memilih. Secara istilah, ikhtiar berarti melakukan suatu
kegiatan dengan maksud untuk memperoleh suatu hasil yang dikehendaki. Manusia
diwajibkan untuk berusaha sedangkan hasil adalah urusan Allah swt, semakin
sungguh-sungguh usahanya maka hasilnya pun akan semakin baik.
Amat
banyak Al-Qur’an maupun hadis yang menyuruh kita untuk berihtiar, baik yang
bersifat perintah secara tegas maupun motivasi. Dalil-dalil yang mewajibkan
kita berikhtiar , antara lain sebagai berikut.
#sÎ*sù ÏMuÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãϱtFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.ø$#ur ©!$# #ZÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ
Artinya
: “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung”. (Q.S.al-jumu’ah/62: 10)
Surah
Al- Jumu’ah ayat 10 berisi perintah secara tegas agar sehabis menunaikan sholat
(Jum’at) segera mencari rezeki untuk keperluan diri dan keluarga.
Perintah tersebut merupakan sesuatu yang mewajibkan untuk berikhitiar, tidak
hanya setelah menunaikan sholat jum’at, ikhtiar bisa dilakukan kapan saja dan
dimana saja. Kebutuhan yang bermacam-macam
menuntut manusia untuk berikhtiar dengan penuh semangat, kesungguhan, dan kerja
keras. Ikhtiar tersebut harus didasarkan niat yang ikhlas dan tulus karena
Allah swt, tidak mudah putus asa apabila menghadapi suatu kesulitan.
Ikhtiar
yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang
maksimal. Dalam hidup manusia membutuhkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik berupa harta benda maupun berbagai kebutuhan lainya. Seperti
pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Semua itu merupakan kebutuhan yang
harus dicukupi. Dengan kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguh maka
kebutuhan tersebut bisa terpenuhi.
Islam
mengajarkan manusia untuk bekerja keras dalam mencari rezeki Allah dan tidak mengajarkan untuk menjadi beban orang lain, bahkan menjadi
‘pencari kayu bakar’ lebih baik bagi seseorang dari pada mencari nafkah dengan
cara meminta-minta. Rasulullah saw., Bersabda ; “ Sungguh, jika salah
seorang diantara kamu membawa seutas tali untuk mencari seikat kayu bakar, lalu kayu itu dijual sehingga
Allah mencukupi kebutuhan hidupnya dengan hasil jualanya, itu lebih baik dari
pada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi maupun ditolak (tidak diberi)”. (H.R. al-Bukhari dari Zubair bin Awwam No.
2200)
Dari
hadits tersebut Rasulullah saw., memberi beberapa pelajaran kepada kita dalam
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, antara lain :
a)
Suka bekerja
untuk memperoleh hasil guna mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya;
b)
Tidak merasa
rendah diri dalam melakukan pekerjaan selama pekerjaan itu halal dilakukan
meskipun dianggap remeh orang lain;
c)
Berusaha
semampunya untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya lebih dari pada
meminta-minta kepada orang lain;
d)
Meminta-minta
kepada orang lain adalah perbuatan tercela sehingga harus dihindari;
e)
Mencari
kesejahteraan hidup di dunia perlu dilakukan supaya tidak menjadi beban orang
lain;
f)
Wajib bagi
seseorang muslim memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.[16]
Dengan
demikian ikhtiar merupakan suatu yang wajib untuk kita lakukan, baik dalam
urusan dunia maupun urusan akhirat. Dalam urusan duniawi manusia berikhtiar
untuk mencari harta guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari untuk dirinya
sendiri dan keluarga. Dalam urusan akhirat manusia berikhtiar dengan cara
memperbanyak ibadah dan mencari ilmu agama sehingga hidupnya menjadi terarah,
dekat dengan rahmat Allah dan jauh dari kesesatan dan kemungkaran.
3) SABAR
Secara
bahasa (etimologi), sabar artinya menahan (alhabsu), sedangkan secara
istilah (terminologi), sabar memiliki arti yang beragam. Berikut ini beberapa
pendapat ulama mengenai pengertian sabar, antara lain :
Al-
Ghazali menjelaskan, sabar adalah kesanggupan mengendalkan diri ketika hawa
nafsu bergejolak, atau kemampuan untuk memilih melakukan perintah agama tatkala
datang desakan nafsu. Artinya, kalau nafsu menuntut kita untuk berbuat sesuatu,
tetapi kita memilih kepada yang dikehendaki oleh Allah, maka disitu ada
kesabaran.
Abu
Qasim Al-Junaidi menuturkan, sabar adalah menahan diri atau membatasi jiwa dari
keinginan-keinginanya demi mencapai sesuatu yang baik atau bertahan dalam
kesempitan dan himpitan.
Al
–Qusyairi mengartikan bahwa sabar adalah menerima dengan penuh kerelaan
ketetapan-ketetapan Tuhan yang tidak terelakan lagi.[17]
Sementara
menurut Andi Hakim Nasoetion, Sabar yaitu sikap tabah menghadapi segala
kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis,
karena keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan
akan kembali kepada-Nya. Jadi sabar adalah sikap batin yang timbul karena
kesadaran aka nasal dan tujuan hidup, yaitu Allah swt, sebagaimana dimaksud
dalam firman Allah Q.S. al- Baqoroh/2 :155-156. [18]
Iman
itu terdiri dari dua bagian. Setengahnya adalah kesabaran dan setengahnya lagi
adalah syukur, sesuai dengan yang disebutkan dalam khabar-khabar dan
atsar-atsar.[19] Sabar
merupakan sikap yang mulia yang harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim,
dengan kesabaran kita akan selalu merasa tentram dan damai serta terhindar dari
ketergesa-gesaan, sikap sabar dalam menghadapi masalah merupakan bentuk
kedewasaan dalam bertindak dan berpikir, semua masalah yang kita hadapi
dianggap sebagai sebuah ujian agar kita lebih taat terhadap perintah Allah swt.,
sabar dalam menghadapi musibah merupakan bentuk ketawakalan kita akan ketentuan
Allah swt, dengan demikian kita akan semakin kuat dan teguh pendirian dalam
menjalankan kehidupan ini.
Prilaku
sabar hendaknya kita terapkan dalam kehidupan sehari- hari kita, baik ketika
sedang bergaul dengan anggota keluarga, teman sebaya, dikantor, di pasar, di
tempat-tempat umum maupun dimanapun berada. Kesabaran menjadikan kita sebagai
orang yang mulia dihadapan Allah swt dan mahluk lainya.
Dalil-dalil
yang memerintahkan kita untuk bersabar antara lain sebagai berikut.
a)
Sabar dalam
ketaatan ([20])
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#rçÉ9ô¹$# (#rãÎ/$|¹ur (#qäÜÎ/#uur (#qà)¨?$#ur ©!$# öNä3ª=yès9 cqßsÎ=øÿè? ÇËÉÉÈ
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada
Allah, supaya kamu beruntung”. (Q.S Ali Imron/3 : 200)
b)
Sabar dalam
Musibah ([21])
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ÌÏe±o0ur úïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ tûïÏ%©!$# !#sÎ) Nßg÷Fu;»|¹r& ×pt7ÅÁB (#þqä9$s% $¯RÎ) ¬! !$¯RÎ)ur Ïmøs9Î) tbqãèÅ_ºu ÇÊÎÏÈ
Artinya:
“ dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun". (Q.S. al- Baqoroh/2
:155-156)
Disunatkan
menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.[22]
c)
Sabar dari
Maksiat ([23])
÷bÎ)ur óOçGö6s%%tæ (#qç7Ï%$yèsù È@÷VÏJÎ/ $tB OçFö6Ï%qãã ¾ÏmÎ/ ( ûÈõs9ur ÷Län÷y9|¹ uqßgs9 ×öyz úïÎÉ9»¢Á=Ïj9 ÇÊËÏÈ ÷É9ô¹$#ur $tBur x8çö9|¹ wÎ) «!$$Î/ 4 wur ÷btøtrB óOÎgøn=tæ wur Ûs? Îû 9,ø|Ê $£JÏiB crãà6ôJt ÇÊËÐÈ
Artinya
: ” dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar,
Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”. bersabarlah
(hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah
dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu
bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan”. (Q.S. an-Nahl/16 ;126-127)
Kesabaran
bisa diterapkan dimanapun berada, di rumah, di masjid, di kantor dan di tempat
lain dimanapun kita berpijak. Dalam
menghadapi segala permasalahan dalam kehidupan hendaknya dihadapi dengan penuh
kesabaran. Menghadapi pekerjaan juga harus dengan penuh kesabaran untuk
mewujudkan apa yang diharapkan dan di inginkan. Dalam mendidik anak juga harus
dengan kesabaran dan kasih sayang, dalam usaha meraih cita-cita juga harus
dilaksanakan dengan penuh kesabaran. Apapun permasalahanya haruslah dihadapi
dengan penuh kesabaran. ([24])
4) SYUKUR
Dilihat
dari bahasanya, kata syukur berasal dari bahasa Arab شَكَرَ-يَشْكُرُ-شُكْرً yang berarti terimakasih. Menurut istilah, bersyukur berarti
berterimakasih kepada Allah swt., atas karunia yang dianugerahkan kepada
dirinya. Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat.
Imam
Al-Qusyairi menuturkan bahwa hakikat syukur adalah pengakuan nikmat yang telah
diberikan Allah yang dibuktikan dengan ketundukan kepadda-Nya.
Sementara
Al-Ghazali dalam kitab Ihya’Ulumuddin menerangkan bahwa syukur merupakan salah
satu maqam (stasiun/tahapan) yang lebih tinggi dibandingkan sabar. Sementara
menurut Raghib al- Asfahani menjelaskan bahwa syukur mengandung arti gambaran
dalam benak tentang nikmat dan menampakanya di permukaan.[25]
Dari
pendapat tersebut bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa syukur tidak hanya pengakuan
nikmat dengan hati atas nikmat Allah, akan tetapi harus diungkapkan/ dibuktikan
dengan ketundukan menjalankan ibadah dan menggunakan nikmat yang diberikan
untuk mengabdikan diri kepada Allah swt.
Dalil-dalil
yang mewajibkan kita untuk mensyukuri nikmat Allah swt., antara lain sebagai
berikut.
þÎTrãä.ø$$sù öNä.öä.ør& (#rãà6ô©$#ur Í< wur Èbrãàÿõ3s? ÇÊÎËÈ
Artinya:”
karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.(Q.S. al-Baqoroh/2;
152)
Syukur
juga berarti sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan ; dalam hal ini atas
segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya, yang dianugerahkan
Allah kepada kita. Sikap bersyukur sebenarnya sikap optimis kepada hidup ini
dan pandangan yang senantiasa berpengharapan kepada Allah. Karena sikap
bersyukur kepada Allah adalah sesungguhnya sikap bersyukur kepada dirinya
sendiri (Q.31 : 12), karena manfaat besar kejiwaanya yang akan kembali kepada
yang bersangkutan. [26]
Mensyukuri
nikmat Allah swt bisa dilakukan dengan banyak hal, diantaranya adalah dengan
cara memanfaatkan nikmat yang diberikan oleh Allah untuk hal yang bermanfaat,
contoh apabila diberi nikmat berupa rezeki maka kita sebagian kita manfaatkan
untuk membantu orang lain yang membutuhkan, diberi nikmat sehat maka kita
gunakan untuk memperbanyak amal ibadah, diberi nikmat berupa kekayaan alam yang
melimpah maka kita gunakan dengan bijak sehingga keindahan dan keasrian alam
senantiasa terjaga. Sukur tidak hanya diucapkan dengan mengucap hamdallah
tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan yang nyata. Imam Al- Ghazali
menyatakan : “Rasa syukur itu juga dinyatakan dengan mengetahui bahwa tidak
ada pemberi kenikmatan selain Allah.”[27]
Sebagai
umat Islam kita harus senantiasa memperbanyak rasa syukur, akidah yang kita
miliki hendaknya senantiasa kita jaga, syareat yang dibawa oleh Rasulullah
hendaknya kita kerjakan dengan sepenuh hati, karena sesungguhnya nikmat yang
paling besar adalah nikmat Iman dan Islam. Marilah kita sembah Allah swt.,
sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikamat yang telah diberikan kepada kita.
Dalam Al- Qur’an Allah berfirman.
$yJ¯RÎ) crßç7÷ès? `ÏB Èbrß «!$# $YZ»rO÷rr& cqà)è=ørBur %¸3øùÎ) 4 cÎ) tûïÏ%©!$# crßç7÷ès? `ÏB Èbrß «!$# w cqä3Î=ôJt öNä3s9 $]%øÍ (#qäótGö/$$sù yZÏã «!$# XøÎh9$# çnrßç6ôã$#ur (#ráä3ô©$#ur ÿ¼ã&s! ( Ïmøs9Î) cqãèy_öè? ÇÊÐÈ
Artinya:
“ Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan
kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu
memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah
Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan”.
(Q.S. al-ankabut/29; 17)
Bagi
orang yang mau bersyukur kepada Allah swt., maka Allah akan menambah nikmatnya
lebih banyak lagi, maka bersyukurlah kepada Allah dan jangan sekali-kali kita
mengkufuri nikmatnya dengan berbuat kemungkaran dan kemungkaran, serta bercerai
berai, sesungguhnya siksa allah amatlah pedih. ([28])
5) QONA’AH
Syukur
sangat erat kaitanya dengan qanaah, bahkan keduanya tak dapat dipisahkan. Hanya
orang-orang yang pandai besyukur sajalah yang memiliki sikap qonaah. Apakah
sebenarnya qonaah itu?
Kata
qonaah berasal dari bahasa Arab قَنَعَ-يَقْنَعُ-قَنَعَا-قَنَاعَةً yang berarti rela, suka menerima yang
dibagikan kepadanya. Adapun secara istilah, qonaah berarti rela menerima
kenyataan hidup yang dialami, tidak berkeluh kesah, tidak pula mengangan-angan
yang diterima orang lain. Qonaah merupakan sikap terpuji yang harus dimiliki
oleh setiap muslim, walaupun kekayaan melimpah tidak lantas menjadikan dia
sombong, karena sombong akan menjauhkan kita dari keridloan Allah swt. Dalil
tentang wajibnya sikap qonaah, antara lain sebagai berikut.
wur (#öq¨YyJtGs? $tB @Òsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3Ò÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# c%2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJÎ=tã ÇÌËÈ
Artinya
: “ dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.
(Q.S. an –Nisa/4 ;32)
Ayat
di atas berisi larangan bersikap iri terhadap karunia yang diterima orang lain,
sedangkan sikap iri berarti tidak suka melihat orang lain mendapatkan
kesenangan. Orang yang iri menghendaki agar dirinya saja yang mendapatkan
kesenangan . Keinginan yang demikian menunjukan sikap kurang rela menerima
kenyataan hidup yang dihadapi. Oleh sebab itu, larangan di atas sama saja dengan
perintah untuk memiliki sikap/sifat qonaah
6) HUSNUZAN
Kata
husnuzan berasal dari lafal نُحُسْ (baik)
dan لضَّنُ ا
(prasangka). Dengan demikian, husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dengan baik.Lawan kata husnuzan adalah syu’uzan, yakni berprasangka
buruk terhadap seorang. Sudah tentu suuzan berakibat buruk terhadap hubungan
persaudaraan dalam masyarakat.
Husnuzan
merupakan sikap penuh baik sangka kepada sesama manusia, berdasarkan ajaran
agama bahwa manusia itu pada asal dan hakikat aslinya baik, karena diciptakan
oleh Allah dan dilahirkan atas fithrah atau kejadian asal yang suci.
Sehingga manusia itupun pada hakikat aslinya adalah mahluk yang
berkecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan (hanif). [29]
Husnuzan
adalah akhlak terpuji yang harus dimiliki oleh seorang muslim, dengan husnuzan
kita akan terpelihara dari menjelek-jelekan orang lain yang dilarang oleh agama.
Islam men didik umatnya agar bersikap hati-hati terhadap zan (prasangka) Allah
swt. Berfirman sebagai berikut.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# cÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( wur (#qÝ¡¡¡pgrB wur =tGøót Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& @à2ù't zNóss9 ÏmÅzr& $\GøtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S
al-Hujarat/49 ; 12)
Ayat
dia atas secara tegas mewajibkan kita bersikap hati-hati dalam hal zan (prasangka)
.Adapun prasangka yang tergolong perbuatan dosa adalah prasangka buruk (suuzan).
Rasulullah saw., Bersabda sebagai berikut.
يَّكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّالظنّ اكْذَبُ الْحَدِيْثِز رواه البخار
Artinya;
“sekali-kali janganlah engkau berburuk sangka karena sesungguhnya berburuk
sangka itu adalah perkataan yang paling bohong “. [30]
7)
TAWADLU
Tawadlu
yaitu sikap yang tumbuh karena keinsyafan bahwa segala kemuliaan hanya milik
Allah, maka tidak sepantasnya manusia “ mengklaim” kemuliaan itu kecuali dengan
pikiran yang baik dan perbuatan yang baik, yang itupun hanya Allah yang akan
menilainya. (lihat Q.35:10). Lagi pula kita harus rendah hati karena “ Di atas
setiap orang yang tahu (berilmu) adalah Dia yang meha Tahu (Maha Berilmu)”
(Q.12:76). Apalagi kepada sesama orang yang beriman, sikap rendah hati itu
adalah suatu kemestian. Hanya kepada mereka yang jelas –jelas menentang
kebenaran kita dibolehkan untuk bersikap “tinggi hati” (Lihat Q.5:54 dan
48:29). [31]
Tawadlu
berarti rendah hati ([32]). Orang
yang tawadlu adalah orang yang merendahkan diri dalam pergaulan, tidak
menampakan kemampuan yang dimiliki. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Orang
yang memiliki sikap tawaduk akan dicintai oleh banyak orang, dia akan merasa
bahwa dirinya bukan satu-satunya orang yang hebat, kaya, pintar dan sebagainya.
Sebaliknya orang yang tawaduk merasa bahwa orang lain lebih hebat dari pada
dirinya, dia tidak sombong dan takabur.
Allah
swt. Memerintahkan kepada kita agar memiliki sikap tawaduk, dalam firmanya
sebagai berikut.
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹ ÇËÍÈ
Artinya :”
dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil". ( Q.S. al-Isro/17: 24)
Ayat
tersebut mewajibkan kita untuk bersikap tawaduk kepada kedua orang tua atas
dasar rasa kasih sayang. Pada ayat yang lain, Allah swt., berfirman sebagai
berikut.
ôÙÏÿ÷z$#ur y7yn$uZy_ Ç`yJÏ9 y7yèt7¨?$# z`ÏB úüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËÊÎÈ
Artinya
:” dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu
orang-orang yang beriman”. (Q.S. asy-Syu’ara/26 : 215)
Pada
dasarnya ayat di atas ditunjukan kepada Rasulullah saw., agar bersikap tawaduk
terhadap umatnya. Sungguhpun demikian, perintah tersebut juga berlaku bagi
semua umat islam. Kebiasaan bersikap tawaduk bisa dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari dilingkungan keluarga masyarakat dan lingkungan pekerjaan kita.
Sebagai contoh pemimpin bersikap bijaksana dan tidak sewenang-wenang terhadap
bawahanya walaupun jabatanya lebih tinggi, orang yang kuat menghargai dan
menghormati orang yang lemah, orang yang lebih tua tetap menghargai terhadap
pendapat yang muda, saling berkasih sayang antar sesama manusia dan sebagainya.
8)
TASAMUH
Tasamuh
berarti sikap tenggang rasa, saling menghormati,saling menghargai sesama
manusia. Kita hidup dilingkungan masyarakat yang beraneka ragam jenisnya,
tentunya memiliki watak dan budaya yang berbeda-beda. Islam mengajarkan kita
untuk memiliki sikap tasamuh agar kehidupan dilingkungan masyarakat senantiasa
rukun, damai tanpa ada pertentangan atau permusuhan.
Allah
swt., memerintahkan agar kita memilki sikap tasamuh yaitu sebagai berikut.
ö/ä3s9 ö/ä3ãYÏ uÍ<ur ÈûïÏ ÇÏÈ
Artinya
: “ untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."(Q.S. al-Kafirun/109
:6)
Maksud
ayat di atas ialah bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama
yang diyakini. Masing-masing harus dapat saling menghargai dan menghormati
hak-haknya.
9)
TA’AWUN
Kata
taawun berasal dari bahasa Arab تَعَاوَنَ-
يَتَعَاوَنُ-تَعَاوُنًا
yang berarti tolong menolong, gotong-royong, bantu-membantu dengan sesama
manusia. Pertolongan orang lain sangat kita butuhkan karena manusia adalah
mahluk yang lemah dan memiliki banyak kelemahan, dengan saling menolong maka
masalah akan mudah untuk diselesaikan.
Taawun
dalam hal kebaikan merupakan bentuk ibadah kepada Allah swt., sebagai contoh ;
kita membantu saudara kita yang membutuhkan, berupa bantuan makanan, biaya
kesehatan, biaya sekolah bagi yang tidak mampu, bantuan modal usaha dan lain
sebagainya. Contoh yang lain apabila kita menjumpai seseorang yang sedang
kesulitan baik dijalan, di lingkungan kita tinggal, kantor, tempat umum dan
lainya hendaknya kita tolong dengan ikhlas karena Allah swt.
Islam
membimbing umatnya agar mau bekerja sama, tolong –menolongdengan sesama atas
dasar kekeluargaan.Allah swt. Berfirman sebagai berikut.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä w (#q=ÏtéB uȵ¯»yèx© «!$# wur tök¤¶9$# tP#tptø:$# wur yôolù;$# wur yÍ´¯»n=s)ø9$# Iwur tûüÏiB!#uä |Møt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6t WxôÒsù `ÏiB öNÍkÍh5§ $ZRºuqôÊÍur 4 #sÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rß$sÜô¹$$sù 4 wur öNä3¨ZtBÌøgs ãb$t«oYx© BQöqs% br& öNà2r|¹ Ç`tã ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#rßtG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur ( wur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ
Artinya:“
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu
kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat
siksa-Nya.”(Q.S. al-Maidah/5: 2)
Menurut
ayat tersebut, tidak semua bentuk tolong menolong itu baik, ada juga yang tidak
baik. Tolong-menolong yang baik adalah apabila apabila mengarah pada kebaikan
dan ketakwaan sesuai petunjuk agama. Adapun tolong-menolong yang menyangkut
masalah dosa dan permusuhan termasuk perkara yang dilarang agama.
10)
IKHLAS
Secara etimologis ikhlash (Bahasa Arab)
berakar dari kata khalasha dengan arti bersih, jernih, murni, tidak
tercampur. Misalnya ma’ukhalish artinya air bening atau putih, tidak tercampur
dengan kopi, teh, sirup atau zat-zat lainya. Setelah dibentuk menjadi ikhlash
(mashdar dari fi’ilmu muta’addi khallasha) berarti membersihkan atau
memurnikan. Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal
semata-mata mengharap ridha Allah swt.[33]
Ikhlas yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan
perbuatan semata-mata demi memperoleh rida dan perkenaan Allah, dan bebas dari
pamrih lahir dan batin, tertutup maupun terbuka. Dengan sikap yang ikhlas orang
akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinya dan karya lahirnya,
baik pribadi maupun sosial. [34]
As- Susiy berkata : “ Ikhlas itu ialah ketiadaan melihat ikhlas.
Karena barang siapa menyaksikan keikhlasan di dalam keikhlasan, maka
keikhlasanya membutuhkan keikhlasan.” Al
Junaid berkata : “ Keikhlasan adalah pembersihan amal-amal dari
keruhan-keruhan. “[35] Berkaitan dengan pendapat tersebut ikhlas
merupakan amalan hati yang sangat tersembunyi, tiada seorangpun tahu mengenai
keikhlasan pada dirinya bahkan dirinya sendiripun diharapkan tidak menganggap
apa yang ia perbuat merupakan bentuk dari keikhlasan, segala amal perbuatanya
diserahkan dan di niatkan hanya kepada Allah swt.
Ikhlas merupakan amalan hati yang paling utama
dan paling tinggi dan paling pokok, Ikhlas merupakan hakikat dan kunci dakwah
para Rasul sejak dahulu kala. Ikhlas merupakan istilah tauhid , orang- orang
yang ikhlas adalah mereka yang mengesankan Allah dan merupakan hamba Nya yang
terpilih. Fungsi Ikhlas dalam amal perbuatan sama dengan kedudukan ruh
pada jasad kasarnya, oleh karena itu mustahil suatu amal dan ibadah dapat
diterima yang dilakukan tanpa keikhlasan sebab kedudukannya sama dengan
orang yang melakukan amal dan ibadah tersebut bagai tubuh yang tidak bernyawa.
Lafaz ikhlas menunjukkan pengertian jernih,
bersih dan suci dari campuran dan pencemaran. Sesuatu yang murni artinya bersihtanpa
ada campuran, baik yang bersifat materi maupun nonmateri. Adapun
pengertian ikhlas menurut syara’ adalah seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Qayyim
berikut: Mengesankan Allah dalam berniat bagi yang melakukan ketaatan,
bertujuan hanya kepada Nya tanpa mempersekutukan Nya dengan sesuatupun. Dan
menurut Al- Fairuzabi :” Ikhlas karena Allah , artinya meninggalkan riya’ dan
tidak pamer.
Orang yang ikhlas adalah seseorang yang tidak
peduli meskipun semua penghargaan atas dirinya hilang demi meraih kebaikan
hubungan kalbunya dengan Allah, dan orang tersebut tidak ingin apa yang ia
lakukan dipamerkan walaupun sebesar bizi zahrapun.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Az-
zumar ayat 14
È@è% ©!$# ßç7ôãr& $TÁÎ=øèC ¼ã&©! ÓÍ_Ï ÇÊÍÈ
Artinya :” Katakanlah: "Hanya Allah
saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agamaku". (Q.S. Az-Zumar : 14)
Dikisahkan oleh Umamah ra, ada seorang
laki-laki yang datang menemui Rasulullah saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah
pendapat Engkau tentang seseorang yang berperang dengan tujuan mencari pahala
dan popularitas diri. Kelak, apa yang akan ia dapat di akherat?” Rasulullah
saw., menjawab, “Dia tidak mendapatkan apa-apa. Orang itu mengulangi
lagi pertanyaannya sampai tiga kali. Tetapi Rasulullah saw., tetap menjawabnya,
“Ia tidak menerima apa-apa!” Kemudian Beliau saw., bersabda, “Sesungguhnya
Allah tidak menerima suatu amal perbuatan, kecuali yang murni dan yang
mengharapkan ridha-Nya”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
Keterangan itu menjelaskan kepada kita agar
meluruskan niat dalam beramal. Amal perbuatan sangat tergantung pada niat. Niat
yang baik akan mendapatkan pahala, walaupun amalan itu sangat kecil. Tetapi
niat yang buruk akan mendapatkan dosa walaupun amalan itu sangat besar menurut
syariat. Berjihad merupakan amalan yang sangat besar dan memerlukan pengorbanan
yang sangat besar pula, baik harta maupun tenaga, bahkan bisa mempertaruhkan
nyawa. Pahalanya pun luar bisa. Mati syahid merupakan mati yang paling mulia.
Tetapi, jika niatnya buruk, umpamanya karena niat ingin disebut sebagai pejuang
yang hebat, maka hasil yang didapatkan adalah kehinaan dan kesengsaraan di
akherat nanti .
Demikian pula ikhlas merupakan dasar dari
amalan hati, sedangkan pekerjaan anggota tubuh lainnya mengikut padanya dan
menjadi pelengkap baginya. Ikhlas dapat membesarkan amal yang kecil hingga
menjadi seperti gunung.
Sebaliknya Riya ([36]) akan mengecilkan amal yang besar hingga tidak
punya timbangan di sisi Allah, melainkan lenyap begitu saja bagaikan debu yang
berterbangan. [37]
Keikhlasan
memberikan dorongan dan kekuatan, keikhlasanlah yang menimbulkan semangat kerja
yang tidak mengenal lelah, yang menambah kesabaran dan ketekunan, lebih berani
untuk terus maju dan lebih gigih untuk melanjutkan usahanya. Oleh karena itu
keikhlasan sangatlah penting untuk menghayati sesuatu amalan, apabila memang
diinginkan agar dapat terlaksana dengan baik dan sempurna, memperoleh hasil
yang gilang-gemilang, terpuji serta di ridloi Allah swt. [38]
11)
JUJUR
Pada
masa sekarang kejujuran merupakan hal yang langka, hal ini terbukti dari
banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini, perilaku pelajar yang
suka mencontek juga merupakan bukti belum melekatnya sikap jujur pada diri
seseorang. Dalam lingkungan keluarga kejujuran merupakan salah satu kunci
terciptanya kerukunan dalam antara sesama anggota keluarga demikian pula dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kejujuran akan mewujudkan terciptanya
kemajuan dan keberhasilan dalam menggapai cita-cita yang diinginkan tanpa harus
berurusan dengan berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh kebohongan pada
diri sendiri maupun orang pihak lain.
Sikap
jujur adalah bagian dari akhlakul karimah. Kejujuran akan mengantarkan
pemiliknya meraih derajat dan kehormatan yang tinggi, baik di mata Allah swt
maupun di mata manusia. Kejujuran Akan mengantarkan seseorang meraih surga yang
penuh dengan kenikmatan, dan senantiasa berada dalam keridloan Allah swt. . perihal
jujur telah banyak diterangkan dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah :
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qçRqä.ur yìtB úüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ
Artinya
:” Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah : 119)
Ayat tersebut memerintahkan kita agar bergaul
dengan orang –orang yang benar (jujur). Dengan bergaul dengan orang yang jujur
maka kita akan merasa aman dan terbebas dari permasalahan-permasalahan. Orang
yang jujur dalam perkataanya selalu menjunjung tinggi kebenaran dan apabila
hendak berkata bohong maka ia merasa takut kepada Allah swt.
Balasan
bagi orang yang jujur adalah surga, sebagaimana difirmankan oleh Allah swt.
yÌôfuÏj9 ª!$# tûüÏ%Ï»¢Á9$# öNÎgÏ%ôÅÁÎ/ z>Éjyèãur úüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# bÎ) uä!$x© ÷rr& z>qçGt öNÎgøn=tæ 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. #Yqàÿxî $VJÏm§ ÇËÍÈ
Artinya:
“ supaya Allah memberikan Balasan kepada orang-orang yang benar itu karena
kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima
taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Al-Ahzab : 24).
Rasulullah
saw., Juga bersabda, Dari Ibnu Mas’ud dari Nabi saw, bahwa beliau telah
bersabda :” Sesungguhnya jujur menunjukan kepada kebajikan dan kebajikan
menunjukan kejalan surga. Sesungguhnya seorang yang jujur akan selalu melakukan
kejujuran sehingga dicatatdi sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan
sesungguhnya dusta menunjukan kepada kedurhakaan dan kedurhakaan menunjukan jalan
neraka. Sesungguhnya seorang yang berdusta akan selalu melakukan kedustaan
sehingga di catat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Kejujuran
senantiasa mengarahkan umat manusia kepada kebajikan, dan kebajikan akan
mengantarkan pelakunya meraih derajat yang tiggi di dalam surga. Seorang yang
berlaku jujur akan selalu mempertahankan kejujuranya itu hingga akhir hayatnya,
sampai dengan mendapatkan predikat orang yang sangat jujur, baik dalam
pandangan Allah swt. maupun sesama manusia. Sedangkan kedustaan hanya
mengantarkan seseorang kepada kedurhakaan, yang pada akhirnya hanya akan
mengantarkan seseorang menjadi penghuni nerakan.
Seorang
muslim hendaknya selalu melakukan kejujuran sekalipun dirinya mengalami
kehancuran, mendapatkan ancaman maupun tekanan. Sebab pada hakekatnya di dalam
kejujuran terdapat kesuksesan, keselamatan, dan kemuliaan. Hanya orang yang
jujur sajalah yang akan meraih derajat yang tinggi, kebahagiaan lahir bhatin
dan keberhasilan yang luar biasa.
Rasulullah
saw., merupakan manusia yang jujur
sehingga mendapatkan predikat “al amin” (yang dapat dipercaya) [39]. Orang
yang jujur akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain, sehingga bisa
mengantarkan seseorang menjadi orang yang sukses. Dalam menghadapi segala
permasalahan hidup manusia harus senantisa berpegang pada kejujuran, yakinlah
bahwa kejujuran akan mengantarkan kita menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
12) SEDERHANA
Bersikap
sederhana merupakan perbuatan yang mulia dan merupakan bagian dari akhlakul
karimah. Lawan kata dari sederhana adalah tamak terhadap harta dan sikap bermegah-megahan. Allah swt. melarang kita
untuk bermegah-megahan dalam harta karena sesungguhnya harta hanyalah titipan
dan tidak akan dibawa kealam kubur, bahkan tak jarang orang yang bergelimpangan
harta menjadi orang yang sombong, takabur dan lalai terhadap perintah Allah
swt.
Allah
swt. berfirman :
ãNä39ygø9r& ãèO%s3G9$# ÇÊÈ 4Ó®Lym ãLänöã tÎ/$s)yJø9$# ÇËÈ
Artinya :”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk
ke dalam kubur.”( QS. At- Takasur :1-2)
Keterangan ayat
di atas adalah banyak orang yang bermegah-megahan terhadap harta sehingga
mereka lalai akan tugas dan kewajibanya di dunia untuk beribadah kepada Allah
swt. dan memberikan sebagian rizkynya untuk dibelanjakan di jalan Allah swt.
seperti untuk memberikan bantuan kepada
fakir miskin, anak yatim, pembangunan tempat ibadah, madrasah, dan lain
sebagainya. Kelalaianya itu akan terbawa sampai di alam kubur sehingga mereka
akan mendapatkan balasan dari Allah swt. berupa siksa yang pedih di neraka dan
mereka akan ditanya tentang nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt.
dipergunakan untuk apa di dunia.
Maka hendaknya
manusia bersikap sederhana dalam hidupnya, tidak boros dan bermewah-mewahan.
Ingatlah di kanan kiri kita banyak terdapat orang yang membutuhkan bantuan dari
kelebihan harta yang kita miliki. Rasulullah saw., Juga menganjurkan kepada
umatnya agar senantiasa bersikap sederhana, baik dalam beribadah, bertingkah
laku, berpakaian maupun dalam berpola hidup.
b.
Akhlakul Madzmumah (akhlak
tercela) Merusak Tatanan Kehidupan
Akhlak
tercela dalam kehidupan kita sangatlah banyak, penulis hanya menyampaikan
beberapa bentuk akhlak tercela yang sangat penting untuk kita ketahui. Di
antara akhlak tercela tersebut akan penulis paparkan sebagai berikut:
1.
UJUB
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas
defenisi ujub sebagai berikut: "Yaitu perasaan takjub terhadap diri
sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain.
Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh
jadi saudaranya itu lebih wara' dari perkara haram dan lebih suci jiwanya
ketimbang dirinya!". Orang yang demikian itu, beranggapan bahwa segala
kesuksesan yang diraihnya, seperti harta yang melimpah, jabatan yang tinggi,
kepandangan yang tak tertandingi semata-mata karena hasil usaha serta kehebatan
dirinya. Semua itu ia pikir, ia raih tanpa bantuan dari siapapun, termasuk
Allah SWT. orang yang bersikap/berperilaku ‘ujub’ biasanya selalu merasa
dirinya benar, tidak pernah salah atau keliru, karenanya tidak bisa menerima kritik
orang lain.
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ujub
antar lain Surat At-Taubah:55 yang artinya: “Dan janganlah harta benda dan
anak-anak mereka menarik hatimu (menjadikan kamu bersikap ujub). Sesungguhnya
Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu
dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir”. (QS. Taubah: 55)
Abu Wahb al-Marwazi berkata, Aku bertanya
kepada Ibnul Mubarak, Apakah kibr (sombong) itu?،¨ Dia menjawab, Jika engkau merendahkan orang lain.،¨ Lalu aku bertanya tentang ujub, maka dia
menjawab jika engkau memandang bahwa dirimu memiliki kelebihan yang tidak
dimiliki oleh orang lain, aku tidak tahu sesuatu yang lebih buruk bagi orang
yang shalat daripada ujub.
Berikut ini adalah hal-hal yang Dipakai
'Ujub dan Terapinya:
1. Ujub dengan fisiknya
Pengobatan jenis 'ujub ini adalah dengan
tafakkur (memikirkan) tentang berbagai kotoran batinnya, tentang mula
penciptaan dan akhir kesudahannya, tentang bagaimana wajah yang cantik dan
tubuh yang gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di kubur
hingga menjijikkan.
2. Ujub dengan kedigdayaan dan kekuatan
'Ujub dengan kekuatan mengakibatkan kekalahan
dalam peperangan, pencampakan diri ke dalam kebinasaan dan terburu-buru.
Terapinya ialah dengan mengetahui bahwa meriang sehari saja bisa melemahkan
kekuatannya dan bahwa apabila ia ujub dengan kekuatannya bisa jadi Allah akan
mencabutnya dengan sebab pelanggaran paling ringan yang dilakukannya.
3. Ujub dengan intelektualitas
Terapinya ialah dengan bersyukur kepada Allah
atas karunia intelektualitas yang telah diberikan-Nya, dan merenungkan bahwa
dengan penyakit paling ringan yang menimpa otaknya sudah bisa membuatnya
berbicara melantur dan gila sehingga menjadi bahan tertawaan orang. Ia tidak aman
dari ancaman kehilangan akal jika ia ujub dengan intelektualitas dan tidak
mensyukurinya. Hendakalah ia menyadari keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah
pula ia mengetahui bahwa ia tidak diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit,
sekalipun ilmu pengetahuannya luas.
4. Ujub dengan nasab terhormat
Terapi penyakit ini adalah mengatahui bahwa
jika ia menyalahi perbuatan dan akhlak nenek moyangnya dan mengira bahwa ia
akan disusulkan dengan mereka maka sesungguhnya ia bodoh, tetapi jika
meneladani nenek moyangnya maka hendaknya mengetahui bahwa nenek moyangnya
tidak pernah ujub bahkan mereka senantiasa khawatir terhadap dirinya. Mereka
mulia karena ketaatan, ilmu, dan sifat-sifat terpuji bukan dengan nasab.
5. Ujub dengan nasab para penguasa yang zhalim
dan pendukung meraka.
Terapinya adalah dengan merenungkan tentang
berbagai kehinaan mereka dan tindakan-tindakan kezhaliman mereka terhadap para
hamba Allah, kerusakan yang meraka lakukan terhadap agama Allah, dan bahwa
mereka adalah orang yang dimurkai Allah.
6. Ujub dengan banyaknya jumlah anak, pelayan,
budak, keluarga, kerabat.
Terapinya adalah merenungkan tentang
kelemahannya dan kelemahan mereka, bahwa mereka semua adalah hamba yang lemah,
tidak kuasa memberi manfaat dan bahaya kepada diri mereka sendiri.
7. Ujub dengan harta
Terapinya adalah merenungkan tentang
keburukan-keburukan harta kekayaan, hak-haknya yang banyak, dan para
pendengkinya yang rakus. Kemudian memperhatikan keutamaan orang-orang fakir dan
bahwa mereka akan masuk surga terlebih dahulu pada hari kiamat.
8. Ujub dengan pendapat yang salah
Terapi ujub ini lebih berat ketimbang terapi
'ujub yang lainnya, karena pemilik pendapat yang salah tidak mengetahui
kesalahannya, seandainya tahu pasti ditinggalkannya. Tidak akan mengobati
penyakit orang yang tidak tahu bahwa dirinya sakit. Terapinya secara umum
adalah hendaknya ia selalu menuduh pendapatnya sendiri dan tidak terpedaya,
kecuali jika secara pasti didukung oleh Al-Qur'an atau sunnah atau dalil akal
yang shahih yang memenuhi berbagai persyaratannya.
2. TAKABBUR
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri
dan tidak menerima kebenaran serta memandang kecil atau rendah terhadap orang
lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur sama dengan sombong.
Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh setiap
muslim muslimah. Sebagaimana Allah berfirman:
“Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur (sombong). (QS. An-Nahl:23)
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin
dan kesombongan zhahir. Kesombongan batin adalah kesombongan yang terdapat
dalam jiwa (hati), sedangkan kesombongan zahir adalah kesombongan yang
dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari
apa yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin akan memaksa anggota tubuh untuk
melakukan hal-hal yang bersifat sombong, maka apabila hanya menyimpan di dalam
hati tanpa ada tindakan disebut dengan kibr (sifat sombong).
Orang yang memiliki sifat sombong tidak
menyadari bahaya yang dapat di timbulkan dari sifat ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan masuk surga (memperoleh
kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun sebesar
semut”. (HR. Muslim)
Terapi sifat sombong dan cara memperoleh sifat
tawadhu’
Terapi sifat sombong pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Terapi
pengobatannya adalah dengan ilmu dan amal. Karena penyakit ini tidak mungkin
dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah
dengan mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Apabila seseorang telah
mengetahui dan menyadari dengan benar siapa hakikat dirinya, maka dia akan
merasa dirinya hina dan penuh kelemahan. Selanjutnya, akan menjadikannya
sebagai seorang yang tawadhu’. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan
membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti
akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu’.
3. PUTUS ASA
Putus asa adalah suatu sikap atau perilaku
seseorang yang menganggap drinya telah gagal dalam menghasilkan sesuatu harapan
cita-cita. Ia tidak mau kembali lagi untuk berusaha yang kedua kalinya. Semua
umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan
lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang
benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah
satu firman-Nya, mempersamakan antara sifat putus asa itu dengan sifat
kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh
kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam
Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat
Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
Allah
SWT menyamakan sifat putus asa dengan kekafiran, karena bencana yang
ditimbulkan oleh kedua sifat itu sama besar dan dasyat. Karena apabila ia
diberi beban atau sesuatu yang harus siselesaikan dan perlu segera dilaksanakan
demi kepentingan masyarakat, ia meninggalkannya secara perlahan-lahan, bahkan
terkadang tidak mengerjakan sama sekali. Ia merasa keberatan atau menganggap
bahwa apa yang dititipkan kepadanya terlampau berat sehingga ia enggan dan
berputus asa untuk meneruskannya. Tentu saja hal itu merugikan diri sendiri dan
masyarakat.
Sifat putus asa akan memuat kebekuan,
kelumpuhan, dan kemunduran. Selain itu, sifat putus asa juga dapat menyebabkan
seseorang bagaikan seekor binatang yang selalau membisu, apa yang dilakukannya
hanya berdasarkan pada instingnya. Orang berputus asa sma sekali tidak
terpikirkan tentang kemajuan diri untuk meningkatkan untuk meniingkatkan keatas
(lebih baik) dan menjadi makhluk yang sempurna, berpandang luas dan kepribadian
yang baik bahkan utuk meraih cita-citanya.
Usaha-usaha untuk tidak mudah terjerumus dalam
sifat putus asa, diantaranya:
a) Terpilaharanya kekuatan iman pada diri
seseorang.
b) Meningkatan ketakwaan dan taqarrub kepada Allah
swt.
c) Menjaga harkat dan martabat serta derajat
kemanusiaan.
d) Menjadi orang yang tabah dalam menjalani
kehidupan.
e) Menubuhkan kesadaran untuk memicu diri dalam
beramal shaleh.
f) Meningkatkan kesadaran diri untuk mengabdi
kepada Allah swt.[40]
Manusia memang seringkali dihadapkan dengan
berbagai permasalahan yang menyulitkan. Banyak diantara manusia yang bahkan
tidak mampu menanggung beban dari permasalahanya sehingga melakukan perbuatan
yang dilarang agama, seperti bunuh diri, lari dari masalah dengan
bersenang-senang, mabuk-mabukan, mengkonsumsi minuman keras dan perbuatan tidak
terpuji lainya. Semua itu adalah bentuk dari keputus asaan seseorang terhadap
ketentuan Allah swt.
Segala permasalahan yang kita hadapi hendaknya
kita hadapi dengan penuh lapang dada dan keikhlasan. Marilah kita kembalikan
segala permasalahan kita kepada Allah swt, dengan tawakal. Karena putus asa
bukanlah sebuah solusi untuk mengghadapi masalah akan tetapi merupakan sebuah
kerugian bagi manusia dan bentuk ketidak berdayaan seorang. Padahal Allah
senantiasa member kesempatan bagi mahluknya untuk merubah keadaan yang ada pada
dirinya, dan Allah tidak akan menguji di luar batas kemampuan hambanya.
4.
BERLEBIH-LEBIHAN
Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di
luar batas ukuran yang menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak
kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan akibat
dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa pun
perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia dan
alam sekitarnya seperti kerusakan moral, harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah,
sebagaimana dalam firmannya:
Artinya: “Dan janganlah kamu
berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).
Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:
Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat
akan haknya (juga kepada) orang muslim dan orang yang dalam perjalanan, dan
janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara
setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 26-27).
Ayat di atas memerintahkan kepada kita agar
menjauhi sikap boros karena sesungguhnya orang-orang yang boros adalah
saudaranya setan. Untuk itu hendaknya kita berhemat dalam membelanjakan barang,
mengatur segala sesuatu agar tidak menjadi berlebih-lebihan, seperti : membeli
sesuatu sesuai dengan kebutuhan, berpakaian secara sederhana, tidak memakai
perhiasan yang berlebihan, bergaul di lingkungan masyarakat dengan baik dan tidak berlebih-lebihan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menghindari sikap berlebih-lebihan antara lain sebagai berikut:
a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta
seperlunya.
d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.
Dari pemaparan di atas sudah barang tentun kita
diharapkan untuk bisa bersikap sederhana dan menjauhi segala bentuk sikap
berlebih-lebihan dalam kehidupan kita.
5.
IRI HATI ATAU DENGKI (HASAD)
Syeikh Abu Hamid Al-Ghazali berkata:
“Ketahuilah bahwa tidak ada kedengkian (hasad), kecuali terhadap kenikmatan,
jika Allah memberi nikmat kepada saudaramu, maka ada dua hal yang ada pada
dirimu. Pertama, benci kepada seseorang yang memperoleh nikmat, dan berharap
agar nikmat itu lenyap dari padanya. Keadaan ini disebut dengki. Batasan dengki
adalah benci terhadap nikmat, dan ingin melenyapkan dari orang yang mendapat
karunia. Kedua, ia sendiri mengharapkan agar mendapat nikmat itu tanpa berusaha
melenyapkan nikmat yang dimiliki orang lain.
Dengki dapat di timbulkan
karena iri melihat orang maju, seperti teman mendapat jabatan, teman memperoleh
harta sehingga menjadi kaya, dan lain sebagainya.[41]
Sifat pertama di atas adalah haram hukumnya
dalam segala hal. Betapa ganasnya penyakit nafsiyah ini menyerang manusia, bisa
kita lihat dalam berbagai hadits Rasulullah saw., Di antaranya :
“Hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api
yang melalap kayu bakar”. (HR.
Abu Daud dari Abu Hurairah, dan Ibnu Majah dari Abbas)
“Janganlah kalian saling mendengki, jangan
saling memutuskan hubungan persaudaraan, jangan saling membenci, jangan pula
saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba Allah sebagai saudara”.(HR. Bukhari Muslim)
Orang yang memiliki sifat dengki juga bisa
dilihat jika ia merasa bahagia ketika orang lain mendapatkan suatu bencana atau
musibah. Kegembiraan yang demikian itu dinamakan Syamatah, yaitu bahagia
yang timbulnya sebab mendengar atau melihat adanya kesusahan, kemelaratan,
kecelakaan yang menimpa orang yang dianggap saingan atau lawan. Sebagaimana
Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya :
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka
bersedih hati. Tapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya”.(HR. Ali Imran:120)
Dengki adalah pangkal dari semua perilaku
tercela. Misalnya menggunjing, adu domba, menyebar fitnah. Oleh sebab itu,
sifat dengki harus dijauhi karena sifat ini hanya akan membawa manusia terhadap
kemelaratan dan rusaknya silaturahim.
Bahaya mempunyai sifat Hasad (iri hati atau
dengki), di antaranya:
1) Mengurangi teman dan mempersempit pergaulan
2) Menciptakan musuh.
3) Merusak kesehatan
4) Menghilangkan pahala kebaikan [42]
Solusi untuk menghindari sifat dengki, di
antaranya:
1) Menyadari dan selalu ingat bahwa iri dengki
hanya akan menghapus amal baik kita.
2) Menyadari dan senantiasa bersyukur atas semua
nikmat yang telah Allah berikan.
3) berikhtiyar dan berdoa
Dari keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa
iri dan dengki merupakan akhlak tercela yang ditimbulkan oleh rasa cemburu
terhadap nikmat yang diterima oleh orang lain. Rasa iri yang berlebih-lebihan
bisa menyebabkan kedengkian di dalam hati. Iri dan dengki banyak terjadi pada permasalahan harta benda
(urusan duniawi), contoh : orang merasa iri terhadap tetangganya yang memiliki
rumah bagus, mobil mewah dan harta berlimpah, melihat tetangganya sukses dalam
berusaha orang merasa iri dan timbul kedengkian di dalam hatinya.
Pada dasarnya sifat dengki merupakan penyakit
hati yang sangat berbahaya dan dilarang oleh Islam, hal tersebut bisa dilihat
dalam (QS. Al Hasr :10) :
úïÏ%©!$#ur râä!%y` .`ÏB öNÏdÏ÷èt/ cqä9qà)t $uZ/u öÏÿøî$# $oYs9 $oYÏRºuq÷z\}ur úïÏ%©!$# $tRqà)t7y Ç`»yJM}$$Î/ wur ö@yèøgrB Îû $uZÎ/qè=è% yxÏî tûïÏ%©#Ïj9 (#qãZtB#uä !$oY/u y7¨RÎ) Ô$râäu îLìÏm§ ÇÊÉÈ
Artinya
:”dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka
berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang
telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hasr :10)
Ayat
di atas menerangkan betapa bahayanya sifat dengki, untuk itu marilah kita
senantiasa berusaha dan berdoa agar senantiasa terbebas dari sikap iri dan
dengki. Dengan demikian Insya Allah hidup kita akan terasa damai, di cintai
oleh orang banyak dan menjadi hamba Allah yang lebih bersyukur terhadap apapun
nikmat yang diberikan oleh-Nya kepada kita.
6.
FITNAH
Namimah atau memfitnah adalah perbuatan yang
menceritakan tingkah laku seseorang kepada orang lain (dengan cerita yang tidak
jujur) bertujuan agar terjadi perpecahan.
Namimah artinya mengadu domba, yaitu kegiatan mengadu
dua orang atau kelompok supaya bermusuhan dan saling membenci.[43]
Pengerian menfitnah, yang berkembang
dimasyarakat adalah adu domba, yaitu seseorang menceritakan kelakuan orang lain
dengan cerita yang palsu atau yang dibuat-buat dengan tujuan menghancurkan dan
menjatuhkan atau merendahkan nama baik seseorang atau golongan. Oleh sebab itu, fitnah di katakan lebih kejam dari pada pembunuhan,
mengapa demikian? Jika pembunuhan hanya merusak jasmani seseorang, maka fitnah
merusak mental, menyulut permusuhan, dan sering berakhir dengan perkelahian
atau peperangan yang banyak menelan korban jiwa.[44]
Bahaya fitnah sebagai berikut:
a. Fitnah dapat berakibat pembunuhan
Artinya :
“Dan
fitnah itu lebih besar bahaya dari pembunuhan”. (QS. Al- Baqarah:191)
b. Timbulnya kekacauan dalam masyarakat
c. Timbulnya permusuhan. [45]
Allah
swt. melukiskan bahaya menfitnah itu melebihi bahayanya pembunuhan, karena
orang atau golongan yang difitnah akan terbunuh kariernya dan nama baiknya.
Rasulullah saw, memberikan peringatan dengan
sabdanya:
Artinya:“maukah ku kabarkan kepadamu
sekalian, akan orang-orang yang paling jahat di antara kamu? Mereka menjawab:
mau…! “bersabda Rasulullah SAW: itulah orang yang membawa-bawa fitnah, merusak
hubungan orang yang sedang berkasih-kasihan dan mencari aib-aib orang yang
tidak brsalah” (HR.Muslim).
Cara menghindari sifat namimah atau fitnah dari
orang lain adalah dengan melakukan tabayyun atau konfirmasi tentang
kebenaran berita
Hikmah menghindari fitnah adalah sebagai
berikut:
a. Kedamaian dan ketretraman
b. Persaudaraan
c. Persatuan dan kesatuan
7.
MENCURI
Mencuri adalah mengambil milik orang lain
dengan jalan yang sah.mencuri sangat merugikan orang lain dalam hal
materi, merugikan seseorang, kelompok maupun golongan sampai merugikan Negara.
Syariat islam sangat melindungi hak milik orang
atau kelompk atau Negara. Firman Allah swt. :
Artinya:
“laki-laki yang mencuri dan perempuan yang
mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (QS. Al Maidah: 38)
Mencuri merupakan yang tercela dan bertentangan
dengan perintah agama, harta yang dihasilkan dengan cara mencuri adalah harta
haram. Mencuri juga merupakan perbuatan yang merugikan orang lain, untuk itu Rasulullah
saw., sangat tegas dalam urusan ini bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw.,
menyampaikan yang keteranganya apabila yang mencuri adalah putrinya sendiri
maka beliau tidak segan-segan untuk memotong tanganya.
Hikmah menghindari sikap mencuri adalah sebagai
berikut:
a. Menghormati atau menjaga hak milik.
b. Menjaga harga diri.
c. Membawa ketenangan hati.[46]
Dengan demikian perbuatan mencuri harus
dihindari demi terciptanya kehidupan masyarakat yang tentram, aman dan damai,
jauh dari rasa was-was dan keresahan.
8.
KHIANAT
Khianat artinya tipu daya dan perbuatan yang
tidak setia. Sedangkan penghianatan adalah orang yang tidak setia kepada
Negara, teman dan sebagainya. Khianat ini salah satu tanda orang munafiq. Sabda
Rasulullah saw. :
Artinya:“tanda munafiq itu tiga: apabila
berkata ia dusta, apabila berjanji ian ingkari dan apabila dipercaya ia
khianati. (HR.Bukhari dan Muslim)
Menghindari sifat khianat dapat dilakukan
dengan cara berperilaku amanah.
Hikmah menghindari sikap Khianat, diantaranya:
a. Terwujudnya keamanan dan ketertiban.
b. Menciptakan kedamaian dan ketenangan.
c. Dipercaya dan mudah meraih cita-cita.
d. Terciptanya kesenangan dan kemakmuran.[47]
Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat
atau perbuatan dosa itu seperti di sebutkan oleh Ibnu Qoyyim rahimullah,
sebagai berikut:
1. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu
cahaya yang diberikan Allah di dalam hati, dan maksiat mematikan itu.
2. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits
riwayat Imam Ahmad, "Seorang hamba bisa terhalang
rezekinya karena dosa yang menimpanya."
3. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang
tiada tandingannya dan tiada terasa kelezatan.
4. Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat
di dalam hatinya seperti perasaan di kegelapan malam.
5. Terhalangnya ketaatan.
6. Maksiat memperpendek umur dan menghapus
keberkahannya.
7. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi,
demikian kata ulama salaf: Hukum kejahatan adalah kejahatan lagi sebagaimana
kebaikan akan melahirkan kebaikan lagi.
8. Orang yang melakukan dosa akan terus
berjalan ke dalam dosanya sampai dia merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda
kehancuran.
9. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan, dan
kebaikan melahirkan kebanggaan dan kejayaan.
10. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan
membangun akal.
Khianat bukanlah akhlak seorang muslim
melainkan akhlak seorang yang munafik, untuk itu sikap tersebut harus kita
hindari sejauh mungkin. Jadilah manusia yang bisa mengemban amanah agar kita
mendapat kepercayaan dari orang lain dan mendapatkan kedudukan yang mulia di
mata Allah swt.
9. RIYA
Kata riya’ berasal dari “ru’yah”
(melihat). Adapun secara pengertian riya adalah mencari kedudukan di hati
manusia dengan memperlihatkan kepada mereka beberapa hal kebijakan. Nama riya
itu dikhususkan dengan hukum adat/kebiasaan dengan mencari kedudukan di hati
manusia dengan ibadah dan memperlihatkanya. Dengan demikian, maka definisi riya
adalah keinginan hamba akan kedudukan di hati manusia dengan cara mentaati
Allah swt., maka orang yang berbuat riya
itu adalah orang yang beribadah dengan memperlihatkan ibadahnya kepada manusia,
dan orang yang kepadanya diperlihatkan kedudukan di hati mereka.[48]
Dari pengertian di atas riya erat kaitanya
dengan sanjungan dan pujian. Orang yang memiliki riya di hatinya selalu
mengharapkan sanjungan dan pujian dari orang lain, ibadahnya tidak ditujukan semata-mata
karena Allah swt.
Riya merupakan akhlak tercela dan sangat
dibenci oleh Allah swt.
Allah swt. berfirman :
×@÷uqsù ú,Íj#|ÁßJù=Ïj9 ÇÍÈ tûïÏ%©!$# öNèd `tã öNÍkÍEx|¹ tbqèd$y ÇÎÈ tûïÏ%©!$# öNèd crâä!#tã ÇÏÈ
Artinya :” Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya,orang-orang yang berbuat riya “ ( QS.Al-Ma’un : 4-6) [49]
Ali bin Abu Thalib Karromallahu Wajhah, berkata
:” Bagi orang yang berbuat riya itu mempunyai tiga alamat : 1, malas bilamana
sendirian, 2. Rajin apabila ia bersama dengan manusia, 3. Menambah amal
bilamana dia dipuji, dan menguranginya manakala ia dicela. [50]
Untuk mengatasi riya bisa dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut :
Ø Meluruskan niat
semata-mata karena mengharap ridlo Allah swt
Ø Menjauhkan
segala bentuk pengharapan terhadap segala pujian orang lain
Ø Menjalankan
amal perbuatan dengan penuh keikhlasan
Ø Menyadari akan
bahaya sifat riya
Ø Tidak
menganggap diri kita sebagai orang yang paling baik ibadahnya
Ø Selalu merasa
rendah hati dan tidak menampakan kelebihan yang dimiliki yang bisa menimbulkan
sifat riya.
Rasulullah saw., Bersabda : “ bahwa seorang
hamba tidak menghambakan ketaatanya kepada Allah dengan menghendaki kepada manusia
“. Ini merupakan siolusi agar ibadah kita bisa diterima oleh Allah dan
terhindar dari perbuatan riya yang menjerumuskan kita kedalam kehinaan dan
kedudukan yang rendah dihadapan Allah swt, karena pada hakekatnya riya bisa
dikatakan sebagai syirik kecil.
10.
SOMBONG
Sombong merupakan bagian lain dari akhlak
tercela, kesombongan adalah suatu sikap yang menganggap dirinya paling hebat
dibandingkan dengan orang lain. Orang lain dianggap rendah dan memiliki
kedudukan yang lemah dimatanya. Kesombongan bisa menimbulkan sifat takabur.
Di dalam Al-Qur’an banyak petunjuk dari Allah
swt., bahwa dia tidak senang pada orang
yang melampaui batas, yang sombong dan arogan bahkan sangat membenci
perbuatan semacam itu. Oleh karena itu sebaiknya perilaku kita jangan sampai melanggar
semua yang dibenci oleh-Nya. Sebab akibatnya sangat fatal. Allah telah member
petunjuk pada hamba-Nya, seperti yang tertera dalam firmanya :
wur öÏiè|Áè? £s{ Ĩ$¨Z=Ï9 wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøèC 9qãsù ÇÊÑÈ
Artinya :”dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(QS.Luqman
: 18)
Pada umumnya orang yang telah memiliki harta
yang berlimpah merasa bahwa semua itu atas usahanya sendiri, akibatnya ia
menjadi sombong dan suka melampaui batas. Dia lupa bahwa semua itu pemberian
Allah, meski ia telah berusaha. Dengan demikian sebenarnya dia telah
merendahkan martabat dan kekuasaan Allah. Oleh sebab itu Allah swt., sangat membenci
orang –orang yang berlaku sombong dan melampau batas.
Telah banyak contoh di dalam kehidupan ini yang
menunjukan betapa berat siksa yang diberikan Allah bagi mereka yang telah
melupakan perbuatan tersebut, selagi mereka masih hidup di dunia.
Banyak orang yang berpendapat bahwa berbagai
macam bencana yang datang silih berganti di negeri ini juga sebagai akibat
perbuatan yang dibenci oleh Allah swt., sebab telah banyak orang melakukan
perbuatan yang melampaui batas dan banyak orang yang begitu sombong setelah
dianugerahi kedudukan, kekuasaan maupun harta kekayaan oleh Allah swt., mereka
lupa bahwa semua anugerah itu pada hakekatnya datang dari Allahswt., semata.[51]
Untuk mengatasi sifat sombong hendaknya kita
meyadari bahwa manusia adalah mahluk yang lemah memiliki banyak kekurangan.
Kita bisa berhasil bukanlah semata-mata hasil usaha kita tetapi berkat bantuan
orang lain juga. Terlebih jika Allah tidak menghendaki maka kita tidak akan
menjadi apa-apa di dunia ini. Kesombongan adalah sifat Allah yang tidak pantas
dimiliki oleh kita sebagai makhluknya. Dengan demikian maka seharusnya kita
bersikap rendah hati dan merasa lemah dihadapan Allah swt., dan jangalah
sekali-kali kita menampakan kesombongan di muka bumi ini.
Segala bentuk ahlak tercela yang telah
disebutkan di atas merupakan perbuatan dan sikap yang harus kita hindari
jauh-jauh karena dampaknya sangat besar dalam kehidupan kita, jika akhlak
tercela tersebut melekat pada diri kita maka akan menimbulkan kegelisahan,
kegundahan, dan semakin menjauhkan diri kita dari Allah swt. Akhlak tercela tersebut juga akan
merusak tatanan kehidupan dalam masyarakat, manusia akan saling membenci satu
sama lain, mereka saling berlomba-lomba untuk memperoleh kepuasan bhatin dengan
bersikap sombong, takabur, tamak terhadap harta dan lain sebagainya, keikhlasan
bisa jadi hanya di lisan saja tetapi sesungguhnya dalam hatinya terdapat ria
yang sudah mengarat.
Jika sudah demikian maka kehidupan akan
mengalami kemerosotan akhlak, orang sudah tidak mempedulikan lagi ajaran agama,
masyarakat rusak, generasi terancam degradasi moral, yang lebih ditakutkan lagi
adalah di tutupnya pintu hidayah oleh Allah swt.
Untuk itu perlu kita kaji betul-betul akhlakul
madzmumah jangan sampai akhlak tercela tersebut menempel pada diri kita. Jauhi
perbuatan-perbuatan tersebut, berpeganglah kepada jalan yang benar yaitu jalan
yang diridloi Allah swt., hiasilah diri kita dengan akhlakul karimah sebagai
bukti ketundukan kita kepada-Nya, agar mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di
dunia dan akhirat.
B.
AKHLAKUL KARIMAH DALAM LINGKUNGAN KELUARGA
Keluarga
merupakan wadah yang paling berpengaruh terhadap pembentukan akhlak, peran
orang tua dan seluruh anggota keluarga dibutuhkan untuk membentuk karakter yang
kuat terhadap perilaku dan sikap seluruh anggota keluarga. Penanaman
nilai-nilai akhlakul karimah haruslah dimulai dari keluarga, mulai dari yang
terkecil sampai yang terbesar. Berikut akan dibahas mengenai pembentukan
akhlakul karimah dalam lingkungan keluarga yang akan diuraikan menjadi beberapa
sub pokok pembahasan sebagai berikut :
a. Keluarga
Sebagai Pusat Pendidikan Akhlak Bagi Anak
Semenjak
anak dilahirkan keluarga merupakan tempat pertama kali seseorang mengenal
segala sesuatu mulai dari belajar berjalan, berbicara, makan, minum, menghafal,
mengerti perilaku baik dan buruk, dan lain sebagainya. Keluarga yang baik
adalah keluarga yang bisa menjadi pusat segala macam pendidikan termasuk
pendidikan akhlak.
Keluarga
([52])
adalah pusat pendidikan ([53])
yang pertama bagi seorang anak, dalam keluarga anak dikenalkan berbagai sikap
dan perbuatan. Orang tua memiliki peran yang sangat besar terhadap prilaku
anak. Anak akan berkembang mengikuti apa yang dibiasakan oleh orang tua dalam
keluarga.
Dalam
Islam orang tua diwajibkan untuk memberikan pendidikan agama bagi anak-anaknya,
tanggung jawab yang cukup berat yang harus dilaksanakan orang tua karena
pendidikan agama, terutama akhlak merupakan pendidikan moral yang membutuhkan
proses panjang. Pembentukan sikap yang baik haruslah melalui banyak tahapan
mulai dari pengenalan, pengamalan dan pembiasaan yang terus menerus.
Sebagaaimana
hanya makanan, minuman, pakaian dan perumahan merupakan kebutuhan material yang
primer dalam suatu keluarga, maka akhlak adalah kebutuhan primer dari segi
moral. Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakan keluarga sejahtera.
Keluarga
yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak akan bahagia,
sekalipun kekayaan materinya melimpahruah. Sebaliknya terkadang suatu keluarga
serba kekurangan dalam ekonomii rumah tangganya namun dapat berbahagia karena
faktor akhlak tetap dipertahankan seperti apa yang tercermin dalam rumah tangga
Rasulullah saw., Akhlak yang luhur itulah yang mengharmoniskan rumah tangga,
menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak. Segala tantangan dan badai rumah
tangga yang sewaktu-waktu datang melanda, dapat dihadapi dengan rumus-rumus akhlak.
Tegasnya, akan meranalah rumah tangga yang tiada dihiasi dengan akhlakul
karimah dan bahagialah rumah tangga yang dirangkum dengan keindahan akhlak. [54]
Pendidikan
akhlak dalam keluarga haruslah dilaksanakan oleh seluruh anggota keluarga mulai
dari ayah, ibu, anak dan komponen-komponen yang menyatu dengan keluarga seperti
kakek, nenek, saudara bahkan pembantu rumah tangga dan orang-orang dekat yang
berinteraksi dengan keluarga. Prilaku anak sangat ditentukan oleh prilaku
anggota keluarganya. Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar
terhadap pendidikan akhlak anggota keluarganya,[55] karena
Allah swt., memerintahkan agar memelihara keluarga agar terjauh dari api neraka
dalam firmanya sebagai berikut.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w
tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
Artinya
:” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (Q.S at Tahrim : 6)
Ayat
diatas merupakan perintah kepada kita semua agar menjaga keluarga ([56])
dari panasnya api neraka.Akhlak merupakan salah satu hal yang harus kita jaga,
karena akhlak sangat berpengaruh terhadap perbuatan kita sehari-hari. Apabila akhlak
yang tertanam dalam keluarga adalah akhlakul karimah maka terpeliharalah mereka
dari kemungkaran dan kesesatan, tetapi apabila dalam keluarga terbiasa dengan akhlak
yang tercela, seperti mencuri, iri, dengki, hasud, sombong, ananiah, dan sikap
yang tidak baik lainya, maka mereka terancam akan terjerumus kedalam
kemungkaran dan kehancuran.
Menurut
Ibnu Miskawaih, tujuan pendidikan akhlak adalah terwujudnya sikap batin yang
mampu mendorong secara sepontan untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik,
sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna
(al-sa’adat). [57] Hal
tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan akhlak dalam keluarga yaitu menciptakan seluruh anggota
keluarganya menjadi manusia yang mengenal kebaikan dan bisa menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dari
uraian di atas jelaslah bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan akhlak, maka
dibutuhkan peran yang besar bagi para orang tua agar dapat membawa keluarganya
menjadi manusia yang berakhlakul karimah.
b. Peran
Orang Tua Dalam Pembentukan Akhlak Keluarga
Peranan
orang tua dalam pembentukan akhlak dalam keluarga dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah dengan melatih anak sejak dini untuk memiliki
sikap jujur. Melatih bersikap jujur pada anak bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan melatih anak
untuk bercerita apa yang dialaminya pada hari itu. Pengalaman yang menarik
ataupun pengalaman yang menjengkelkan sekalipun hendaknya diungkapkan, apabila
anak sudah terbiasa bercerita dengan jujur maka ketika ditanya anak akan
menjawabnya dengan jujur.
Kejujuran
juga bisa muncul karena sikap kedua orang tua dan orang yang berada dalam
lingkungan keluarga, mereka harus senantiasa mengajari kejujuran pada anak
dengan sikapnya.
Selain
sikap jujur orang tua juga bisa berperan dalam pembentukan sikap sabar bagi
anggota keluarganya. Sikap sabar bisa diajarkan melalui cerita-cerita Nabi dan kisah orang
–orang soleh, seperti cerita nabi Ayub yang sabar dalam menerima ujian dari
Allah swt. berupa diberi penyakit yang menjijihkan, Nabi Yakub yang sangat
sabar menghadapi anak-anaknya yang berperilaku tidak baik kepada Nabi Yusuf
as., kisah Bilal yang sabar dalam menghadapi hukuman dari orang-orang kafir
qurais, kisah nabi Ibrohim as. Yang sangat sabar dalam menantikan kehadiran
putranya Ismail as. Bahkan ketika sudah dikaruniai seorang putra harus dikorbankan
untuk disembelih, Nabi Yunus as. yang sabar berada dalam perut ikan dalam waktu
yang lama, dan masih banyak kisah dari para kekasih Allah swt. lainya.
Nabi
Muhammad saw. merupakan tauladan bagi kita
dalam segala hal, beliau adalah orang yang sangat sabar dalam menegakan
ajaran Allah swt, berbagai rintangan beliau hadapi tanpa mengeluh dan putus
asa. Ini semua bisa dijadikan sebagai motifasi dalam menanamkan nilai-nilai
kesabaran terhadap anak.
Peran
orang tua dalam pembentukan akhlakul karimah keluarga merupakan hal yang
mendasar yang harus dilakukan, pembiasaan-pembiasaan sikap tawadu, ikhlas,
sabar, jujur, amanah, sopan, malu yang positif, husnuzan, gemar menolong,
tasamuh dan sikap-sikap terpuji lainya adalah hal yang mutlak harus dilakukan
dalam pergaulan sehari-hari dalam lingkungan keluarga. Apabila ada salah satu
dari anggota keluarga yang bersikap negatif maka segera untuk diingatkan agar
tidak terjadi pengulangan perbuatan yang sama.
Dalam
mendidik anak Rasulullah memberikan keistimewaan terhadap anak perempuan, belau
bersabda.[58]
لآَ تُكْرهُوْاالْبَنَاتِ, فَاِ نّهُنَّ الْمُؤْنِسَا تُ الْغَا لِيَا
تُ.( رواه عقبة بن عا مر)
Artinya
: “janganlah kalian memaksakan anak-anak perempuan. Karena sesungguhnya
mereka itu anak –anak yang lemah lembut lagi dicintai”. (Riwayat Uqbah Ibnu
Amir).
Al
Munisat, lemah lembut lagi sangat peka, dan halus perasaanya. Al
Ghaaliyaat, sangat berharga. Makna yang dimaksud adalah sangat dicintai.
Mendidik anak perempuan tidak boleh dengan cara yang kasar, melainkan dengan
cara yang layak bagi kewanitaanya, yaitu dengan lemah lembut dan kasih sayang.
Jangan pula memaksakan mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak disukainya dan
tidak layak bagi kewanitaanya. Dalam hadis lain disebutkan Nabi saw. Pernah
bersabda, “ Berlaku lemah lembutlah terhadap wanita”. Beliau saw.
Mengumpamakanya dengan botol dalam hal mudah pecahnya.[59]
Apabila
orang tua telah berperan baik dalam pembentukan akhlak dalam keluarga, maka
keluargapun akan terasa tenang, tentram dan damai, jauh dari masalah dan
perselisihan dalam keluarga. Harapan untuk menjadi keluarga sakinah, mawadah
warahmah Insya Allah akan terwujud.
c. Pembiasaan
Perilaku Yang Baik dalam Keluarga
Kehidupan
keluarga yang penuh dengan problematika menjadikan berbagai konflik dalam
keluarga muncul, adalakanya konflik itu terjadi antara orang tua terhadap anak
ada kalanya terjadi antara kedua orang tua itu sendiri, anak yang tidak bisa
menerima keadaan terkadang sering marah dan membenci orang tuanya sendiri,
mereka menganggap orang tua tidak mau mengerti dengan keadaanya. Islam sangat
melarang membenci orang tua, dalam hadisnya Rasulullah saw., bersabda.
لاَتَرْغَبُوْاعَنْ اَبَا ئِكُمْ, فَمَنْ رَغِبَ عَنْ اَ بَوَيْهِ
فَقَدْ كَفَرَ. (رواه ا لبخاري )
Artinya : “janganlah
kalian membenci orang-orang tua kalian, barang siapa benci kepada kedua orang
tuanya, maka sesungguhnya ia telah kafir (ingkar)”.[60]
Hadis
diatas melarang kita membeci orang tua, seberapapun kita marah terhadap orang
tua janganlah sampai kita membencinya. Hendaklah kita mencintai orang tua kita
dengan tulus, kita jaga dan rawat orang tua kita dengan sepenuh hati, kita
patuhi segala perintahnya dan dengarkan semua nasehatnya jika itu memang hal
yang baik dan tidak bertentangan dengan perintah agama.
Kecintaan
terhadap kedua orang tua dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik, apa yang
disenangi oleh orang tua maka anak pun akan mencintainya, dalam pembiasaan
sikap hal ini penting, umpamanya orang tua membiasakan bersikap jujur dalam
lingkungan keluarga maka anakpun akan membiasakan sikap itu pula dalam
kehidupanya.
Perilaku baik dalam lingkungan keluarga yang harus
dibiasakan diantaranya adalah sebagai berikut.
1)
Jujur dalam
bicara dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
2)
Sabar dalam
mengatasi segala permasalahan dalam keluarga.
3)
Menghormati dan
menghargai orang tua
4)
Disiplin dalam
menjalankan ibadah kepada Allah swt.
5)
Bersikap sopan
dalam menghadapi tamu, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih
muda.
6)
Bersyukur
terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah swt. Dan memanfaatkan nikmat yang
dikaruniakan untuk hal yang bermanfaat.
7)
Bersikap qonaah
dalam hidup, menjauhi sikap ria sombong dan takabur.
8)
Saling menegur
dan menasehati dengan penuh kasih sayang, membiasakan musyawarah dalam memecahkan
masalah dalam keluarga.
d. Nasehat
dan Teguran Sebagai Bentuk Kasih Sayang
Dalam
memberikan nasehat dan teguran ada beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya adalah sebagai berikut.
1)
Teguran dan nasihat
harus dilandasi asas kelembutan
Menasehati
seseorang haruslah dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, tidak boleh
membentak atau dengan cara kekerasan kecuali dalam urusan tertentu seperti
ketika melihat kemungkaran yang sudah tidak bisa ditolerir. Pada dasarnya manusia mempunyai perasaan yang
lembut dan akan mudah tersinggung manakala mendengarkan kata-kata yang tidak
mengenakan hatinya.
Dalam
memberikan ajakan atau nasehat kepada orang lain Allah swt, berfirman :
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya :”
serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah ([61]) dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS.an-Nahl : 125)
Ayat tersebut menerangkan agar ketika kita
mengajak orang lain hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, salah satunya
dengan sikap yang baik dan penuh kelembutan. Dengan demikian, pihak yang
dinasihati atau ditegur akan benar-benar merasakan niat baik dari pihak yang
memberi nasihat. Dengan asas kelembutan dan kasih sayang, nasihat dan teguran
akan mudah diterima, mengena dalam hati, dan membuahkan berkah.
2.
Yang harus
diperhatikan juga dalam menasehati dan memberikan teguran adalah penguasaan
tentang kondisi orang, tabiat, watak masyarakat, dan waktu
Ketika menasehati atau memberikan tegurang
terhadap seseorang hendaklah memperhatikan kondisi orang tersebut, tabiat,
watak dan juga waktu, dengan demikian, cara penyampaian dan metode pelaksanaan
akan sesuai dengan kadar dan kemampuan. Cara penyampaian kepada orang awam
tentu berbeda dengan cara penyampaian kepada orang yang terpelajar. Demikian
juga antara orang pandai dan orang jahil. Abbas al-Anbari berkisah, “Aku
pernah berjalan bersama Abu Abdillah (al-Imam Ahmad) di kota Basrah. Lalu aku
mendengar seseorang berkata kepada orang lain, ‘Wahai anak zina!’ Orang itu pun
membalas, ‘Apa anak zina!?’ Aku pun berhenti, sementara Abu Abdillah terus
berjalan. Lalu, al-Imam Ahmad menoleh ke arahku, ‘Wahai Abul Fadhl, ayo terus
jalan!’ Aku mengatakan, ‘Kita telah mendengar (apa yang mereka ucapkan), kita
wajib (mengingatkan).’ Al-Imam Ahmad segera menjawab, ‘Peristiwa tadi tidak
termasuk’.”[62]
Saat
itu, al-Imam Ahmad tidak mengingatkan pelaku (yang mengucapkan kata-kata kotor)
karena orang itu berasal dari kalangan rendahan. Peristiwa tersebut memberikan
pelajaran buat kita agar tidak serta merta memberikan nasehat dan teguran pada
seseorang, tetapi hendaknya memperhatikan saat dan kondisi yang tepat agar nasehat yang kita berikan
bisa diterima dengan baik.
3)
Saat menegur
atau menyampaikan nasihat, pertimbangkanlah baik buruknya, maslahat dan
mafsadahnya
Ibnul Qayyim (I’lamul Muwaqqi’in 3/4) menjelaskan,
“Sesungguhnya, Nabi Muhammad saw. telah menetapkan syariat untuk umatnya dalam
hal mengingkari kemungkaran, dengan tujuan munculnya kebaikan yang dicintai
oleh Allah swt.dan Rasul-Nya. Apabila konsekuensi dari mengingkari satu bentuk
kemungkaran adalah menimbulkan kemungkaran yang lebih besar lagi dan lebih
dimurkai oleh Allah swt.dan Rasul-Nya, tidak diperkenankan untuk mengingkarinya
meskipun Allah swt.membencinya dan membenci pelakunya. Siapa saja yang
memerhatikan berbagai peristiwa yang pernah terjadi dalam Islam, baik besar
maupun kecil, ia pasti menemukan bahwa ajaran semacam ini telah diabaikan.
Demikian juga kurangnya kesabaran dalam mengingkari kemungkaran sehingga ia
berusaha menghilangkannya dengan tergesa-gesa.
Akhirnya, usahanya justru menimbulkan
kemungkaran yang jauh lebih parah. Sungguh, Rasulullah saw., telah menyaksikan
kemungkaran terbesar di Makkah, namun beliau Nabi Muhammad saw. tidak dapat
mengubahnya. Bahkan, sekalipun Makkah telah dibukakan oleh Allah swt. untuk
beliau dan menjadi negeri Islam, ditambah keinginan kuat beliau untuk mengubah
letak Ka’bah dengan mengembalikannya pada posisi fondasi Ibrahim. Akan tetapi,
itu semua beliau Nabi Muhammad saw. urungkan, padahal beliau mampu. Beliau Nabi
Muhammad saw. khawatir hal itu akan menimbulkan kemungkaran yang lebih parah,
yaitu penolakan dari Quraisy, sementara mereka baru saja masuk ke dalam Islam
dan baru beberapa saat terlepas dari kekafiran.”[63]
Begitu
sabarnya baginda Rasulullah saw., dalam meberikan pendidikan dan nasihat
terhadap umat-Nya , beliau tidak terburu-buru dalam memberikan arahan-arahan,
segala yang akan beliau sampaikan terlebih dahulu direnungkan dan dikaji secara
mendalam agar mudah diterima dan memberikan dampak yang baik kepada umat
manusia.
Sikap Rasulullah
saw., tersebut hendaknya kita jadikan sebagai pedoman dalam memberikan nasihat
kepada seseorang, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan
masyarakat. Nasihat atau teguran bukan berarti mencari-cari kekurangan orang
lain yang seolah-olah menyalahkan dan memojokan akan tetapi nasihat dan teguran
merupakan bentuk kasih sayang sesama umat Islam agar selau berada di dalam
jalan yang lurus. Menasehati seseorang dari akhlak tercela menuju akhlakul
karimah adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan secara bijaksana
sehingga tidak menimbulkan sakit hati terhadap orang yang kita tegur.
e. Adab
Anak Terhadap Orang Tua
Dalam
kehidupan keluarga sering dijumpai seorang anak yang menentang orang tuanya
sendiri, bahkan ada yang berani melawan orang tua dengan kekerasan sampai
berujung pada pembunuhan, kejadian ini
sangatlah memilukan. Dimanakah akhlak seorang anak terhadap orang tuanya yang
telah membesarkan, merawat, dan membiayai hidupnya sampai tumbuh dewasa?, padahal
dalam Al-Qur’an Allah Swt. Berfirman.
*
ö@è% (#öqs9$yès? ã@ø?r& $tB tP§ym öNà6/u öNà6øn=tæ ( wr& (#qä.Îô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ( wur (#þqè=çFø)s? Nà2y»s9÷rr& ïÆÏiB 9,»n=øBÎ) ( ß`ós¯R öNà6è%ãötR öNèd$Î)ur ( wur (#qç/tø)s? |·Ïmºuqxÿø9$# $tB tygsß $yg÷YÏB $tBur ÆsÜt/ ( wur (#qè=çGø)s? [øÿ¨Z9$# ÓÉL©9$# tP§ym ª!$# wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ö/ä3Ï9ºs Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ ÷/ä3ª=yès9 tbqè=É)÷ès? ÇÊÎÊÈ
Artinya: “ Katakanlah:
"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah
kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian
itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)”. (Q.S. al- An am
;151)
Ayat
di atas menegaskan kepada kita untuk berbuat baik terhadap orang tua dan
melarang kita untuk membunuh jiwa yang yang diharamkan menurut syareaat. Orang
tua muslim bertanggung jawab untuk memelihara lingkungan bersih begi anaknya
guna memenuhi hak-hak anak dalam memperoleh suasana yang dapat menyelamatkan
mereka dari api neraka, pelanggaran semacam ini adalah dosa.
Banyak
kejadian orang tua yang membiasakan hal buruk pada anaknya, sehingga dikemudian
hari menyebabkan putra-putranya terbiasa dengan perbuatan-perbuatan dosa itu.
Contoh kasus yang kita temukan dalam masyarakat, misalnya:
1)
Orang tua
membiarkan anak tidak mensucikan badan maupun tempat yang dikencinginya setelah
anak kencing.
2)
Orang tua menyuruh
anak berbohong kepada orang lain. Misalnya, seorang datang menagih hutang, lalu
orang tua menyuruh menemui orang tersebutuntuk memberitahukan bahwa orang
tuanya pergi beberapa beberapa hari belum pulang, padahal sebenarnya ketika itu
orang tua ada didalam kamar atau dapur. Menyuruh anak berbohong semacam ini
berarti telah menanamkan akhlak tercela pada anak.
3)
Orang tua
sering minum minuman keras di depan anaknya.Hal semacam ini secara tidak
langsung mendidik anaknya dengan perbuatan dosa, padahal anak harus dijauhkan
dari pengaruh minuman haram.
Contoh
akhlak dan adab buruk lainya, antara lain :
1)
Makan dengan
tangan kiri
2)
Masuk rumah
tanpa salam
3)
Makan tanpa
membaca bismillah terlebih dahulu
4)
Membuang muka
ketika bertemu orang lain
5)
Bermasam muka
terhadap orang lain
6)
Menggunjing
orang lain, dll.
Upaya
orang tua dalam bertaubat dari perbuatan durhaka terhadap anaknya, antara lain
:
Ø Menyuruh anaknya menghentikan hal-hal buruk yang terlanjur
ditanamkanya dahulu
Ø Berusaha memperbaiki akhlak buruk anaknya dengan mengajak melakukan
akhlak Islam
Ø Terus menerus mengajak anaknya untuk meninggalkan akhlak yang
buruk, karena akhlak semacam itu akan menjrumuskanya kedalam siksa neraka.
Ø Meminta maaf terhadap anaknya karena telah menanamkan akhlak yang
buruk.
Sebaliknya,
anak yang mendapati orang tuanya telah bertaubat dari kesalahanya menanamkan akhlak
yang buruk hendaklah berlapang dada menerima ajakan orang tuanya untuk
meninggalkan akhlak yang burukdan memulai melaksanakan akhlak Islam. Begitu
juga anak membuka pintu bagi orang tuanya untuk memberikan maaf atas kesalahan
terhadap dirinya pada masa lalu sehingga mengakibatkanya berakhlak buruk.[64]
Anak
juga harus memiliki prilaku yang baik terhadap kedua orang tuanya. Diantara
adab anak terhadap orang tua adalah sebagai berikut.
1.
Mendoakan kedua
orang tua dengan penuh keikhlasan, agar diampuni segala dosa-dosanya, diberi
kemudahan dalam urusan risqi, dimudahjan dalam segala urusan dan sebagainya.
2.
Mencium tangan
dan berpamitan mana kala hendak bepergian jauh.
3.
Berkata lemah
lembut terhadap kedua orang tua, tidak membentak serta mengucapkan kata-kata
yang menyakiti hati orang tua, seperti cis, hus, dll.
4.
Mematuhi segala
perintah orang tua yang tidak bertentangan dengan syareat ajaran agama Islam.
5.
Menjaga nama
baik orang tua dengan tidak mengatakan kejelekan-kejelekan orang tua di depan
orang lain.
6.
Memberikan
kasih sayang kepada orang tua dengan tulus sebagaimana orang tua mengasihi kita
dikala masih kecil.
7.
Merawat dan
menjaga orang tua, terlebih apabila sudah memasuki usia renta.
8.
Selalu bersikap
jujur dalam berbicara kepada orang tua
9.
Tidak melakukan
perbuatan yang menyebabkan orang tua menjadi malu dan marah karena perbuatan
itu tidak terpuji.
10.
Membantu
mencukupi kebutuhan hidup orang tua manakala anak sudah memisahkan diri dengan
orang tua.
11.
Menjalin
silaturahmi dengan orang tua apabila anak memiliki tempat tinggal yang jauh
dari orang tua.
Allah
swt. Memerintahkan kita agar berbuat baik terhadap kedua orang tua, hal ini
terdapat dalam firmanya sebagai berikut.
* 4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7t x8yYÏã uy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdxÏ. xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2 ÇËÌÈ
Artinya
:” dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia”. (QS. Al- Isro : 23) .Mengucapkan kata
Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata
atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Ayat
di atas memerintahkan kepada kita agar berbuat baik terhadap kedua orang tua,
kita dianjurkan untuk merawat mereka manakala orang tua kita sudah lanjut usia.
Allah melarang kita membentak orang tua kita dengan perkataan “ah” atau
kata-kata yang lain sejenisnya yang bisa menyakiti hati orang tua. Sebaliknya
kita diperintahkan untuk berkata yang baik kepada kedua orang tua kita dengan
nada yang halus dan lemah lembut.
Dalam
ayat yang lain Allah swt. Berfirman.
Ï%©!$#ur tA$s% Ïm÷t$Î!ºuqÏ9 7e$é& !$yJä3©9 ûÓÍ_ÏR#yÏès?r& ÷br& ylt÷zé& ôs%ur ÏMn=yz ãbrãà)ø9$# `ÏB Î=ö7s% $yJèdur Èb$sWÉótGó¡o ©!$# y7n=÷ur ô`ÏB#uä ¨bÎ) yôãur «!$# A,ym ãAqà)usù $tB !#x»yd HwÎ) çÏÜ»yr& tûüÏ9¨rF{$# ÇÊÐÈ
Artinya:
“ dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu
keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan
dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua
ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan:
"Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar".
lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu
belaka".
Dari
ayat di atas bisa kita simpulkan bahwa kita dilarang mendurhakai kedua orang
tua kita karena “ Ridldo Allah terdapat pada ridlo kedua orang tua kita dan
murka Allah terdapat pada murka orang tua kita ”, untuk itu sikap kita
harus berhati-hati jangan sampai menimbulkan kemurkaan terhadap orang tua kita.
Marilah kita ciptakan kehidupan dalam keluarga yang harmonis, penuh dengan
nuansa ibadah dan prilaku yang berakhlakul karimah.
Dalam
mendidik akhlak anak haruslah dengan penuh kesabaran dan penuh kehati-hatian,
jangan sampai kita keliru dalam mendidik akhlak anak. Ketika nabi Ibrohim masih
kecil, berdialog kepada ayangnya tentang Tuhan. Dan kesimpulanya bahwa Tuhan
telah memberi petunjuk kepada manusia bahwa memperTuhan benda adalah sangat
keliru.
Dengan
demikian, dunia anak sangat penting diperhatikan. Apabila keliru dalam mendidik
akhlak anak, bisa jadi dunia anak tidak akan mengenal akhlak yang lebih lanjut
anak dapat melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan lain sebagainya.
Contoh dalam pendidikan akhlak, apabila anak-anak sekolah berdusta di dalam
segala apa yang mereka bicarakan, didukung para gurunya juga berdusta dalam
mengajar dan segala pembicaraanya, maka masyarakat(anak-anak) tidak dapat
berujud. Dan apabila dunia anak terancam demikian, masyarakat yang akan datang
tidak dapat berujud karena adanya tiap-tiap yang dibicarakan menjurus dusta.
Dan yang membekas dan berujud pada masyarakat yang rusak dan rendah
martabatnya.
Maka
model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik, atau itu buruk,
apabila seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita itu jelek/ buruk
namun kita tidak seharusnya berkata demikian. Sebab dapat menyakiti hati dan
patah semangat. Tetapi kita beri semangat dan dorongan yang dapat dapat memacu
dan bergiatnya si anak.
Selain
dari pada itu, kisah Luqman yang diberi hikmah oleh Allah. Hal ini dijelaskan
di dalam surat Luqman : 12 :
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬!
4 `tBur öà6ô±t $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ
Artinya: “dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang
tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Kelanjutan
kisah Luqman yang termuat dalam ayat di atas, bahwa beliau menasehati dan
member pesan kepada generasi selanjutnya (anak-anak) untuk mewarisi
nilai-nialai akhlak sebagai berikut :
a)
Dilarang
berbuat syirik (menyekutukan ) Allah (Luqman : 13)
b)
Kewajiban
berbakti kepada kedua orang tua (Luqman :14)
c)
Keharusan tetap
berbakti kepda kedua orang di dunia saja, karena kesyirikan mereka (Luqman :
15)
d)
Perintah
menegakan solat, amar ma’ruf, nahi mungkar dan sabar (Luqman 17)
e)
Tidak boleh
bersifat sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri ( Luqman : 18)
f)
Perintah
bersikap sopan santun dalam berjalan atau berbicara (Luqman : 19)
Di
dalam kitab “Durratun Nasihin” dijelaskan bahwa ada 10 (sepuluh) hak yang harus
ditunaikan akan kepada kedua orang tuanya :
a.
Memberikan
makan apabila dibutuhkan
b.
Memberi
pengabdian apabila diperlukan
c.
Mendatangi
apabila dipanggil
d.
Menaati apabila
diperintah selain maksiat
e.
Berbicara
dengan lemah lembut dan tidak kasar
f.
Memberikan
pakaian bila diperlukan, sedang ia mampu
g.
Berjalan
dibelakangnya
h.
Mengusahakan
kerelaanya, dengan suatu yang dia sendiri rela
i.
Menjauhkan
daripadanya sesuatu yang dia sendiripun menjauhiya
j.
Berdoa untuknya
dengan memohonn ampunan setiap ia mendoa untuk dirinya sendiri.[65]
Demikianlah
beberapa hal tentang kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tuanya.
Jadilah anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan jangan sampai kita
menjadi anak yang durhaka.
Banyak
cerita maupun dongeng tentang anak durhaka yang berani terhadap kedua orang
tuanya. Namun tidak pernah ada cerita tentang anak durhaka tersebut mendapat
kehidupan yang mulia dan bahagia. Hidupnya akan sengsara, penuh derita baik di
dunia maupun kelak di akhirat. Orang bilang “Ala-ala wong tuwo melati”keadaan
fisik orang tua memang sudah renta dimakan usia, rupanya jelek, namun ucapanya
memiliki tuah yang mustajab bagi anaknya.[66]
Sebaliknya
banyak juga kisah tentang anak sholeh yang pada akhirnya mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat karena ketaatan dan kasih sayangnya kepada
kedua orang tuanya.
Diceritakan
bahwa Nabi Musa As. Berkata demikian : “ Ya Tuhanku, tunjukanlah kepada saya
teman saya di dalam sorga !” Firman Allah ta’aalaa : “ pergilah engkau musa, ke
negeri ini, di pasar ini, maka disitulah ada seorang laki-laki penjual daging
yang wajahnya seperti demikian, itulah temanmu di dalam surga.” Nabi Musa As.,
pun pergi ke took/warung yang telah ditunjukan kepadanya, dan berdiri di tempat
itu sampai tenggelam mata hari.
Penjual
daging itu mengambil sepotong daging dan melemparkan /memasukanya kedalam bakul
dan ketika hendak pulang, Nabi Musa berkata kepadanya :” Apakah engkau
mempunyai tamu? Penjual daging itu
menjawab “ya”. Maka Nabi Musa As., pergi bersamanya sehingga masuk di rumahnya.
Penjual daging taddi berdiri dan masak gulai yang enak, lezat dari daging
tersebut, kemudian ia mengeluarkan bakul yang di dalamnya ada seorang wanita
tua Bangka lagi lemah sekali sehingga seperti anak burung merpati. Penjual
daging itu mengeluarkan si wanita tua tadi sambil menjunjungnya, dan menaruhkan
makanan dimulutnya sehingga kenyang. Kemudian penjual daging itu mencuci
pakaianya dan menjemurnya sehingga kering serta memakaikanya kembali dibakul
seperti semula. Wanita tua tersebut menggerak-gerakan dua bibirnya. Nabi Musa
As., berkata :” Sungguh saya mengetahui dua bibirnya mengucapkan “, : “ Ya
Allah, jadikanlah anakku ini teman bagi Musa di dalam surga. “
Kemudian
penjual daging itu mengambil situa tadi dan menggantungkanya pada sebatang kayu.
Nabi Musa As., bertanya : “ Apakah yang telah engkau perbuat ?” Kata penjual
daging itu :” Ini adalah Ibuku yang sudah lemah lunglai, sehingga tidak mampu
duduk.” Kata Musa As., : “ Engkau berbahagia, saya adalah Musa dan engkau
adalah menjadi temanku di dalam surga ; semoga saja Allah memudahkan pertemuan
kita di dalam surga dengan sebab kemuliaan asma Nya yang indah dan sebab
kemuliaanya manusia yang paling utama (Nabi Muhammad saw.) [67]
Kisah
tersebut bisa dijadikan sebagai Ibroh buat kita agar lebih memuliakan
terhadap kedua orang tua kita apapun keadaanya. Ingatlah bahwa doa yang
dipanjatkan orang tua kita akan di dengan dan dikabulkan oleh Allah swt.,
sebagaimana yang telah dikisahkan dalam cerita di atas.
Jika
seorang anak mengerti akan tugas dan kewajibanya terhadap kedua orang tuanya,
maka bisa dikatakan anak tersebut adalah anak yang solih. Akan tetapi apabila sebagai
seorang anak tidak mampu menjalankan kewajibanya terhadap kedua orang tuanya
bahkan berbuat aniaya serta menyakiti hati mereka maka bisa dikatakan anak
tersebut sebagai anak yang durhaka yang akan mendapatkan balasan dari Allah
berupa adzab yang pedih (naudzubillahi min dzalik).
Dengan
demikian diperlukan berbagai upaya untuk membentuk akhlak anak agar menjadi
anak yang berbakti kepada kedua orang tua, tahu hak dan kewajibanya, memiliki
kepribadian yang baik dan mampu menjadi hiasan dan dalam keluarga. Anak juga
diharapkan bisa mengharumkan nama orang dengan berperilaku baik di dalam lingkungan
keluarga maupun masyarakat patuh dan taat menjalankan perintah agama.
f. Indahnya
Keluarga yang Menanamkan Nilai-Nilai Akhlakul Karimah
Keluarga
yang sakinah, mawadah warrahmah adalah dambaan bagi setiap manusia, setiap
keluarga berusaha untuk menciptakan hal tersebut. Apabila seluruh anggota
keluarga memiliki akhlak yang baik maka kebahagiaan itu akan bisa diraih.
Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang dalam keseharianya terjadi hubungan
yang harmonis antara sesama anggota keluarga. Orang tua menyayangi
anak-anaknya, sebaliknya anak penuh kasih sayang terhadap orang tuanya. Orang
tua mampu membimbing anaknya untuk berprilaku yang baik, rajin beribadah dan
sopan terhadap lingkunganya. Memiliki sikap qonaah, tidak sombong dan takabur
walaupun memiliki kekayaan yang berlimpah atau hal lain yang bisa dibanggakan.
Keluarga
yang berhasil mnciptakan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam kehidupan
sehari-hari, akan merasakan keindahan hidup. Anak merupakan anugrah Allah swt.
yang dititipkan kepada kita untuk dididik menjadi manusia yang berguna, manusia
yang bisa membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Rasulullah
saw., Bersabda dalam sebuah hadis sebagai berikut.
سُئِلَ صَلَي الّلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اَكْثَرِ مَا يَدْخُلُ
النّاسُ الْجَنَّةَ. فَقَالَ تَقْوَي اللّه وَحُسْنُ الْخُلُق ِ رواه الترمزي
Artinya : “Nabi
Saw. Pernah ditanya dari kebanyakan hal yang bisa memasukan kedalam surga,
kemudian Nabi Saw. Menjawab, yaitu orang yang berkaqwa kepada Allah dan bagus akhlaknya”.
(HR. Turmudzi).
Untuk
mewujudkan kebahagiaan keluarga di dalam Islam terdapat seperangkat norma hukum
yang mengatur hak dan kewajiban pada setiap anggota keluarga. Oleh karena itu,
perilaku manusia yang baik terhadap hubungannya dengan keluarga adalah yang
mematuhi norma hukum keluarga yang telah ditetapkan oleh Allah swt. di dalam
Al-Qur’an.[68]
Sebagai contoh, seorang anak tidak boleh mengucapkan kata-kata “ah” atau
menunjukan perilaku yang tidak disenangi oleh orang tuanya. Hal ini berarti
seorang anak yang patuh kepada orang
tuanya memiliki perilaku yang mulia terhadap orang tuanya.
Jika
anak memiliki akhlak yang mulia, maka
keluarga akan nampak harmonis, orang tua merasa senang dan keindahan hidup
dalam keluarga akan tercipta.
C.
AKHLAKUL KARIMAH DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT
Kehidupan
di lingkungan masyarakat akhir-akhir ini mengalami kemrosotan akhlak, banyakya
perbuatan menyimpang yang tidak sesuai dengan ajaran agama kerap terjadi,
seperti tawuran antar pelajar, tawuran antar suku dan penduduk pedesaan serta
perkotaan, perampokan, pembunuhan, perkembangan pemakaian minuman keras dan
narkoba yang semakin sukar untuk di brantas, perzinaan, pemerkosaan, prilaku
sex bebas di kalangan pemuda dan remaja, pejabat yang korupsi dan berbagai
kasus kejahatan dan penyimpangan moral lainya hampir setiap hari kita lihat
lihat dalam tayangan televisi. Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat kita
masih membutuhkan pendidikan akhlak yang benar-benar diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dalam lingkungan.
Kehidupan
masyarakat yang mengalami kemrosotan akhlak sebenarnya bisa diperbaiki dengan
penanaman nilai-nilai akhlakul karimah kepada seluruh anggota masyarakat, hal
tersebut bisa ditempuh melalui berbagai cara, seperti pengajian, penyuluhuan,
musyawarah Rt, Rw, dakwah melalui media, penegakan hukum yang tegas bagi pelaku
kejahatan, pembiasaan bersalaman apabila bertemu dengan sesama anggota
masyarakat, melakukan kerjabakti dan gotong-royong untuk memperkokoh
persaudaraan, pendirian TPQ dalam rangka pendidikan akhlak sejak usia dini, Pemberian suri tauladan yang baik dari para
tokoh masyarakat, dan yang paling penting adalah pengamalan ibadah dengan
menjalankan perintah agama dengan sebaik–baiknya. Orang yang memiliki keimanan
dan mau melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya maka Insya Allah akan
terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama dan merugikan masyarakat.
a. Tuntunan
Al Qur’an dalam Membina Kehidupan Masyarakat
Dalam
Islam kehidupan dilingkungan masyarakat sangat diperhatikan, Islam mengatur
bagai mana cara menciptakan masyarakat yang baik, karena Islam tidak cuma
mengajarkan hablu minAllah tetapi juga hablu minannas. Masyarakat
yang baik adalah masyarakat yang adil, aman, sejahtera, memiliki pemimpin yang
bijaksana, mau menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar. Pembiasaan
musyawarah dalam pengambilan keputusan merupakan syarat terciptanya kehidupan
masyarakat yang harmonis. Musyawarah tersebut juga dicontohkan oleh para
pemimpin Islam pada masa lalu dalam mambangun masyarakat.
Allah swt. Berfirman.
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya
:”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
(Q.S. ali- Imron ; 159)
Ayat
di atas merupakan perintah Allah swt. untuk memperlakukan masyarakat dengan
lemah lembut dan membiasakan bermusyawarah dalam berbagai urusan.
Beberapa
manfaat musyawarah adalah sebagai berikut :
1)
Masalah akan
mudah terselesaikan
2)
Hasil keputusan
musyawarah merupakan suara orang banyak jadi bisa diteria oleh semua pihak
3)
Musyawarah
adalah janan terbaik untuk menyelesaikan masalah tanpa adanya konflik
berkepanjangan
4)
Urusan yang
diselesaikan dengan jalan musyawarah lebih bermanfaat karena tidak berasal dari
satu pemikiran seseorang melainkan melaui masukan dari banyak orang
5)
Musyawarah
mewujudkan suasana kekeluargaan dan kebersamaan.
Akhlak
yang mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di atas jalur Al-
Qur’an dan perbuatan Nabi Muhammad saw. dan Allah swt. menetapkan akhlak mulia
bagi nabi Muhammad saw. Dalam sikkap dan perbuatan. Seperti dalam Al-Qur’an
surat Qalam ayat 4. “ Dan sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang
mulia”. Yang Ayat lain yang dapat
dijadikan pedoman yang baik bagi setiap muslim yang beriman adalah surat al
Ahzab ayat 21. Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memelihara
norm-norma (agama) di masyarakat terutama di dalam pergaulan sehari-hari baik
keluarga rumah tangga,kerabat, tetangga dan lingkungan kemasyarakatan.
Konsep
kehidupan masyarakat yang paling baik adalah pada masa Rasulullah saw., dimana
masyarakatnya hidup rukun, aman, sejahtera, hak-hak fakir miskin terpelihara,
hukum ditegakan dengan adil, kehidupan masyarakat madinah pada waktu itu
dijadikan sebagai rujukan untuk membentuk kehidupan masyarakat pada zaman
sekarang, konsep tersebut dinamakan masyarakat madani. ‘Masyarakat Madani’
merupakan konsep inovatif bagi istilah yang pada awalnya muncul pada dunia ilmu
pengetahuan sosial dengan nama civil society. Transformasi masyarakat
dalam menuju ke arah masyarakat madani perlu diawali pemahaman yaitu bahwa
masyarakat sebagai satu system social yang di dalamnya terdapat aspek
structural, cultural, dan proses-proses sosial. Perubahan masyarakat tidak akan
terjadi tanpa adanya perubahan struktural dan atau cultural yang dipengaruhi
faktor internal dan atau eksternal masyarakat itu sendiri. Aspek structural
meliputi segala segala bentuk tatanan organisasi dan kelembagaan masyarakat,
antara lain adalah perubahan aspirasi masyarakat yang dapat diakselerasi dengan
perekayasaan perubahan structural.[69]
Masyarakat
madani adalah masyarakat yang hidup teratur sesuai dengan tuntunan agama, menjunjung
tinggi nilai-nilai ketaukhidan dan akhlakul karimah. Islam mengajarkan untuk
hidup saling berdampingan dalam masyarakat, saling menghormati dan menghargai.
Islam melarang melakukan tindakan sewenang – wenang, tindakan sewenang-wenang
merupakan akhlak yang tercela dan dibenci oleh Allah swt. Allah swt. Berfirman.
úïÏ%©!$# tbqä9Ï»pgä þÎû ÏM»t#uä «!$# ÎötóÎ/ ?`»sÜù=ß öNßg9s?r& ( uã92 $¹Gø)tB yZÏã «!$# yZÏãur tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä 4 Ï9ºxx. ßìt7ôÜt ª!$# 4n?tã Èe@à2 É=ù=s% 9Éi9s3tFãB 9$¬6y_ ÇÌÎÈ
Artinya:”
(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang
sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di
sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang
sombong dan sewenang-wenang”. (Q.S. al- Mukmin :35)
Ayat
di atas menjelaskan bahwa perbuatan sombong, dan sewenang-wenang merupakan
perbuatan yang dilarang oleh Allah swt. Bahkan Allah akan mengunci mati hatinya
bagi orang yang melakukan hal tersebut, perbuatan sewenang-wenang hanya
dilakukan oleh orang yang tidak berakhlak dan orang-orang yang egois yang
mengininkan kebahagiaan dirinya sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang
lain.
Adat
kebiasaan manusia sebagai mahluk sosial adalah bergaul dengan sesamanya. Namun
sebagian orang tidak mengetahui bagaimana menyapa seseorang apabila akan mulai
berkomunikasi. Mereka yang jarang bergaul di masyarakat, akan kelihatan
canggung dan kaku apabila akan melakukan interaksi. Kata-kata yang akan
mengawali pembicaraan itu, bagi yang tidak mengenal etika bergaul memang
dirasakan sebagai suatu kesulitan. Akibatnya komunikasi diantara mereka Nampak
tidak lancar.
Sebenarnya
Allah swt, telah memberi petunjuk kepada manusia agar saling mengucapkan salam
apabila ketemu. Salam menurut ajaran Islam memiliki nilai luhur, karena dengan
mengucapkan salam, mereka saling mendoakan, agar selalu dalam keadaan selamat.
Ucapan salam bila saling bertemu, baik secara pribadi maupun dalam satu majlis.
Salam
merupakan salah satu etika pergaulan dalam Islam yang bisa dilakukan oleh siapa
saja, mulai dari yang kecil kepada yang
besar, yang tua kepada yang muda dan lain sebagainya. Dengan salam diharapkan
hubungan silaturahmi diantara sesama anggota masyarakat semakin terbina dengan
baik, salam merupakan pembuka komunikasi yang disunahkan oleh Rasulullah saw.,
Kemudian
mengenai akhlak terhadap sesama dalam lingkungan masyarakat Allah swt.,
mengajarkan agar kita tidak berlaku sombong, menghina, dan memandang rendah
orang lain. Allah swt., berfirman :
wur öÏiè|Áè? £s{ Ĩ$¨Z=Ï9 wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøèC 9qãsù ÇÊÑÈ
Artinya :” dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
(QS. Luqman :18)
Ayat
di atas memerintahkan kepada kita agar menjauhi sifat sombong, karena
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang–orang yang sombong dan membanggakan
diri. Dalam kehidupan bermasyarakat sifat sombong merupakan bentuk akhlak
tercela yang harus dihindari.
Dari
paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Akhlakul Karimah merupakan hal yang
mutlak harus dimiliki setiap manusia dalam membina kehidupan di lingkungan
masyarakat, agar tercipta masyarakat yang kondusif, masyarakat yang
didamba-dambakan oleh umat Islam yaitu masyarakat yang ‘baldatun toyyibatun
warobbun ghofur’, seperti pada masa
Rasullullah saw. yang sering di sebut dengan ‘Masyarakat Madani’.
b. Lingkungan
yang Baik Berperan Dalam Pembentukan Akhlak yang Mulia
Lingkungan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis dan akhlak seseorang, lingkungan
yang baik dominan dalam mewujudkan masyarakat yang baik , sebaliknya lingkungan
yang buruk sangat berpotensi pula menjadikan masyarakat melakukan
perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Sebagai contoh kehidupan dilingkungan
perkotaan yang kotor, kumuh, padat penduduk dan jauh dari pengawasan pemerintah
maupun aparat keamanan biasanya banyak terjadi aksi kejahatan, seperti
pencopetan, pemalakan, peredaran miras atau narkoba, kekerasan terhadap anak
kecil dan perempuan serta perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji lainya. Apalagi
kalau dalam lingkungan tersebut tidak terdapat tempat ibadah atau tempat pendidikan
yang bisa dijadikan sebagai sarana pembentukan akhlak yang baik, ditambah tidak
adanya perhatian dari tokoh masyarakat atau aparat pemerintah setempat, maka
lingkungan tersebut akan menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan kajahatan
dan penyimpangan moral.
Untuk
mengatasi hal tersebut perlu adanya pembenahan yang terus menerus baik dari
sisi ‘struktural’, ‘kultural’, ‘infrastruktur’
(penataan tata kota) serta yang paling penting adalah pembenahan dalam
pengamalan dan pendalaman agama. Jikalau semua bisa berjalan dengan baik maka
lambat laut akan terjadi perubahan pola kehidupan masyarakat kearah yang
positif.
Masyarakat
yang baik adalah masyarakat yang mampu membedakan hal yang baik dan buruk serta
memilki kemauan untuk selalu berusaha menuju arah yang lebih baik, sebagai
contoh : orang yang tadinya bergelut dalam dunia kejahatan kemudian berubah
menjadi orang yang bekerja secara halal, orang yang berperilaku buruk berubah
sedikit-demi sedikit menjadi berperilaku yang baik. Perubahan ke arah positif
ini jika dilakukan oleh semua pihak maka akan menciptakan kehidupan masyarakat
yang harmonis, kondusif, jauh dari kejahatan moral.
Kehidupan
masyarakat yang berakhlakul karimah merupakan dambaan semua orang yang
menginginkan anggota keluarganya menjadi manusia yang jauh dari perbuatan-
perbuatan yang tercela.Begitu besar peran lingkungan dalam membentuk karakter
serta akhlak pada masyarakat, untuk itu jadikanlah lingkungan kita menjadi
lingkungan yang baik agar diri kita dan keluarga kita serta seluruh masyarakat
kita menjadi masyarakat yang baik, masyarakat yang berakhlakul karimah.
c. Sikap
Santun dan Rendah Hati Mewujudkan Kedamaian dalam Kehidupan
Islam
adalah agama yang menjunjung tinggi budi pekerti, puncak spiritualitas
keagamaan umat Islam adalah bagaimana menjadi manusia yang memilki kedudukan
yang tinggi di hadapan Allah dengan taqwa dan akhlak yang mulia. Islam tidak
mengajarkan menjadi manusia menjadi pintar dalam urusan agama tetapi berakhlak
buruk, Islam mengajarkan untuk menjadi manusia yang pandai dalam urusan agama
dan baik akhlaknya serta takwa dengan penuh keimanan.
Islam
mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang santun, tawadlu (rendah hati)
karena kedua sikap tersebut bisa mewujudkan terciptanya kedamaian dalam
kehidupan.
Dalam sebuah
syair disebutkan:
اِنَّالتَّوَاضُعَ مِنْ خِصَالِ الْمُتّقِيَِ وَبِهِ التَّقِيُّ اِلَي
الْمَعَالِ يَرْتَقِي
وَمِنَ الْعَجَائِبِ عَجْبُ مَنْ هُوَجَاهِلٌِ فِي حَالِهِ
اَهُوَالسَّعِيْدُاَمِ السَّقِي
اَمْ كَيْفَ يَحْتُمُ عُمْرُهُ اَوْرُوْحُهُ ِِ يَوْمَ ا لنَّوَي
مُتَسَفِّلٌ اَوْمُرْتَقِ
وَالْكِبْرِيَا ءُ لِرَبِّنَا صِفَةٌ بِهِ ِِ مَحْصُوْصَةٌ
فَتَجَنَّبَنَّهَا وَاتَّقِي
“Tawadlu adalah
sifat orang yang taqwa. Dengan tawadlu mereka memperoleh kemuliaan. Sungguh
sangat mengagumkan orang yang tahu diri. Dia bahagia atau celaka. Bagaimanapula
akhir hayatnya, dia mulia atau hina. Sifat merasa besar adalah sifat khusus
milik Allah. Maka jauhilah sikap takabur.”
Sifat
Tawadlu dalam lingkungan masyarakat dapat ditunjukan dengan prilaku sebagai
berikut :
1)
Menghargai
pendapat orang lain, tidak merasa pendapat sendiri yang paling baik
2)
Tidak
menyombongkan kemampuan yang dimilikinya
3)
Tidak bersikap berlebih-lebihan
dalam membelanjakan harta yang dimilikinya
4)
Bersikap sopan
terhadap orang lain dimanapun berada
5)
Selalu menjaga
perkataan dalam bergaul dalam lingkungan masyarakat, menghindari perkataan yang
bisa menyakiti hati orang lain.
6)
Bersikap
sederhana, bersahaja dan rendah hati dalam bergaul.
7)
Selalu
bersyukur dengan apa yang dimilikinya, tidak mengeluh dan berputus asa dari
nikmat Allah swt. dll.
Sikap
tawadlu jika deiterapkan dalam pergaulan di lingkungan masyarakat akan membawa
dampak yang positif, kerukunan hidup dalam masyarakat akan tercipta,
kesenjangan sosial yang menyebabkan kecemburuan sosial tidak akan terjadi
karena masyarakat tidak merasa menjadi orang yang paling hebat, paling
berkuasa, paling kaya dan lain sebagainya. Suasana seperti ini merupakan ciri
masyarakat yang diharapkan dalam Islam, yaitu masyarakat yang hidup damai,
menjalankan syareat ajaran agama dengan baik dan benar, berakhlakul karimah
dalam bergaul dan tidak merendahkan martabat orang lain.
d. Akhlak
tercela Dalam Masyarakat dan Solusinya
Masyarakat
merupakan kumpulaan manusia yang membentuk suatu kelompok dan melakukan
aktifitas secara bersama-sama sesuai dengan kepentinganya
masing-masing.Perilaku masyarakat berbeda-beda ada yang baik ada juga yang
buruk. Sebagai anggota masyarakat, kita harus memiliki hati yang sehat, jangan
sekali-kali memfitnah kepada seorang karena dampaknya sangat buruk. Rasulullah
saw., Menyatakan bahwa orang yang memfitnah tidak akan masuk ke janah.
Manusia
dicipta oleh Allah swt. sebagai mahluk social, yakni mahluk yang senantiasa
berhubungan dengan sesama manusia. Disadari atau tidak, kemampuan manusia
sangat terbatas. Untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup sendiri, harus bekerja
sama dan tolong-menolong dengan pihak lain. Kerja sama dan gotong royong akan
terwujud dengan baik apabila masing-masing orang mampu menjaga dirinya tidak
berakhlak tercela. Adapun beberapa akhlak tercela terhadap sesama manusia,
yakni hasad, dendam, gibah, fitnah dan namimah.
1) HASAD
Kata
hasad berasal dari bahasa Arab yang berarti iri hati, dengki, Iri berarti
merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung atau mendapat suatu
kesenangan . Iri adalah salah satu bentuk gangguan mental. Dikatakan gangguan mental
karena hati orang iri senantiasa gelisah jika melihat orang lain senang,
semakin sering melihat orang lain senang, semakin gelisah pula hatinya.
Apabila
rasa iri tidak dapat dikendalikan lagi, munculah perbuatan yang amat buruk,
yakni dengki. Denki merupakan akibat adanya sikap iri. Islam mendidik umatnya
untuk menjauhi sifat hasad.Allah swt. Berfirman sebagai berikut.
wur (#öq¨YyJtGs? $tB @Òsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3Ò÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# c%2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJÎ=tã ÇÌËÈ
Artinya: ”
dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.
(Q.S. an-Nisa/4 :32)
Rasulullah
saw., juga bersabda sebagai berikut.
أِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَفَاِنَّالْحَسَدَيَاْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا
تَاْكُلُ النَّارُالْحَطَبَ
Artinya:
“Janganlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasad itu merusak kebaikan
, sebagaimana api yang memakan kayu bakar”. (H.R. Abu Dawud nomor 4257 dari
Abu Hurairah).
Maksud
hadis diatas adalah bahwa apabila seorang memiliki sifat hasad. Sifat tersebut
dapat merusak pahala kebaikan yang telah dilakukan sebelumnya. Rusaknya pahala
kebaikan yang telah dilakukan seperti rusaknya kayu bakar yang termakan api.
Hal
tersebut menunjukan betapa bahayanya sifat hasad, kalau sifat ini dimiliki oleh
seseorang maka akan timbul kebencian terhadap orang lain. Orang yang membenci
seseorang kehidupanya akan diliputi kegelisahan dan kegundahan, mereka tidak suka
melihat saudaranya berhasil.
2) DENDAM
Perbuatan
dendam merupakan hal yang dilarang oleh Islam, dendam tidak bisa menyebabkan
selesainya masalah malah bisa menjadikan masalah berkepanjangan. Dendam adalah
menyimpan amarah dalam hati dalam waktu
yang lama. Orang yang memiliki rasa dendam akan marah apabila bertemu atau
disebutkan nama orang yang menyebabkan
dia menyimpan dendam. Dendam merupakan penyakit hati yang sukar untuk diobati,
untuk itu sebagai seorang muslim kita harus menjauhi rasa dendam.
Dalam
kehidupan di masyarakat seringkali kita jumpai orang yang saling mendendam,
sebagai contoh karena urusan batas tanah yang tidak terselesaikan maka kedua
belah pihak saling tidak terima dan akhirnya saling mendendam. Urusan pekerjaan
juga terkadang menjadikan seseorang menyimpan rasa dendam, umpamanya ada
seorang yang diejek ketika bekerja, pekerjaanya dianggap tidak baik kemudian
dipersalahkan dan dipermalukan di depan umum maka timbulah rasa dendam kepada
orang yang mengolok-olok pekerjaanya. Masih banyak kasus yang lain yang sering
kita jumpai dalam masyarakat.
Untuk
mengatasi hal tersebut dibutuhkan jiwa yang besar untuk dapat menerima
kekurangan orang lain, bersabar dalam menghadapi sikap orang lain yang tidak
menyenangkan. Sebagai seorang muslim harus bisa menjauhkan diri dari rasa dendam. Kita harus menyadari dampak
yang dirasakan akibat rasa dendam yang berkobar dalam hati kita. Apabila rasa
dendam menyelimuti diri kita maka segeralah untuk beristighfar, berdzikir
memohon kepada Allah swt. agar dijauhkan dari rasa dendam tersebut. Karena pada
dasarnya dendam adalah perbuatan Syaitan.
Untuk
mengatasi rasa dendam juga bisa dilakukan dengan cara melihat kelebihan orang
lain, melihat kekurangan-kekurangan pada diri kita. Kunci dari solusi untuk
mengatasi rasa dendam adalah pemberian maaf terhadap orang yang pernah
menyakiti hati kita, dengan saling memaafkan dan menyadari kesalahan
masing-masing maka masalah akan terselesaikan dengan baik dan tidak akan timbul
rasa dendam kelak dikemudian hari.
3) GHIBAH
Menceritakan
kejelekan-kejelekan seseorang bagi sebagian orang merupakan kegiatan yang
mengasyikan, sambil berkumpul dengan tetangga kemudian menceritakan aib
seseorang, tak terasa waktu sudah berjalan lama dan ceritanyapun melebar sampai
kemana-mana. Menceritakan kejelekan orang lain merupakan perbuatan gibah yang
dirarang oleh agama.
Kerugian
yang paling berbahaya dari ghibah adalah hancurnya kepribadian batin si
peng-ghibah. Orang yang melanggar jalan alami pemikiranya itu akan kehilangan keseimbangan
pikiran dan sistem perilaku yang luhur, disamping merugikan perasaan orang dengan mengungkapkan rahasia dan kesalahan
mereka.
Para
pakar akhlak menyebut sejumlah penyebab tersebarnya ghibah, yang terpenting
diantaranya adalah iri hati, marah, sombong, rasa benar sendiri, dan curiga.
Tak syak bahwa setiap tindakan yang dilakukan seseorang bersumber dari suatu
kondisi tertentu yang ada dalam kesadaranya. Sebagai akibat dari perwujudan
kondisi-kondisi itu, lidah, penerjemah perasaan seseorang, mengucapkan ghibah .[70]
Perbuatan gibah
dilaarang oleh Islam. Allah swt., berfirman.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# cÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( wur (#qÝ¡¡¡pgrB wur =tGøót Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& @à2ù't zNóss9 ÏmÅzr& $\GøtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang”. ( Q.S. al Hujaraat : 12)
Ayat
tersebut memerintahkan kepada kita agar menjauhi sifat bruk sangka, karena
buruk sangka dan menjelekan orang lain
merupakan perbuatan sia-sia. Dalam al Qur’an orang yang buruk sangka dan
mencari-cari serta menceritakan aib orang lain diibaratkan seperti makan
bangkai saudaranya sendiri. Ini menunjukan betapa jeleknya sefat tersebut.
Dala
kitab durrotun Nasihin disebutkan bahwa ghibah ada empat macam yaitu;
1) Ghibah
Mubah/boleh
Adapun
ghibah yang diperbolehkan (mubah) yaitu mengghibah kepada orang yang menampakan
kefasikanya dan mengghibah kepada orang yang melakukan bid’ah (sebagaimana
telah diriwayatkan bahwa Nabi alaihish shalaatu wassalam bersabda:
اُذْكثرُواالْفَاجِرَبِمَا فِيْهِ كَيْ يَحْذَ رُهُ النَّاسُ
Artinya: “ Sebutkanlah
olehmu orang-orang yang durhaka dengan apa-apa yang ada padanya, agar supaya
orang-orang takut kepadanya”.
2) Ghibah
ma’siyat/ durhaka
Yaitu
menyebutkan cela orang lain dengan menyebutkan namanya dihadapan orang banyak,
sedangkan ia tau ghibah itu mrupakan perbuatan durhaka. Maka dia adalah orang
yang durhaka dan wajib bertaubat.
3) Ghibah
Munafiq
Yaitu
menyebutkan aib /cela orang lain tanpa menyebutkan namanya dihadapan orang yang
mengetahui bahwa yang dia kehendaki adalah fulan dan juga mengetahui sendiri
bahwa fulan adalah orang wira’I (orang yang berhati hati terhadap urusan yang
haram). Ini adalah perbuatan munafiq/nifaq.
4) Ghibah
Kufur
Yaitu
menyebutkan aib orang lain dihadapan orang banyak dengan menyebutkan namanya.
Maka kalau dikatakan kepadanya “ jangan mengghibah !” dia menjawab “ Ini adalah
bukan ghibah dan saya mengatakan apa yang ada padanya. Ini adalah kufur, karena
sesungguhnya ia menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah ta’aalaa”. (Zubdatul
Waa’izdiina Kh.M) [71]
Untuk mengatasi
perbuatan ghibah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.
Berbicara yang baik yang bermanfaat
atau lebih baik diam,
2.
Menghindari berkumpul dengan orang yang suka membicarakan aib orang rang lain
3.
Memperbanyak aktifitas/pekerjaan
sehingga tidak banyak waktu luang yang digunakan untuk mengghibah orang lain.
4.
Menyadari bahaya mengghibah
sehingga kalu mengghibah takut kepada Allah swt.
5.
Memperbanyak amal ibadah untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Dari
uraian diatas bisa disimpulkan bahwa menghibah merupakan perbuatan tercela yang
menimbulkan dampak negatif pada diri sendiri dan juga orang lain. Oleh karena
itu sebaiknya kita jauhi ghibah demi kemuliaan diri kita dan juga orang lain.
Untuk
mengatasi perbuatan ghibah perlu diadakan introspreksi terhadap diri sendiri
dan juga orang lain. Pada dasarnya semua manusia memiliki aib yang menyebabkan
dirinya merasa malu apabila sampai diketahui orang lain, maka dari itu
berusahalah untuk menutup aib orang lain agar orang lain juga menutup aib kita.
Hindarilah aktifitas berkumpul- kumpul yang hanya berujung pada menceritakan
aib orang lain. Berusahalah untuk berprasangka baik terhadap orang lain agar
kita terhindar dari buruk sangka /ghibah.
4) FITNAH
Fitnah
adalah mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya. Fitnah dilakukan seseorang
karena dorongan berbagai hal seperti marah, iri, dendam, dengki dan sifat jelek
lainya.
Allah swt., berfirman
dalam al Qur’an.
öNèdqè=çFø%$#ur ß]øym öNèdqßJçGøÿÉ)rO Nèdqã_Ì÷zr&ur ô`ÏiB ß]øym öNä.qã_t÷zr& 4 èpuZ÷FÏÿø9$#ur x©r& z`ÏB È@÷Gs)ø9$# 4 wur öNèdqè=ÏG»s)è? yZÏã ÏÉfó¡pRùQ$# ÏQ#tptø:$# 4Ó®Lym öNä.qè=ÏF»s)ã ÏmÏù ( bÎ*sù öNä.qè=tG»s% öNèdqè=çFø%$$sù 3 y7Ï9ºxx. âä!#ty_ tûïÍÏÿ»s3ø9$# ÇÊÒÊÈ
Artinya:”
dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari
tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya
dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali
jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat
itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir.”
Dalam
kehidupan sehari-hari, sering kita dengar orang yang membicarakan kejelekan orang
lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang
dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya , maka pembicaraan itu disebut
ghibah. Apabila kejuelekan yang
dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.
Setiap muslim dan muslimat harus berusaha untuk menghindari gibah dan fitnah.
Adapun cara menghindari ghibah dan fitnah, antara lain sebagai berikut :
1)
Menyadari sepenuhnya
bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan
2)
Membiasakan
untuk mawas diri, melihat kesalahan sendiri di masa lalu.
3)
Mengingat-ingat
kebaikan yang telaah dilakukan orang lain.
4)
Memperbanyak
pergaulan dengan sesama sehingga gossip dapat terkurangi.
5)
Tidak mudah
mempercayai berita yang tidak jelas sumber kebenaranya.
6)
Memperbanyak
bergaul dengan orang – orang saleh dan taat beribadah.
7)
Berusaha
menghentikan atau mengalihkan pembicaraan yang menjurus ghibah dan fitnah.
Apa yang disebutkan di atas merupakan solusi untuk mengatasi
timbulnya fitnah.
5) NAMIMAH
Namimah
berari mengadu domba, yakni menceritakan sikap ayau perbuatan seseorang (yang
belum tentu benar)kepada orang lain dengan maksud agar terjadi perselisihan
antara keduanya.Bisa jadi, cerita yang disampaikan bersifat timbal balik
(ketika bertemu A menceritakan B, tetapi ketika bertemu B menceritakan A).
Sudah pasti perbuatan ini amatlah tercela, baik dalam pandangan agama maupun
sesama manusia.
Namimah
bisa berawal dari rasa iri karena melihat seseorang (yang difitnah) memperoleh
kesenangan atau keuntungan. Karena besarnya rasa iri, kemudian mencari jalan
untuk menjelek-jelekanya kepada orang lain. Namimah sangat erat hubunganya
dengan fitnah. Lazimnya orang yang suka memfitnah juga suka mengadu domba.
Islam
melarang secara tegas terhadap umatnya berbuat namimah. Apabila mendengar suatu
berita, hendaknya bersikap hati-hati, tidak terlalu mudah percaya. Allah swt.,
berfirman sebagai berikut.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu
berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu”. (QS. Al- Hujurat/49 : 6).
Ayat
di atas menyuruh kita agar tidak mudah mempercayai suatu berita yang belum
jelas kebenaranya. Kita diwajibkan untuk tabayun (mencari kejelasan) terhadap
kebenaran berita tersebut.
Setiap
muslimin dan muslimat wajib menghindari diri dari namimah. Adapun cara
menghindarkan diri dari namimah adalah sebagai berikut :
1)
Tidak terlampau
mudahn menerima suatu berita apabila tidak jelas kebenaranya.
2)
Mengadakan
tabayun( kejelasan suatu berita) apabila mendengar berita dari seseorang,
terutama orang yang belum jelas baik kepribdianya.
3)
Berusaha
hentikan atau mengalihkan pembicaraan yang cenderung menjelek-jelekan orang
lain.
6) GHADAB/MARAH
Realita
kehidupan yang beranekaragam sering menimbulkan berbagai permasalahan. Manusia
sering tidak tahan menghadapi masalah yang ada, sehingga munculah marah pada
dirinya. Kemarahan muncul karena keadaan yang menjengkelkan, membosankan,
menjenuhkan, merasa diri terpojok, disalahkan atau segala sesauatu yang tidak
kita kehendaki tetapi malah terjadi. Beraneka penyebab munculnya rasa marah itu
bisa terjadi dimana saja, dalam lingkungan keluarga, masyarakat, pekerjaan
maupun tempat-tempat yang lain.
Marah
merupakan suatu keadaan psikologis yang menyimpangkan watak seseorang dari
jalan yang alami. Perangai buruk ini hanya menimbulkan kesedihan, karena
puncaknya tidak akan menurua menjadi korban kemarahan, sehingga menyebabkan
terlepasnya kendali penilaian akal dan hilangnya kesadaran. Hendaklah
dimengerti bahwa marah sebetulnya diperlukan bila dalam proposinya yang benar.
Dalam proposi itu, marah merupakan suatu unsur kekuatan dan keberanian. Jenis
kemarahan yang memungkinkan manusia melawan penindasan dan membela hak-haknya
adalah suatu sifat manusiawi. [72]
Penyembuhan
yang paling efektif terhadap marah adalah mengikuti ajaran-ajaran Nabi dan para
imam. Kajian dan kesimpulan yang dilakukan para dokter, psikolog, dan filosof
bukanya tak berguna, tetapi tidak menyeluruh dalam menyingkirkan kelainan ini.
Para pemuka agama telah mengarahkan perhatian kita, melalui kata-kata arif
mereka, kepada akibat berbahaya dari marah dan keuntungan fantastis dari
penekanan terhadapnya. Imam Ja’far Shadiq mengatakan, “ Jauhilah kemarahan,
karena ia menimbulkan penyesalan. Imam Ja’far Shadiq juga berkata, “
Kemarahan adalah pemusnahan hati si arif : orang yang tak dapat menguasai marahnya
tak akan dapat menguasai pikiranya.”[73]
Amirul
Mukminin,Imam ‘Ali, menganjurkan kesabaran sebagai senjata untuk melawan
kemarahan dan menghindari akibat-akibatnya yang merugikan. Ia mengatakan,”
Berjagalah terhdap kekerasan marah, dan persenjatai diri anda dengan kesabaran
untuk melawanya.” [74].
kesabaran yang tulus dari dalam jiwa yang sadar akan bahaya kemarahan yang bisa
melumatkan kesadaran perangai baik dari dalam diri.
Rasulullah
saw., menganjurkan yang berikut disaat-saat marah ; … Karena itu, apabila
seorang diantara kamu mendapatkan sebagian dari (kemarahan) ini dalam dirinya,
bila ia sedang berdiri, hendaklah ia duduk; apabila ia sedang duduk, hendaklah
ia berbaring.Apabila ia masih marah juga, hendaklah ia berwudlu dengan air dingin
atau mandi, karena api hanya dapat dipadamkan dengan air.[75]
Kemarahan
ubahnya seperti api yang membakar sebuah bangunan, semakin besar kemarahan maka
semakin susah untuk dipadamkan maka dari itu sebelum kemarahan itu muncul akan
lebih baik mana kala kita antisipasi dengan sebuah penataan jiwa yang dilandasi
keimanan dan ketakwaan. Kita siapkan kesabaran yang melimpah di hati kita
didukung dengan rasa syukur yang benar-benar meresap dalam jiwa sehingga
apabila marah itu muncul maka dengan cepat kita bisa meredakan dan
mengendalikanya.
Untuk
megatasi rasa marah bisa diatasi dengan mengetahui pahala dari menahan marah,
kemudian menakut-nakuti dirinya dengan hukuman Allah serta mengetahui bahwa
Allah swt. lebih mampu melakukan itu terhadapnya dari pada dirinya terhadap
orang lain.
Hendaklah
ia memperingati dirinya akan akibat balas dendam, karena musuh juga
bersiap-siap untuk mengganggunya, dan jadilah permusuhakan yang lama. Hendaklah
ia mengetahui bahwa di waktu marah ia menyerupai binatang buas, sebaliknya jika
ia pandai menahan diri, maka ia seperti nabi-nabi dan para wali.
Apabila
ia merenungkan, tahulah ia bahwa ia marah karena keadaanya sesuai dengan
kehendak Allah swt. bukan karena keinginanya. Oleh karena itu, disebutkan di
dalam khabar bahwa ia menyebabkan murka Allah swt. apabila engkau mengetahui
hal-hal ini, maka haruslah engkau katakana “ Aku berlindung dengan Allah
dari setan yang terkutuk”. Demikianlah Rasulullah saw., menyuruh
mengucapkan di waktu marah. Apabila Aisyah marah, Nabi saw, memegang hidungnya
seraya berkata : “ Hai ‘Uwaisy, katakanlah :
” Ya
Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku dan lenyapkanlah kemarahan hatiku serta
lindungilah aku dari fitnah-fitnah yang menyesatkan, baik yang nampak maupun
yang tersembunyi.” Maka hendaklah ia ucapkan itu dan duduk bilamana ia berdiri dan
berbaring bilamana ia duduk. Rasulullah saw., Bersabda; “Sesungguhnya amarah
itu bagaikan bara yang menyala di dalam hati. Tidaklah kalian melihat kepada
pipinya yang membengkak dan kedua matanya yang merah. Maka apabila seorang dari
kamu mengalami hal itu dan ia berdiri, hendaklah ia duduk. Jika sedang duduk,
hendaklah ia tidur, jika masih tetap begitu, maka berwudhulah dengan air
dinginatau mandilah, karena api itu hanya dapat dipadamkan oleh air. “[76]
Demikianlah
beberapa akhlak tercela yang berhubungan dengan kehidupan di lingkungan masyarakat yang wajib kita hindari
agar tidak terjadi kerusakan dalam tatanan kehidupan, seperti yang terjadi pada
zaman jahiliyah. Pada zaman jahiliyah manusia terbelenggu dengan keserakahan,
ketamakan dan kecintaan terhadap urusan duniawi karena meraka jauh dari ajaran
yang benar. Setelah datangnya Rasulullah saw., Dan ajaranya manusia menjadi
mengerti tentang hakikat kebenaran dan akhlak manusia berlahan berubah dari
kebobrokan menjadi akhlakul karimah.
D.
KEUTAMAAN
AKHLAKUL KARIMAH
Hamba
yang berakhlakul karimah memiliki keutamaan, baik dihadapan Allah swt., maupun
dihadapan sesama manusia . Orang yang mulia akhlaknya bagaikan mutiara diantara
butiran pasir, ia bisa menjadi penghias dan sekaligus sebagai suri tauladan
bagi orang lain disekitarnya. Sikap yang baik mencerminkan budi pekerti yang
luhur. Perbuatan yang lahir dari hati
yang bersih menimbulkan berbagai dampak positif bagi dirinya sendiri maupun
orang lain.
a. Hamba
yang Berakhlakul Karimah Lebih Mulia di hadapan Allah
Kedudukan
manusia dihadapan Allah swt., tidak dilihat dari banyaknya harta yang dimiliki
ataupun bentuk fisiknya akan tetapi Allah swt., melihat manusia berdasarkan
ketakwaan dan amal perbuatanya serta apa yang ada dalam hatinya. Manusia yang
memeiliki kedudukan yang mulia dihadapan Allah swt. Adalah orang yang paling
baik akhlaknya. Akhlak yang mulia dapat terlihat dari bagaimana dirinya
menyikapi dan menghadapi kehidupan. Orang yang brakhlak mulia akan selalu
bertindak sesuai dengan aturan dan rambu-rambu yang sudah digariskan oleh
Agama. Dalam Islam akhlak memiliki kedudukan yang tinggi, karena pada dasarnya
Islam diturunkan untuk memperbaiki akhlak manusia dari perilaku-perilaku yang
menyimpang menuju perilaku yang lurus.
Kemuliaan
akhlakul karimah menjadikan manusia selau menyadari akan keindahan dan besarnya
kekuasaan Allah swt., sehingga hari-harinya tidak lepas dari mengingat Allah
swt., dan selalu menjaga lisan dari perkataan yang buruk, menjaga hati dari
kekotoran ria,iri,hasud,dengki dan aneka perbuatan yang berdampak buruk pada
kehidupanya. Kemuliaan akhlak inilah yang menjadikan manusia memiliki derajat
yang mulia dihadapan Allah swt.
Berbeda
dengan orang –orang yang terlena dengan bujukan syaitan, mereka tidak mengawasi
dirinya sendiri, hatinya dibiarkan mengindap berbagai penyakit yang terus menggerogoti
amal sholehnya. Orang yang terbiasa dengan hati yang sakit, lisan yang tidak
terkendali dari mengghibah, jiwa yang rusak karena amarah, dendam dan berbagai
kelainan perilaku lainya haruslah segera berbenah diri dan muhasabah dan
bertaubat kepada Allah swt.
Allah
swt. Berfirman.
* ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGÎ)ur Ï 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìx6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏèt öNà6¯=yès9 crã©.xs? ÇÒÉÈ
Artinya:”
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
(An –Nahl; 90)
Ayat
di atas menjelaskan bahwa manusia diperintahkan untuk berbuat kebajikan dimuka
bumi. Kebajikan bisa dimaknai sebagai sikap yang baik (berakhlakul karimah)
dalam bergaul dan menjalankan kehidupan, kemudian kita diperintahkan oleh Allah
swt., untuk menjauhi perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
b. Kehidupan
Nabi Muhammad saw. sebagai Suri Tauladan dalam Pembentukan Akhlakul Karimah
Kita
semua tahu bahwa salah satu faktor terpenting dalam kemajuan Islam adalah akhlak
yang sempurna dari nabi Muhammad saw. Kenyataan ini disebutkan dalam firman
Allah swt. ,” dan sekiranya engkau berlaku kasar maka mereka pasti sudah
bertebaran darimu dengan keras hati” ( Q.S.3;158)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa diantara
salah satu tujuan dari diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia. Beliau Shallallahu ‘alaihiwa Sallam bersabda:
إنما بعثت لأتمم
مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.”[77] Dan
semua ajaran-ajaran generasi dahulu yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala
syari'atkan bagi hamba-hamba-Nya, semuanya juga menganjurkan untuk berperilaku
dengan akhlak yang utama. Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa akhlak
yang mulia merupakan sebuah tuntunan yang telah disepakati bersama oleh semua
syari'at. Akan tetapi, syari'at yang sudah sempurna ini telah Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam bawa lagi dengan berbagai kesempurnaan akhlak yang mulia dan
sifat-sifat yang terpuji.[78]
Nabi
merupakan utusan Allah swt. yang memiliki akhlak mulia, sejarah mencatat
keluhuran budi pekeri yang dimiliki oleh Rasulullah saw. Beliau di utus oleh
Allah swt. memang untuk memperbiki akhlak manusia. Kesempurnaan akhlak kekasih Allah ini tercermin dari sikapnya
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah hadits
yang shahih, bahwa Hisyam bin Hakim bertanya kepada Ummul Mukminin 'Aisyah
tentang akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu ia menjawab:
كان خلقه القرآن
Artinya :"Akhlaq beliau adalah Al-Qur'an"
kemudian ia berkata: Sungguh, aku langsung berhasrat untuk berdiri
dan tidak bertanya apa-apa lagi [79]. Maka, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah
hamba yang paling sempurna akhlaknya dalam segala segi kebaikan dan segala
sifat serta perbuatan dan perlakuan.
Beberapa ketauladana beliau di sisahkan sebagai berikut
: ‘bahwasanya ada seorang laki-laki datang menemui Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah, binasalah aku !!, lalu beliau bertanya
padanya: "Apa yang membuatmu binasa?", laki-laki tersebut menjawab:
Aku telah bersetubuh dengan istriku pada siang hari di bulan Ramadhan, Nabi
berkata padanya: "Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan
seorang budak?", dia berkata: Tidak, beliau bertanya lagi: "Apakah
engkau sanggup untuk berpuasa selama dua bulan berturut-turut?", dia
menjawab: Tidak, beliau bertanya lagi: "Apakah engkau memiliki sesuatu
untuk memberi makan enam puluh orang miskin?", dia menjawab: Tidak, lalu
ia pun duduk. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengambil sebuah
al-'Aroq atau wadah berisi kurma lalu memberikannya kepada lelaki tersebut,
kemudian beliau berkata kepadanya:" Bersedakahlah dengannya ", ia
berkata: apakah yang lebih fakir dariku?! tidak ada lagi di antara dua ujung
kota ini orang yang lebih membutuhkan dari diriku, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam pun tertawa sampaisampai terlihat gigi taringnya, lalu beliau berkata:
"Pergilah, dan berilah makan keluargamu [80]". Kemuliaan akhlaq Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam
kisah ini nampak jelas sekali, dimana beliau tidak menghardik lelaki tersebut,
dan tidak pula mencaci-maki atau bahkan mencelanya. Karena lelaki tersebut
datang kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam keadaan menyesal,
bertaubat dan diliputi oleh rasa takut. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
pun melihat dengan ilmu dan kebijaksanaannya, bahwa lelaki tersebut tidak
pantas untuk dicela, akan tetapi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
menjelaskan kepadanya suatu kebenaran yang datang dari sisi Allah Subhanahu wa
Ta’ala , dan menyambutnya dengan penuh lemah-lembut dan sikap yang halus.[81] Hal ini merupakan rasa kasih sayang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam, yang Allah puji-puji dalam Al-Qur'an dengan firmanNya :
ôs)s9 öNà2uä!%y` Ñ^qßu ô`ÏiB öNà6Å¡àÿRr& îÍtã Ïmøn=tã $tB óOGÏYtã ëÈÌym Nà6øn=tæ úüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ Ô$râäu ÒOÏm§ ÇÊËÑÈ
Artinya
: “ sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S At Taubah : 128)
Adapun kelembutan dan kemuliaan akhlaqnya Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam, sungguh, beliau adalah seorang yang lembut dan penyayang. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa Sallam bukanlah orang yang keji dalam perkataan dan perbuatan, dan
bukan pula orang yang suka berbuat kekejian [82]. Dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bukanlah orang
yang suka berteriak-teriak di pasar. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak
mau membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi Dia malah memaafkan
dan mengampuni.[83]
Anas bin Malik berkata: Aku pernah menjadi pembantu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam selama sepuluh tahun. Demi Allah,
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah berkata kepadaku
"ah" sama sekali, dan tidak pula beliau bertutur kepadaku: "Mengapa
engkau berbuat demikian?", atau: "mengapa engkau tidak berbuat
demikian?"[84].
Keteladanan
yang dimiliki oleh Rasulullah saw., merupakan anughrah yang diberikan oleh Allah
swt. kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai pedoman dan tuntunan kepada
kita semua. Sikap ramah tamah merupakan keindahan akhlak yang senantiasa
diperlihatkan oleh mereka pada umatnya. Dalam berbagai hal Rasulullah saw.,
selalu menunjukan sikap yang bijaksana, pemaaf dan adil. Sikap seperti inilah
yang hendaknya kita tanamkan pada diri kita. Sebagai utusan Allah swt. mereka
selalu sabar dalam menghadapi berbagai permasalalah yang menimpa diri-Nya dan
umat-Nya. Kasih-sayang yang diberikan oleh para utusan Allah swt. kepada
umatnya membawa kesejukan hati dan ketenangan jiwa. Begitu indahnya akhlak yang
dimiliki oleh Rasulullah saw., ini.
Bercermin
dari hal tersebut hendaknya bisa kita jadikan sebagai pedoman utuk memperbaiki
kualitas diri. Sikap yang baik merupakan warisan yang harus senantiasa kita
ikuti. Keteladanan dan budi pekerti yang selama ini belum sempat kita terapkan
dalam kehidupan hendaknya segera untuk kita benahi dan kita laksanakan. Sikap
kesederhanaan dan kerendahan diri merupakan nilai-nilai moral yang sangat luhur
yang bisa menjadikan seseorang mulia dihadapan Allah swt. Derajat manusia tidak
hanya ditentukan oleh ketakwaanya tetapi juga budi pekerti yang menempel pada
dirinya.
Sepanjang
jaman banyak kita temui para pemimpin, penyair dan penyebar kebaikan dimuka
bumi ini akan tetapi tidak seperti Para Rasulullah saw., Beliau memiliki kesempurnan akhlak dan
ketundukan yang tulus didasari keikhlasan dan ilmu pengetahuan yang dikelola
dengan baik oleh hati nurani, sehingga tidak menimbulkan keserakahan,
keangkuhan dan kesombogan.
Sejarah mencatat bahwa kehidupan para nabi dan
rasul sejak zaman nabi Adam as. sampai dengan nabi terakhir Muhammad saw. selalu
diliputi dengan kemuliaan akhlak. Sikap sederhana dan rendah hati yang
ditunjukan dan ketundukan kepada Allah swt. merupakan sikap yang dijumpai oleh
para utusan Allah swt. Mereka mengabdikan dirinya untuk senantiasa menjalankan
segala perintah Allah swt. dengan sepenuh hati tanpa adanya tendensi untuk
menjadi penguasa dimuka bumi ini dengan penuh ketamakan.
Ketaatan
terhadap apa yang digariskan oleh Allah swt. dilakukan dengan keikhlasan dan
ketundukan hati serta kesadaran akan kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Manusia
merupakan mahluk yang lemah dengan segala kekuranganya, tiada kekuatan dan daya
selain selain dari pertolongan Allah swt.
Dalam
sejarah hidup Rasulullah saw ada sesuatu yang pantas dipuji oleh seluruh orang
muslim, baik dalam aspek agama maupun dunia, dalam iman maupun keyakinan, dalam
ilmu dan amal, dan dalam peradaban dan akhlak. Dengan sistem yang benar, maka
sejarah hidup Rasulullah saw., Akan menjadi teladan bagi manusia, akhlaknya
akan menjadi panutan, perbuatan dan ucapanya akan menjadi petunjuk, untuk
menegakan jiwa yang roboh, paradigm yang goncang dan kebaikan yang terkoyak.
Kepribadian Rasulullah saw., menempati rangking yang begitu tinggi, sebuah
kepribadian yang istimewa, yang dapat mengalahkan semua idola seberapapun besar
popularitas mereka.
Rasulullah
saw., bukanlah orang yang sombong, memperbudak, arogan, ataupun diktator. Rasulullah
saw., datang sebagai sosok pezuhud, asketis, rendah hati, orang yang takut dan
hidup sengsara, merendahkan diri kepada keagungan Allah swt. beliau khusuk
dalam ketaatan kepada-Nya, menangis karena takut kepada Allah swt. Di dalam
dadanya terdengar suara mendidih seperti mendidihnya sebuah ketel, karena
tangis yang aada di dada . Beliau mau berjalan dengan orang yang paling buruk,
membantu orang fakir, melayani orang yang lemah dan menolong orang yang
ntertindas.
Rasulullah
saw., menanamkan kebaikan di dalam jiwa, keutamaan di dalam hati, mencabut
pokok kemusrikan dan memproklamirkan tidak ada tuhan selain Allah swt. beliau
membawa semuanya, melebarkan semuanya, mengusap air mata orang –orang yang
menangis dan menggandeng tangan orang –orang yang tersisih. Dalam sebuah ayat,
Allah swt. berfirman.
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya : “
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al Ahzab : 21)
Beliaulah
yang membimbing, darinya mereka dapat belajar keteguhan dan kemauan yang keras.
Sang penyeru kepada Allah swt. yang dari pertolongan dakwahnya, mereka dapat
menyerap rahmat dan hikmah. Sang hakim yang dari sunah dan petunjuknya dapat
diambil hukum yang adil. Sang pemutus, yang darinya dapat diambil keadilan dan
keputusan dalam berbagai persengketaan.Sang ayah, yang denganya mereka dapat
mengikutinya dalam pendidikan dan pengasuhan. Sang pedagang, yang memberikan
jalan kejujuran, kepercayaan dan toleransi.
Begitulah, dengan sunah dan petunjuknya setiap
muslim akan dapat mewujudkan kebahagiaan secara hakiki. Akan sangat baik bagi
seorang muslim mempelajari sejarah hidup
Rasulullah saw. Mereka akan melihat bagaimana perjuangan Rasulullah saw., dalam
beribadah, untuk mencari suatu dasar dan teladan. Bagaimana kezuhudan Rasulullah
saw.,, di dunia, sehingga mereka dapat mengurangi keterseretan mereka di
belakang syahwat, keterikatan terhadap berbagai kesenangan. Bagaimana keteguhan
Rasulullah saw., dalam berdakwah dengan menghadapi berbagai rintangan dan
tantangan, maka merekapun akan dapat mengerti arti sebuah ketegaran dalam
menghadapi malapetaka dan ujian yang berat. [85]
Rasulullah
saw telah memberikan contoh dengan akhlak yang sangat mulia, sebagaimana
digambarkan oleh Allah swt. dalam sebuah ayat :
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
Artinya : “dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al- Qolam
: 4)
Rasulullah
saw., Juga bersabda : “ Orang
yang terpilih diantara kalian adalah orang
yang paling baik akhlaknya”. (H.R.
Bukhori dan Muslim)
Dari
kedua keterangan di atas menggambarkan betapa mulianya akhlak Rasulullah saw.,
dalam setiap hal Rasulullah saw., selalu menunjukan akhlakul karimahnya. Dalam
keluarga, masyarakat bahkan dalam pemerintahan Rasulullah saw., Selalu
memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh umatnya sehingga bisa
dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan dimanapun dan kapanpun. Rasulullah
saw., merupakan manusia yang terpilih karena akhlaknya yang mulia.
Kemuliaan
akhlak Rasulullah saw.,, menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan
kehidupan di dunia. Hal ini karena dalam setiap permasalahan Rasulullah saw.,
Selalu memberikan contoh dan bimbingan yang baik kepada umat Islam baik dalam
masalah ibadah maupun muamalah. Dalam masalah ibadah Rasulullah saw, adalah
orang yang paling tunduk terhadap apa yang diperintahkan Allah swt, semua yang
diwahyukan kepada Nya tidak satupun yang dibantah dan diingkari, yang harus
dikerjakan maka beliau kerjakan dan yang harus ditinggalkan maka beliau
tinggalkan.
Dalam
urusan muamalah Rasulullah saw., adalah orang yang paling jujur dan paling
menghargai orang lain baik melalui perkataan maupun perbuatan. Oleh karena itu
akhlak Rasulullah saw., dijadikan sebagai pedoman bagi umat Islam dalam
menjalankan hidup di dunia untuk mencapai Ridlo Allah swt.
c. Kehidupan
yang Penuh Rahmat dan Ridlo Allah SWT
Keberadaan
manusia sering kali dihubungkan perilaku dan sikap yang dimiliki, sebagai
umpama ketika seseorang memiliki pribadi yang baik, tuturkata yang bijak, akhlak
yang mulia maka banyak dicari dan dipertanyakan keberadaanya. Akan tetapi jika
seseorang memiliki kepribadian yang buruk, tuturkata yang kotor maka
kehadiranyapun tidak diharapkan oleh masyarakat. Ketika dihadapan manusia sudah
sedemikian maka bagaimana ketika dihadapan Allah swt. ? pertanyaan ini tentunya
bisa kita jawab dengan mudah. Allah swt. Tidak melihat seseorang berdasarkan
bentuk luarnya, hartanya melainkan Allah swt. Melihat seseorang berdasarkan
amal dan hatinya.
Orang
yang memeiliki hati mulia, bersih dari dengki, iri, hasud, ria, sombong dan
berbagai bentuk penyakit hati lainya tentunya akan mendapatkan kedudukan yang
lebih mulia dihadapan Allah swt. Kehidupan seseorang yang memiliki kesempurnaan
akhlak bagaikan butiran mutiara dalam kubangan pasir, artinya kehidupanya lebih
baik dibandingkan para penyandang penyakit hati yang hidupnya dipenuhi dengan
kemungkaran, kekufuran, keserakahan, akal dan hatinya dikuasai oleh hawa nafsu
yang selalu membisikan kearah kebatilan. Orang yang berakhlak mulia senantiasa
merasa bahwa dalam dirinya selalu terdapat kelemahan dan kekurangan,
hari-harinya selalu di isi dengan memperbaiki diri dan menghilangkan segala
bentuk kemunafikan yang mengakibatkan kekotoran jiwanya.
Sikap
amarah dalam dirinya selalu di jadikan sebagai lawan yang harus setiap saat
diperangi, ria merupakan musuh dalam selimut yang harus selalui diwaspadai
keberadaanya, dengki merupakan cermin dari orang yang tidak mampu demikian juga
iri. Kekuatan jiwa yang tersembunyi dalam relung hati yang paling dalam
merupakan sikap kejujuran yang harus senantisa diperankan dalam kehidupan.
Semangat untuk senanatiasa memperbaiki diri memberikan dampak yang besar bagi
seseorang untuk bangkit dari jurang kebobrokan akhlak.
Apabila
manusia menjaga hatinya dari sikap-sikap yang tidak terpuji dengan senantiasa
mengharapkan pertolongan dan rahmat dari Allah swt. maka hidayah dan rahmat itu
akan muncul sebagai penerang jalan dan pencegah dari kekotoran jiwa yang selama
itu di takutkan oleh jiwa yang merindukan keindahan akhlak. Betapa dekatnya
orang yang berhati mulia dengan Allah swt. karena dalam segala gerak hidupnya
senantiasa disandarkan kepada apa yang telah diperinta kan olehNya.
d. Terciptanya
Suasana Kehidupan yang Aman, Nyaman, Tentram Jauh dari Kerusakan dan Kebinasaan
Rusaknya
akhlak menusia dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya diakibatkan oleh
keinginan yang terlalu besar untuk mencapai sesuatu yang diharapkan tanpa
memperhitungkan dampak bagi dirinya dan orang lain. Keinginan tersebut
menimbulkan sebuah ambisi yang tidak terbendung sehingga menggerakan hati untuk
tamak terhadap sesuatu yang diinginkan. Apabila keinginan itu tidak tercapai
maka orang tersebut akan merasa iri terhadap orang lain yang memperoleh apa
yang diinginkanya. Dari hal yang kecil
ketika tidak diwaspadai akan menimbulkan dampak yang besar pada dirinya.
Terapi
bagi orang yang mengalami kerusakan akhlak adalah dengan jalan mendekatkan diri
kepada Allah swt. Menyadari akan sikap dan perbuatanya yang tidak sesuai dengan
norma agama dan masyarakat. Jika demikian maka segeralah untuk menghilangkan
segala bentuk kedoliman yang selama ini di lakukan. Manusia mendapatkan
kesempatan untuk bertaubat dan selalu berbuat baik selagi dia belum diambil
nyawanya oleh Allah swt. Upaya untuk memperbaiki diri inilah yang disebut
sebagai perubahan menuju kearah kebaikan.
Akhlak
yang baik dalam kehidupan sangat menunjang terciptanya kehidupan yang harmonis,
nyaman, aman dan damai. Pada hakekatnya kebutuhan manusia tidak hanya berputat
kepada kebutuhan lahiriah saja, tetapi ada kebutuhan yang lain yang harus
dipenuhi yaitu kebutuhan rohani. Rohani kita membutuhkan sesuatu yang bisa
membuat kebahagiaan jiwa. Hal ini bisa diperoleh dengan cara menata hati dan
jiwa untuk senantiasa selaras dan sejalan dengan hati nurani. Artinya hati kita
memiliki kepekaan untuk berbuat baik, apabila kepekaan hati itu dilanggar maka
sebenarnya hati kita akan menentangya, oleh karena itu sebagai manusia yang
bijak hendaknya mengerti akan kebutuhan dirinya. Apa yang diinginkan oleh hati hendaknya
dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan langkah dan tujuan.
Keindahan
akhlak yang mulia merupakan dampak dari upaya untuk memperbaiki kuwalitas diri.
Keberhasilan seseorang dari menata jiwanya akan berdampak pula kepada kehidupan
orang, terutama bagi orang terdekatnya.
Dampak tersebut sangat terasa apabila interaksi
yang dilakukan secara terus menerus itu berlangsung dengan terus
mengarah kepada perbaikan pada setiap harinya. Orang terdekat seperti keluarga
sangat mengharapkan adanya suritauladan yang baik dari sesama anggota keluarga.
Perlakuan-perlakuan
yang bijak dan penuh kasih sayang sangat didambakan oleh seluruh angota
keluarga, terlebih bagi seorang anak yang masih membutuhkan bimbingan dan kasih
sayang yang tulus oleh orang tua dan anggota keluarga lainya. Hal yang serupa
juga dialami dalam kehidupan dalam lingkungan yang lebih luas, mereka
mendambakan kehidupan yang harmonis, pergaulan yang sehat, perilaku-perilaku
masyarakat yang sesuai dengan tuntunan agama.
Terciptanya
kehidupan yang penuh kedamaian dalam lingkungan merupakan titik berat dari
pengaruh perilaku yang mulia dari segenap manusia yang berada didalamnya. Oleh
karena itu diperlukan adanya bimbingan dan pembinaan secara terus menerus
terhadap aktifitas masyarakat agar menuju kearah perilaku yang mulia (akhlakul
karimah).
e. Keseimbangan
Hidup Antara Dunia Dan Akhirat Mewujudkan Kesejahteraan dalam Kehidupan
Bekerja
merupakan suatu keharusan bgi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Meskipun demikian, kita tidak boleh lantas mengabaikan urusan akhirat hanya
mngejar urusan dunia. Imam Ali r.a. pernah mengatakan, “ bekerjalah untuk
duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya. Beramalah untuk akhiratmu,
seakan-akan kamu mati besok.”
Islam
adalah agama yang sempurna. Ajaranya sangat lengkap, tidak hanya untuk
kepentingan dunia, tetapi juga memperhatikan kepentingan akhirat. Sebagai orang
Islam, kita meyakini bahwa kehidupan tidak hanya di dunia. Kita meyakini bahwa
setelah kita hidup di dunia ini, ada kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat.
Kita tidak bisa mementingkan salah satu kehidupan saja dengan melupakan yang
lain. Orang hidup pasti ingin meraih
kebahagiaan. Dengan demikian, kita diperintahkan untuk memenuhi kebutuhan
dunia, tetapi akhiratpun harus diperhatikan. Semua itu perlu keseimbangan.
Kesadaran
manusia akan adanya kehidupan setelah di dunia akan menimbulkan dampak pada
perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Manusia akan merasa rugi manakala
kehidupan di dunia tidak berarti apa-apa tanpa berbuat kebaikan pada orang
lain. Apalah guna manusia memupuk kesenagnan untuk dirinya sendiri di dunia
yang fana ini. Perbuatan yang melanggar norma agama jelas akan merugikan
manusia karena kelak diakhirat segala amal perbuatan kita akan
dipertanggungjawabkan. Kesalahan kita walaupun sekecil bijih dirra pasti akan
dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt. Sebaliknya perbuatan kita walaupun
sekecil apapun juga akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt. Allah swt.
berfirman.
`tBur ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB ;o§s #vx© ¼çntt ÇÑÈ
Artinya:”
dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula”.
Ayat
tersebut jelas menunjukan bahwa segala perbuatan kita akan dipertanggung
jawabkan dihadapan Allah swt. Sekecil apapun perbuatan kita akan dipertanyakan
di alam akhirat kelak, untuk itu selagi masih hidup di alam dunia sebaiknya
kita perbanyak amal kebaikan untuk bekal kita kelak di alam akhirat yang kekal.
Namun demikian mengejar akhirat bukan berarti meningalkan urusan akhirat. Allah
swt. berfirman.
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w
=Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya:”
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S
Al- Qashash : 77)
Mengejar
urusan dunia untuk kepentingan akhirat merupakan sebuah keharusan bagi manusia,
hidup yang dijalani adalah anugrah dan harus diupayakan semaksimal mungkin agar
kehidupan yang dijalani membawa dampak positif terhadap diri kita, keluarga dan
juga lingkungan. Perilaku manusia ketika menjalani kehidupanya dialam dunia ini
sangat berpengaruh terhadap pencapaian kebahagiaan di alam akhirat. Segala
sesuatu yang dijalankan dengan berpegang terhadap akidah dan syariat ajaran
agama Islam maka akan menghasilkan buah
yang manis kelak dikemudian hari jika dilakukan dengan keikhlasan dan
kerendahan hati dan penuh pengharapan.
f. Hidup
Terasa Indah Dengan Kerendahan Hati Dan Kesederhanaan
Sikap
tawaduk atau rendah hati dan kesederhanaan merupakan cerminan bagi orang yang memiliki keimanan yang sempurna,
kerendahan hati merupakan sikap seorang muslim yang sadar akan segara kelemahan
dan kekuranganya. Manusia diciptakan oleh Allah swt. Dengan penuh kesempurnaan,
akan tetapi disisi lain manusia adalah mahluk yang lemah dan tidak ada
apa-apanya apabila dibandingkan dengan kekuasaan Allah swt. Untuk apa manusia
berbuat sombong di muka bumi ini, apa yang bisa manusia sombonkan? Pada
hakekatnya orang yang sombong adalah
orang yang sangat merugi dan jauh dari
rahmat Allah swt.
Bagaimana
tidak, semua yang di sombongkanya pada
akhirnya tidak akan bisa dibawa mati, semua akan kembali kepada Allah swt.
Harta, tahta ataupun kemewahan lainya yang dimiliki seseorang di dunia semua
tidak akan membawa kemuliaan manakala menyebabkan dirinya menjadi seorang yang
sombong. Maka dari itu diperlukan kerendahan hati dan kesederhanan dalam hidup
agar kita selalu menyadari tugas dan kewajiban kita sebagai khalifah dimuka
bumi ini.
Allah
swt. memberikan ujian kepada manusia tidak hanya berupa musibah atau penyakit,
akan tetapi ujian yang paling berat begi manusia adalah manakala dia diberikan
harta yang melimpah. Apakah hartanya akan digunakan sebagai sarana beribadah
kepada Allah swt. ataukah sebaliknya, hartanya menjadikan dirinya jauh dari
mengingat Allah swt, karena sehari-hari disibukan dengan urusan harta sehingga
lupa akan tugas dan kewajibanya kepada Allah swt.
Islam
mengajarkan manusia agar tidak terpedaya dengan kenikmatan duniawi yang sesaat,
hidup sederhana dan sikap rendah hati merupakan benteng terhadap kecintaan
terhadap harta secara berlebih-lebihan. Sikap hidup sederhana bisa dimulai dari
cara berpakaian yang tidak glamor, makan dengan menu yang sederhana, bergaul
dengan masyarakat dengan penuh kerendahan hati dan tidak menampakan kelebihan
yang dimilikinya.
Kesederhanaan
hidup juga dapat tercermin dari sikap dan perkataanya ketika bergaul. Orang
yang sederhana selalu menjaga perkataanya dari menyanjung dan melebih-lebihkan
diri sendiri, sanjungan dan pujian hanya menjadikan manusia terlena akan segala
kekurangan yang dimilikinya. Beruntunglah bagi orang yang selalu berusaha untuk
mencari-cari kekurangan dirinya sendiri dari pada mencari-cari kekurangan dan
kesalahan orang lain.
g. Akhlak
Yang Mulia Adalah Pembeda Manusia Dengan Kehidupaun Hewani
Setiap
manusia memiliki tabiat dan hawa nafsu, nafsu hayawaniyah adalah salah satu
nafsu yang mendorong manusia melakukan perbuatan yang tidak terpuji, seperti
membunuh, menyakiti orang lain, ingin
menang sendiri, rakus dan berbagai sikap yang menyerupai hewan lainya. Sikap
tersebut hendaknya kita jauhi karena kita sebagai manusia memiliki kedudukan
yang mulia dibandingkan mahluk Allah swt. Lainya. Manusia dianugerahi akal dan
pikiran serta hati nurani sehingga bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Manusia
seharusnya memiliki kepribadian yang baik melebihi mahluk Allah lainya, karena
manusia merupakan mahluk yang diberi anugerah oleh Allah berupa hati, ketika
hati kita dilatih dan diarahkan untuk menerima sesuatu yang positif maka hati
kita akan menjadi hati yang mulia. Akhlak merupakan perangai atau watak
seeseorang yang melekat dalam jiwa seseorang. Perpaduan antara jiwa, hati dan
pikiran manusia memberntuk sebuah kepribadian.
Akhlak
manusia berbeda dengan akhlak binatang yang hanya mementingkan hidupnya
sendiri. Hewan mempertahankan kehidupan dirinya sendiri dengan segenap insting
yang dimilikinya, seperti membunuh, berlindung, memakan, dan bertahan hidup
tanpa memperdulikan kelangsungan hidup mahluk lainya. Maka dari itu apabila
diantara manusia ada yang melakukan pembunuhan terhadap sesam manusia,
menyakiti sesama manusia, berbuat kemungkaran yang tujuanya untuk kepentingan
dirinya sendiri dan merugikan orang banyak, itu semua takubahnya seperti sikap
binatang bahkan lebih jahat lagi dari mereka.
Manusia
yang berhati mulia dan dapat mengerti akan kedudukan sebagai manusia maka akan
berusaha mengasah sikap kemanusiaanya itu sehingga menjadi insan yang sempurna,
menghilangkan sedikit demi sedikit sikap kebinatangan yang melekat pada
dirinya, merupah tabiat yang jelek mnjadi tabiyat yang baik dimata manusia dan
di mata Allah swt.
E. IBADAH
SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH
Ibadah
secara etimologi berarti taat serta tunduk, menurut istilah ibadah memiliki
banyak pengertian diantaranya adalah ketaatan untuk mematuhi segala perintah
Allah swt. dan meninggalkan laranganya disertai dengan ketundukan. Ibadah juga
berarti menyerahkan segenap jiwa dan raga untuk menghambakan diri kepada Allah
swt. dengan menjalankan syareat yang dibawa oleh Rasulullah saw, agar
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allah swt.
Berfirman dalam Q.S. adz- dazariyat ayat 56-58.
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ !$tB ßÍé& Nåk÷]ÏB `ÏiB 5-øÍh !$tBur ßÍé& br& ÈbqßJÏèôÜã ÇÎÐÈ ¨bÎ) ©!$# uqèd ä-#¨§9$# rè Ío§qà)ø9$# ßûüÏGyJø9$# ÇÎÑÈ
Artinya:”
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha
pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
Ayat
di atas jelas menunjukan perintah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah
swt. Bahkan perintah tersebut tidak hanya ditunjukan kepada manusia akan tetapi
juga diperintahkan kepada mahluk lainya yaitu jin. Kejelasan perintah ini
menunjukan betapa sang Khalik sangat
peduli terhadap mahluknya, Allah swt, memiliki sifat Rahman dan Rahim. Allah
swt. memberikan jaminan akan risky kepada kita semunya dengan sifat maha
kayanya. Seharusnya manusia merasa malu manakala dalam dirinya tidak terdapat
rasa syukur , karena sesungguhnya segala sesuatu yang kita miliki adalah milik
Allah swt. dan akan kembali kepadaNya.
Ibadah
merupakan bentuk rasa syukur kita terhadap nikmat yang telah diberikan kepada
kita. Ibadah juga merupakan tameng bagi kita untuk menghindari segala bujuk
rayu Syaiton yang senantiasa mengintai untuk menyesatkan kita. Ibadah memiliki
cakupan yang sangat luas, meliputi ibadah jasmaniyah dan ibadah ruhaniyah,
ibadah yang berkaitan dengan Allah swt. Secara lansung dan ibdah yang berkaitan
terhadap mahluk Allah swt. Ibadah yang bersifat jasmaniyah seperti sholat,
puasa, haji dll. Ibadah yang bersifat rukhaniyah seperti dzikir, doa,
mujahadah, menahan hawa nafsu, mukhasabah dll. Pada dasarnya ibadah harus
dilakukan dengan penuh keikhlasan dan dilakukan dengan segenap jiwa dan raga.
Ibadah yang dilakukan dengan penuh ketundukan dan pengharapan akan rahmat dan
hidayang Allah swt. Memberikan dampak yang luas terhadap kehidupan seseorang.
Orang yang melakukan ibadah dengan tekun lambat laun akan mempengaruhi akhlaknya
sehingga menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.
a. Ibadah
Sebagai Sarana Membangkitkan Kesadaran Berakhlakul Karimah
Ibadah
yang dilakukan oleh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlakya.
Setiap apa yang diperintahkan oleh Allah swt., adalah sesuatu yang baik dan
bermanfaat bagi manusia dan mahluk lainya, jika perintah itu benar-benar
dilaksanakan dengan penuh kesadaran maka berubah menjadi kebiasaan yang baik
yang tertanam dalam diri seseorang. Contoh kecil apabila kita membiasakan untuk
senantiasa mengucapkan kata-kata yang baik, maka hal tersebut akan membekas
pada dirikita dan apabila suatu ketika tertantang untuk mengatakan kata-kata
yang kotor dengan sendirinya lisan dan hati kita akan menolaknya.
Semakin
tinggi ketundukan seseorang terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah swt.
Semakin tinggi pula kedudukan akhlaknya. Hal tersebut bisa kita lihat dari
kedudukan para Nabi dan orang –orang soleh yang sangat patuh terhadap perintah
Allah swt. dan sangat mulia pula akhlaknya. Ibadah adalah salah satu jalan bagi
manusia untuk memperbaiki perilaku dalam hidupnya, tidak ada upaya yang
dilakukan kecuali ada hasil yang mengiringinya.
Sebagai
contoh ibadah yang lain adalah membaca Al-Qur’an. Orang – orang yang
benar-benar teguh terhadap ajaran-ajaran Al-Qur’an tentu akan mendapatkan dan
merasakan nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya. ([86]) Nilai-nilai
positif tersebut akan melekat dan tertanam kuat dalam jiwanya tercermin dalam
sikap dan prilaku hidupnya sehari-hari, antara lain :
a)
Orang beriman
senang membaca Al-Qur’an dengan benar dan khusu. Sebagaimana ditegaskan dalam
firman Allah swt. :
¨bÎ) tûïÏ%©!$# cqè=÷Gt |=»tGÏ. «!$# (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qà)xÿRr&ur $£JÏB öNßg»uZø%yu #uÅ ZpuÏRxtãur cqã_öt Zot»pgÏB `©9 uqç7s? ÇËÒÈ
Artinya:”
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat
dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka
dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi,” (QS. Fathir :29)
b)
Orang beriman
senang mendengarkan bacaan yang baik dari Al-Qur’an, bahkan setiap mendengar
ayat-ayat yang menyentuh nuranainya imanya menjadi semakin kuat, kadang –kadang
bahkan air mata haru sempat mengalir karena tersentuh belaianya. Bacaan
Al-Qur’an sering mendorong tekadnya untuk bisa lebih meningkat lagi dalam
menjalani keutamaan pengabdian hidupnya. Allah berfirman :
#sÎ)ur Ìè% ãb#uäöà)ø9$# (#qãèÏJtGó$$sù ¼çms9 (#qçFÅÁRr&ur öNä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇËÉÍÈ
Artinya:”
dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Allah swt.’raaf 204)
c)
Orang beriman
senang memperhatikan isi kandungan keutamaan yang terdapat dalam ayat-ayat Al –
Qur’an yang mulia itu. Ayat-ayat yang menyentuh nuraninya diperhatikan,
pikirkan dan direnungkan dengan penuh rasa khusu ‘. Ketika dia memperoleh
kesimpulan petunjuk istimewa dari Allah melalaui Al-Qur’an , imanya menjadi
semakin mantap, tekadnya semakin kuat dan nuraninya bersinar. Allah berfirman :
cÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@ø©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrãä.õt ©!$# $VJ»uÏ% #Yqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
Artinya:”
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,. (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imron : 190-191)
d)
Orang beriman
hatinya mantap untuk menjalankan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Hidup
duniawi yang penuh misteri ini memberikan keyakinan bahwa yang benar-benar
mengerti dengan rahasia kehidupan hanya Allah. Doa yang selalu dibacakan setiap
sholat adalah “tunjukanlah kepada kami jalan yang lurus “. Petunjuk
Al-Qur’an adalah jalan yang lurus itu. Isinya merupakan petunjuk bagi orang
–orang yang bertaqwa. Maka kita semakin senang mencari petunjuk hidup di dalam
Al-Qur’an. Allah swt. Berfirman :
!$¯RÎ) $uZø9tRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# Ĩ$¨Y=Ï9 Èd,ysø9$$Î/ ( Ç`yJsù 2ytF÷d$# ¾ÏmÅ¡øÿuZÎ=sù ( `tBur ¨@|Ê $yJ¯RÎ*sù @ÅÒt $ygøn=tæ ( !$tBur |MRr& NÍkön=tã @@Å2uqÎ/ ÇÍÊÈ
Artinya:” Sesungguhnya
Kami menurunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa
kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk Maka (petunjuk itu) untuk dirinya
sendiri, dan siapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia semata-mata sesat buat
(kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang
bertanggung jawab terhadap mereka ”. (Q.S. Az-Zumar : 41)
e)
Orang beriman tidak
pernah meragukan kebenaran ajaran Al-Qur’an, meskipun orang – orang kafir
pemuja duniawi membanggakan hasil-hasil temuannya yang nampak menakjubkan itu,
umat beriman tidak akan terpengaruh.[87] Al-Qur’an
menyebutkan kebanggaanya yang keliru dari orang kafir dalam Al-Qur’an sebagai
berikut:
$£Jn=sù öNßgø?uä!%y` Nßgè=ßâ ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ (#qãmÌsù $yJÎ/ NèdyYÏã z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# X%tnur NÎgÎ/ $¨B (#qçR%x. ¾ÏmÎ/ tbrâäÌöktJó¡o ÇÑÌÈ
Artinya
: “ Maka tatkala datang kepada mereka Rasul-rasul (yang diutus kepada)
mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan
pengetahuan yang ada pada merekadan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu
mereka perolok-olokkan itu”. (Q.S. Al-Mukmin : 83)
Dari
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang beriman kepada Al-Qur’an
akan senantiasa berhati-hati dalam menjalankan segala amal perbuatan. Al-Qur’an
selau dijadikan rujukan untuk menentukan segala hal yang berkaitan dengan
muamalah dan ibadah serta pemecahan berbagai permasalahan yang melanda
hidupnya. Dengan Al-Qur’an manusia menjadi terarah hidupnya dan jauh dari
kesesatan. Ajaran yang terdapat didalamnya merupakan petunjuk dari Allah swt.
kepada manusia agar selamat di dunia dan di akhirat.
Di
dalam Al-Qur’an juga terdapat ajaran-ajaran akhlak yang sangat mulia,
sebagaimana disampaikan dalam hadits nabi bahwa “ Akhlak Nabi adalah
Al-Qur’an”. Segala yang brkaitan dengan akhlak Rasulullah semua terdapat
dalam Al-qur’an, mulai dari sidik,amanah, fatonah, tabligh,[88]
serta akhlakul karimah Nabi lainya semua diterangkan dalam Al-Qur’an. Untuk itu
pemahaman terhadap ayat Al-Qur’an harus benar-benar ditingkatkan mulai dari
cara membacanya sampai dengan penafsiran setiap ayatnya sehingga kita bisa
memperoleh petunjuk melalui Al-Qur’an.
b. Sholat
Mengajarkan Kita Untuk Bersikap Rendah Hati dan Tidak Sombong
Sholat
merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam sebagaimana yang diperintahkan oleh
Allah swt. Dalam Q.S. Al- Ankabut: 45
ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) ÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( cÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìs3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷èt $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ
Artinya; “bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
Asal
makna shalat menurut bahasa Arab ialah”doa”, tetapi yang dimaksud di sini ialah”
Ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.”
[89].
Sholat yang diwajibkan orang yang dewasa dan berakal ialah lima kali sehari
semalam. Mula-mula turunya perintah wajib sholat itu ialah pada malam isro’,
setahun sebelum tahun hijriyah.
Sholat
dikatakan juga oleh Rasulullah saw., sebagai mi’rojul Mu’minin ( Mi’rojnya
orang yang beriman), ini mengandung arti
bahwa sholat merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan upaya
untuk memperbaiki serta merubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik menuju
kebiasaan yang baik. Melalui sholat diharapkan umat Islam bisa melakukan
perubahan-perubahan kea rah yang lebih baik dalam setiap lini kehidupanya.
Shalat juga merupakan bentuk ketundukan kepada sang Khaliq. Dengan sholat
manusia merasakan kebesaran Allah swt. dan merasa kecil dihadapaNya, oleh
karena itu tidak pantas kiranya manusia menjadi mahluk yang sombong dimuka bumi
ini.
Kesombongan
yang dimiliki oleh seseorang merupakan kekeliruan sikap yang sangat besar.
Apabila manusia menyadari bahwa segala sesuatu yang kita lihat, kita rasakan,
kita raba dan kita gunakan dalam dunia ini adalam milik Allah swt. maka sungguh
tak pantas kiranya manusia merasa sombong. Allah swt. adalah pencipta seluruh
mahluk dan alamraya seisinya, Allah swt. merupakan dzat yang berkuasa akan
segala-galanya, menentukan taqdir dan nasib manusia dimuka bumi ini bahkan
sampai di alam akhirat. Kekuasaan Allah swt. tidak terbatas ruang dan waktu
berbeda dengan manusia yang memiliki kekuatan dan kekuasaan yang sangat
terbatas. Kesombongan yang dimiliki manusia adalah sebuah kebodohan dan
kekufuran terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt.
Sholat
merupakan salah satu ibadah yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk mengikis
rasa sombong yang menempel dalam dirinya. Melalui sholat kita diajarkan untuk
merasa rendah dihadapan Allah swt. Melalui sholat kita diajarkan untuk
menyadari betapa besar kekuasaan Allah swt. di dunia dan diakhirat. Dalam
setiap bacaan sholat terdapat peringatan bagi kita agar senantiasa mengagungkan
kebesaraNya, mulai dari takbirotul ikhrom sampai dengan salam. Apabila kita
pelajari maknanya satu persatu maka tidak ada kata lain yang karena pantas
untuk kita ucapkan selain kata tasbih (Subhanallah, Alhamdulillah ,
laailaaha illallah, Allahu Akbar) [90].
Betapa mulianya ibadah sholat yang diperintahkan kepada seluruh umat Islam.
Allah berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan
menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”(QS. al-Baqarah: 45
& 46).محمد بن صالح
Maka, shalat bagi mereka bukanlah perkara yang berat,
akan tetapi sangat mudah dan ringan. Untuk itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda:
و جعلتقرة عيني في الصلاة
Artinya :”Telah dijadikan sebagai penyejuk mataku ketika shalat”.[91] Shalat merupakan penyejuk mata bagi orang mukmin, dan bekal
kesehariannya yang ia siapkan untuk berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Untuk itulah ia mengagungkan kedudukan shalat dan memperhatikannya dengan
sungguhsungguh. Karena shalat adalah tiang agama, dan juga merupakan amalan
pertama seorang hamba yang akan dihisab atau dihitung kelak pada hari kiamat.
Maka itu, beradab baik terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam perkara shalat
ialah dengan cara melaksanakannya sedang hati kita dalam keadaan penuh
kelapangan dan ketenangan, mata kita terasa sejuk, merasa senang ketika sedang
menunaikannya, dan selalu menunggunya jika telah tiba waktunya. Jika kita telah
selesai dari shalat dzuhur, maka kita selalu rindu dengan shalat ashar. Dan
jika kita sudah menunaikan shalat ashar, kita pun akan rindu dengan shalat
maghrib. Begitu pula jika anda telah selesai dari shalat maghrib, maka kita
akan merasa rindu dengan shalat isya'. Dan setelah menunaikan shalat isya',
kita akan merindukan shalat subuh.
ketika sedang shalat ada rasa nyaman, ketenangan jiwa
dan kelapangan. Tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian orang: Hiburlah kita
dengan selain shalat!, karena shalat terasa berat bagi mereka dan menyusahkan
diri-diri mereka. Dan demikianlah seterusnya, engkau jadikan hatimu selalu
bergantung dengan shalat-shalat tersebut. Maka, tidak ragu lagi hal ini
termasuk adab yang baik terhadap Allah Subhanahu waTa’ala .[92]
Pembiasaan
sholat sejak usia dini merupakan kewajiban bagi setiap orang tua. Orang
memiliki kewajiban untuk mengajarkan sholat kepada anak-anaknya. Pembiasaan
sholat yang dilakukan sejak kecil akan sangat berpengaruh terhadap akhlak anak.
Karena dalam sholat terdapat banyak unsur yang berpengaruh terhadap pendidikan akhlak
anak. Diantara unsur-unsur pendidikan yang terdapat dalam sholat adalah :
a)
Sholat
mengajarkan untuk bersikap disiplin terhadap waktu
b)
Sholat
mengandung pelajaran agar manusia tunduk terhadap kebesaran Allah swt.
c)
Dengan sholat
manusia akan selalu mendekatkan diri kepada Allah swt.
d)
Dengan sholat
kita akan terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar
e)
Sholat
menjadikan manusia terpelihara dari dosa dan kesalahan, karena sholat yang
dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kekhusuan inysa Allah swt. Akan menghapus
dosa-dosa yang pernah diperbuat
f)
Sholat
mengajarkan kepada manusia untuk bersikap rendah hati
g)
Sholat mendidik
manusia agar meninggalkan sikap sobong.
h)
Sholat yang
dilakukan secara berjamaah akan berdampak luas terhadap pergaulanya dalam
masyarakat, seperti meningkatkan ukhuwah, rasa kebersamaan, toleransi, saling
menghargai sesama anggota masyarakat dll.
Andaikata
kaum muslimin mengetahui tujuan-tujuan tinggi dari shalat ini, andaikata para
imam mau memelihara ayat-ayat yang akan mereka bacakan kepada para makmum di
mihrab, ketika mereka bersama-sama berdiri di hadapan Allah swt., jika mereka
mampu menyinarkan cahaya Al-Qur’an Karim kepada orang –orang yang shalat, maka
ketika itu kita melihat bahwa shalat bisa menjadi ibarat “kapsul” yang
bermanfaat serta bisa mendidik dan membentuk umat Islam.[93]
Begitu
banyaknya manfaat melakukan sholat dalam kehidupan ini, sehingga Islam sangat
menekankan untuk mengerjakan sholat dengan sebaik-baiknya. Dari segi akhlak
sholat disamping sebagai pencegah dan penghilang kesombongan sholat juga
berdampak pada sikap-sikap yang lainya seperti, jujur, sabar, rendah hati,
penuh pengharapan, qonaah, kasih sayang, dan lain sebagainya. Pembentukan watak
melalui sholat hendaknya dilakukan sejak usia dini agar menjadi sebuah
kebiasaan yang akan dibawa sampai dewasa.
c. Amal
Ibadah yang dilakukan dengan Ikhlas Berpengaruh Terhadap Pembentukan Akhlakul
Karimah
Menurut
kebanyakan orang atau secara umum, ikhlas merupakan perbuatan yang sulit.
Ikhlas bersifat dua arah : Ikhlas dalam member sedekah dan ikhlas dalam
menerima cobaan. Karena ikhlas adalah pemikiran yang terletak dalam hati,
sedang dalam hati manusia ditempatkan jin untuk menggoda, maka ikhlas menjadi
sulit karena jin dan Syaitan tak pernah berhenti untuk menggoda manusia. Jika
dilihat dari kejadianya ikhlas dibedakan menjadi dua : 1. Ikhlas terhadap
sesuatu yang akan terjadi dan 2. Ikhlas terhadap sesuatu yang telah terjadi.
Ikhlas
pada hal yang akan terjadi , seperti ketika dihadapkan dengan sesuatu yang
tidak dapat dihindari dan tidak tahu kapan datangnya seperti gempa bumi, mau
tidak mau atau tidak ada pilihan kecuali menerima. Jika disikapi dengan takut
terhadap gempa, maka kita akan merasakan gelisah dan ketakutan yang cukup lama.
Sedangkan kita tidak pernah tahu, kapan gempa yang menghancurkan itu terjadi
pada diri kita, atau bahkan kita mungkin pernah berjumpa dengan gempa itu
hingga umur menjemput. Namun selama penantian tersebut, kita telah dibuat
bingung dan menderita. Ini adalah suatu kebodohan. Jika itu pasti terjadi dan
kita tidak dapat menghindari, tiada kata lain hanya menanti datangnya dengan
menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah swt.
Ikhlas
pada yang akan terjadi, seperti ketika anda dihina yang amat sangat, sehingga
menjadikan pemikiran yang mengganggu berlama-lama. Akibatnya konsentrasi anada
terganggu, sehingga banyak pekerjaan terbengkelai, kusutnya hati mambuat tidak
dapat berpikirjernih dan banyak amal baik yang terputus. Untuk itu, kita coba
memahami tentang ikhlas melalui Al Qur’an dan Hadits serta contoh-contoh dari
ulama terdahulu, yang dikutip dari buku ihya Ulumiddin.[94]
Dalam
beribadah manusia seringkali diperdaya oleh sifat riya atau pamer. Contoh
ketika sholat dihadapan orang banyak dilakukan secara khusu dan bacaanya diperpanjang
sementara ketika sholat sendirian bacaanya pendek dan sholatnya tidak terjaga
dengan baik, Ini adalah riya dalam beribadah. Ikhlas adalah perbuatan hati yang
jauh dari riya atau pamer. Mengerjakan segala sesuatunya hanya karena Allah
swt. Bukan karena yang lain. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt. Dalam
QS. Al-Bayyinah : 5.
!$tBur (#ÿrâÉDé& wÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsur ß`Ï ÏpyJÍhs)ø9$# ÇÎÈ
Artinya:”
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang
lurus”. (QS. Al-Bayyinah : 5).
Ayat
di atas menjelaskan bahwa kita diperintahkan untuk menyembah Allah swt. dan
beribadah menjalankan agamaNya dengan penuh keikhlasan tidak karena pengaruh
orang lain, ingin dipuji teman, ingin mendapat penghargaan dari pemimpin, ingin
dihormati oleh jamaahnya, ingin dianggap orang paling alim dan sebagainya. Hal
ini merupakan sesuatu yang dianggap mudah tetapi sebenarnya merupakan hal yang
sulit dilakukan. Untuk itu perlu pengetahuan tentang keikhlasan dalam beribadah
perlu ditanamkan bahwa ibadah yang dilaksanakan tanpa adanya keikhlasan akan
menjadi ibadah yang sia-sia dan tak berpahala.
Kaitanya
dengan pembentukan akhlak yang baik, ikhlas merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang. Ikhlas akan mendorong manusia mengerjakan segala sesuatu dengan
sepenuh hati dan rasa tanggung jawab. Segala pekerjaan apapun termasuk ibadah
yang dilaksanakan dengan ikhlas akan mendorong munculnya sikap-sikap yang lain
seperti sabar, syukur, qonaah, rendah hati, jujur dan akhlakul karimah lainya.
Segala amalan yang berasal dari hati hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan
Allah swt. Yang bisa menilai segala sesuatunya adalah diri sendiri, penilaian
orang dilakukan oleh orang belum tentu sesuai dengan apa yang ada dalam
hatinya.
Ikhlas
adalah perbuatan hati yang sangat tersembuyi, terkadang diriya sendiri tidak
mengetahui apakah perbuatan yang dilakukan ikhlas ataukah diiringi dengan riya. Begitu tersembunyinya
sampai-sampai Sirri As Saqathi berkata : “ Seseungguhnya kamu mengerjakan
shalat dua roka’at dalam kesunyian yang kamu ikhlaskan adalah lebih baik bagimu
dari pada kamu menulis tujuh puluh hadits atau tujuh ratus hadits dengan maksud
kedudukan yang tinggi.” Sebagian mereka berkata ;” Pada keikhlasan sesaat
itu terdapat keselamatan abadi, tetapi ikhlas itu jarang sekali. “ Ilmu
adalah bibit, amal adalah tanaman, dan airnya adalah keikhlasan. [95]
As
Susi berkata : “ Ikhlas adalah tidak melihat ikhlas.Sesungguhnya orang yang menyaksikan dalam keikhlasanya akan ikhlas,
maka keikhlasanya memerlukan kepada ikhlas yang lain. Apa yang disebutnya itu
member isyarat epada membersihkan amal dari ujub (kebanggaan) dengan perbuatan.
Sesungguhnya berpaling kepada ikhlas dan melihat kepadanya adalah ujub, dan itu
termasuk sejumlah bahaya. Dan yang ikhlas adalah yang bersih dari semua bahaya.
Sahi RA, berkata : “ Ikhlas adalah tenang dan gerakan-gerakanya karena Allah
Ta’ala secara khusus. “ ini adalah kalimat yang menghimpun serta meliputi
maksud. Ibrahim bin Adham : “ Ikhlas adalah kebenaran niat beserta Allah
Ta’ala”. Ruwaim berkata: “ Ikhlas dalam amal adalah behwa pelakunya
tidak menghendaki imbalan atas perbuatan itu pada dua negeri.” Al Muhasibi
berkata : “ Ikhlas adalah mengeluarkan makhluk daripada hubungan dengan Tuhan.”
Ini member isyarat semata-mata tidak ada riya.”[96]
Begitu
benyak pendapat Ulama mengenai pengertian ikhlas menambah khasanah pengetahuan
kita mengenai keikhlasan agar ibadah kita menjadi ibadah yang berkualitas, jauh
dar riya dan mampu mengantarkan kita menjadi pribadi yang diliputi dengan hati
yang sehat dan berakhlakul karimah.
d. Menjaga
Perkataan Adalah Bentuk Ibadah Kepada Allah
Manusia
adalah mahluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, kebutuhan
untuk berkomunikasi dengan orang lain merupakan hal yang penting bagi manusia
yang harus dipenuhi. Tak jarang orang menjadi lemah dalam pengetahuan karena
dia jarang berkomunikasi dengan orang lain. Sebaliknya orang yang sering
mengadakan interaksi dengan orang disamping menjadi banyak kawan dan sahabat
dia juga mendapatkan keuntungan yang lain berupa ilmu dan pengalaman.
Namun
demikian dalam berinteraksi dengan orang lain kita harus memperhatikan etika
dan tatakrama. Lisan merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus kita
jaga, Bahaya lisan besar dan tidak dapat menyelamatkan diri dari bahaya, keji
dengan diam. Oleh karena itu Rasulullah saw., memuji sikap diam dan menyuruh
melakukanya. Beliau bersabda :’ barang siapa diam, iapun selamat.” Nabi
saw. Bersabda; “ Diam itu bijaksana dan sedikit pelakunya “(al-hadits).[97] Perkataan
kita adalah cermin dari apa yang ada dalam hati kita. Untuk itu menjaga ucapan
dalam pergaulan adalah sesuatu yang sangat penting. Apa yang akan kita ucapkan
hendaknya terlebih dahulu dipikirkan dan direnungkan, jangan sampai kata-kata
yang kita ucapkan menyakiti hati orang dan berakibat buruk terhadap lingkungan.
Kata-kata yang sudah terucap tidak bisa ditelan kembali, maka hendaklah kita
pelihara ucapan kita dengan sebaik-baiknya.
Dari 'Adiy bin Hatim r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Takutlah
engkau semua kepada neraka, sekalipun dengan jalan bersedekah dengan potongan
kurma, maka barangsiapa yang tidak dapat menemukan itu, maka
hendaklahbersedekah dengan mengucapkan peyarkataan yang baik." (Muttafaq
'alaih)
Kenapa lidah menjadi sangat penting dalam hal ini, kenapa harus
dijaga, apakah keistimewaanya? Orang bilang bahwa lidah tajamnya melebihi
pedang, sebab lidah mampu melukai hati yang letaknya tersembunyi di dalam dada,
sedang pedang belum tentu ketajamanya bisa menembus dada, apalagi sampai
mengenai hati. Oleh karena itu, para penasehat spiritual selalu menekankan agar
pandai-pandai menjaga lidah, artinya kata-kata yang diucapkan dengan
perantaraan lidah, bisa menjadikan seorang marah pada anda, sebab peraaanya
mudah tersinggung dengan kata-kata yang telah kita ucapkan.
Kita semua sadar bahwa manusia oleh Allah diberi hati, dia punya
perasaan dan harga diri. Siapa pun yang perasaan dan harga dirinya sebagai
manusia tersinggung pasti akan marah, akan memberontak, minta dihargai dan
dihormati sebagai makhluk Allah, karena di hadapan Allah swt., manusia adalah
sama.
Allah maha bijaksana, dan Allah berfirman dalam Al-Qur’an sebagai
berikut :
@è%ur Ï$t7ÏèÏj9 (#qä9qà)t ÓÉL©9$# }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# éøu\t öNæhuZ÷t/ 4 ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# c%x. Ç`»|¡SM~Ï9 #xrßtã $YZÎ7B ÇÎÌÈ
Artinya : “dan Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah
mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al- Isro : 53).
Bahkan dalam firman Allah swt., yang tersurat dalam QS. Al-Baqoroh
263, Allah telah memberikan petunjuk bahwa perkataan yang baik dan member maaf
lebih baik dari sedekah yang disertai caci maki. Allah maha kaya lagi
penyantun. Dalam pandangan Allah, manusia dinilai bukan bagus dan cantiknya
rupa atau banyaknya harta kekayaan, pangkat atau jabatannya, tetapi hatinya,
ucapan dan perilakunya. Dan sebaik-baik manusia dihadapan Allah adalah orang
yang lebih bertakwa.
Oleh karena itu dengan akal yang telah diberikan Allahswt.,
diharapkan manusia menggunakan akal dan pikiranya sebelum melakukan sesuatu,
agar tidak terjadi kesalahan dalam ucapan maupun perbuatanya. Sebab apabila
terjadi kesalahan baik dalam kata-kata maupun perbuatan, akibatnya bisa fatal,
manusia akan menderita kerugian baik di dunia maupun diakhirat.
Perkataan yang baik merupakan sedekah, begitulah yang disampaikan oleh Rasulullah
saw., Pesan dan nasehat yang kita berikan kepada orang melalui ucapan kita
merupakan bentuk sedekah yang bernilai ibadah.
e. Semakin
Tinggi Ketakwaan Seseorang Akhlaknya akan semakin Baik
Takwa
secara bahasa berarti “takut”, secara istilah takwa adalah : ” menjalankan
segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-laranganya”. Orang yang
bertakwa kepada Allah swt. senantiasa berusaha untuk menjalankan perintah Allah
swt. dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk meninggalkan segala yang
dilarang oleh –Nya. Takwa juga dapat dijadikan sebagai ukuran pengakuan atas
semua nikmat Allah yang tiada terhitung banyaknya, yaitu dengan membuktikan
syukur lewat lisan dan perbuatan.[98]
Orang
yang bertakwa selalu menjaga sikap dan perbuatanya untuk senantiasa berada
dalam jalan yang benar sesuai ajaran agama. Perbuatanya selalu selaras dengan
ketentuan-ketentuan Allah swt. yang terdapat dalam Al Qur’an maupun sunah
Rasul-Nya. Ketakwaan seseorang sangat berpengaruh terhadap kepribadianya dalam
menkalankan hidupnya sehari-hari. Perbuatanya selalu mengarah kepada kebaikan,
seperti peduli terhadap fakir miskin, ramah dalam bergaul, suka menolong,
rendah hati dan tidak bersikap sombong. Kesadaran akan keberadaan Allah swt.
dengan segala aturanya menjadikan seorang yang bertakwa merasa takut untuk
melakukan perbuatan tercela, seperti mengumpat, aniaya, mencuri,
menjelek-jelekan orang lain, takabur dengan segala yang dimilikinya dan
perbuatan mungkar lainya.
Rasulullah
saw., Bersabda :
عن أبى
ذرّجندب بن جنادةوأبى عبدالرّحمن عماذبن جبل رضى اللّه عنهماعن رسول اللّه
صلّى اللّه عليه وسلّم قال : اتّق اللّه حيثماكنت،وأتبع السّيّءةالحسنةتمحها،
وخالق النّاس بخلق حسن ٠ |
Dari
Abu Dzar bin Junadah dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal ra., dari Rasulullah
saw., beliau bersabda : "Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau
berada. Sertailah (tutuplah) kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan
tadi akan menghapus kejelekan, dan gaulilah manusia dengan akhlak yang baik."(HR.
Turmudzi). Hadits
tersebut menerangkan agar senantiasa bertakwa kapanpun dan dimanapun kita berada, di pasar, di kantor,
di sawah, di laut maupun diujung dunia sekalipun kita tetap diperintahkan
untuk bertakwa kepada Allah swt. kapanpun waktunya. Dalam hadits tersebut
juga diperintahkan agar kita senantiasa berbuat baik untuk menutupi
kejelekan-kejelekan kita. Selain itu kita juga dituntut untuk bergaul
dalam lingkungan masyarakat dengan akhlakul
karimah. Artinya akhlakul karimah melekat erat dengan ketakwaan, bisa
dikatakan orang yang paling bertakwa adalah orang yang paling baik akhlaknya. Bagi
orang yang sudah memiliki ketakwaan yang kuat, dalam hatinya selalu ingat
kepada Allah swt., sehingga memperoleh perlindungan dari-Nya, memiliki hati
yang tenang dan pikiran yang cemerlang serta tidak mudah lalai terhadap
fungsi hidupnya sebagai abdi Allah. Semua perilakunya memiliki nilai ibadah ,
sehingga hidupnya memiliki makna dihadapan Allah, sedang jalan yang dilaui
adalah jalan yang diridlai Allah, yaitu jalan yang lurus. Takwa merupakan
sikap hidup dan pendirian untuk memilih jalan yang diridlai Allah, yaitu
jalan yang lurus, bukan jalan yang bengkok yang berliku-liku yang bisa
menyesatkan. Ketakwaan
seseorang terkadang naik terkadang juga turun seperti keimanan. Naik turunya
ketakwaan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah aktifitas
sehari-hari, ketika sedang menghadapi permasalahan yang serius seseorang
sangat dekat dengan Allah, ia memohon doa dengan penuh kekhusuan, ibadahnya
meningkat demikian juga dengan tingkat ketakwaanya. Namun ketika semua telah
lewat dan dirinya mendapatkan kenikmatan yang banyak, terkadang lalai dengan
tugasnya kepada Allah swt, ibadahnya dikerjakan dengan seenaknya, shalat
terkadang dilupakan, shodakah dan amal kebaikan lainya tak lagi dilakukan. Orang
yang bertakwa (Muttaqin) adalah orang yang menyembah Allah dengan sungguh-sungguh
di bumi Allah ini agar menjadi manusia yang bahagia dunia dan akhirat,
memiliki derajat ketakwaan yang tinggi dan berakhlakul karimah. |
F. AKHLAKUL
KARIMAH SEBAGAI BENTENG PENGARUH NEGATIF PERKEMBANGAN ZAMAN
Perkembangan
zaman yang semakin maju membawa berbagai dampak pada umat manusia, untuk itu
diperlukan penanganan serius untuk menghindari terjadinya berbagai dampak
negatife tersebut, salah satunya adalah dengan cara pembinaan akhlakul karimah.
Uraian lebih lanjut akan dipaparkan sebagai berikut :
a. Dampak
Negatif Perkembangan Media Komunikasi dan penagananya
Perkembangan
teknologi yang semakin canggih membawa berbagai dampak terhadap kehidupan
manusia. Ada dampak positif ada juga ada
juga dampak negatif, dampak positifnya diantaranya adalah memperingan kerja
manusia karena banyak pekerjaan manusia yang sudah digantikan dengan mesin,
dalam hal komunikasi manusia dipermudah dengan semakin canggihnya sarana
komunikasi. Manusia bisa melakukan hubungan dengan orang lain tanpa harus bertemu secara langsung.
Dengan sarana HP (Hand Phone) manusia bisa melakukan komunikasi dengan
orang lain dengan mudah. Terlebih
melalui internet manusia bisa melakukan hubungan komunikasi sekaligus mencari
informasi seputar dunia pendidikan, agama, ekonomi, olah raga, kesenian,
politik, dunia selebritis dan berbagai pengetahuan yang lain .
Selain
dampak positif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan telekomunikasi ternyata banyak juga dampak negative yang
ditimbulkan dari kemajuan teknologi komunikasi terutama bagi generasi muda
bangsa. Akhlak generasi muda semakin mengalami kemrosotan seiring berkembangnya
teknologi. Mudahnya mengakses situs-situs pornografi di internet mengakibatkan
banyak terjadinya pergaulan bebas bagi para remaja, mereka sudah tidak
memperhatikan lagi akhlak islami. Budaya –budaya barat yang tidak terfilter
dengan baik diterima secara apa adanya oleh generasi muda. Mereka menganggap
kebudayaan luar merupakan kebudayaan yang patut untuk diikuti sementara
kebudayaan sendiri dianggap sesuatu yang tradisional dan memalukan. Norma-norma
agama sudah tidak dipedulikan lagi, hal ini terlihat dari meningkatnya angka
kenakalan remaja, mulai dari budaya tawuran, pengkonsumsian miras dan narkoba,
pergaulan bebas dan masih banyak lagi.
Kemajuan
komunikasi tidak hanya berdampak bagi para remaja, para orang dewasapun tidak
luput dari pengaruh negative perkembangan teknologi ini. Orang banyak yang
terlena dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh kemajuan teknologi
tersebut. Mereka terlena dengan gemerlap dunia sehingga melupakan kehidupan
yang hakiki di akhirat. Kehidupan yang materialistis merupakan salah satu
dampak dari kemajuan di bidang teknologi. Manusia berlomba-lomba untuk
memperoleh kekayaan dan menumpuk harta sementara banyak meninggalkan
amalan-amalan ibadah.
Kesibukan
manusia dalam urusan duniawi merupakan hal yang paling dirasakan pada saat ini,
pola pikir dan prilaku manusia di era modern lebih cenderung kepada pemenuhan
kebutuhan dunia yang bersifat fana. Akhlak mereka sudah terpengaruh
pemikiran-pemikiran modern yang menginginkan semuanya dengan praktis dan mudah.
Sikap egois dan menang sendiri sudah melekat dikalangan masyarakat. Yang lebih
mengkhawatirkan adalah adanya sikap apatis atau acuh tak acuh dalam lingkungan
masyarakat. Manusia sudah tidak saling peduli dan mau memikirkan orang lain.
Sesuatu yang tabu dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak ada teguran yang
dilakukan oleh masyarakat. Hal demikian kalo terus menerus terjadi tanpa adanya
penanganan maka akan menimbulkan dampak yang lebih parah terhadap kehidupan
umat manusia. Akhlak manusia semakin merosot dan jauh dari ajaran agama.
Untuk
itu perlu adanya upaya yang bijak untuk mengatasi berbagai dampak negatif dari
perkembngan jaman dan kemajuan teknologi, dengan kembali menanamkan norma-norma
agama dalam kehidupan. Generasi muda perlu mendapatkan pendidikan akhlak untuk
membentengi diri dari pengaruh budaya- budaya
negatif yang setiap saat bisa
mengancam. Peran orang tua juga sangat
penting dalam penanaman akidah terhadap anak-anaknya sehingga dapat menguatkan
keimanan. Dengan keimanan yang kuat pengaruh negatif dari perkembangan
tekhnologi komunikasi dapat teratasi.
b. Batasan-Batasan
Kecintaan Terhadap Kehidupan Dunia yang Melalaikan
Kehidupan
dengan segala isinya merupakan sesuatu yang sangat menggoda siapapun, kemewahan
dan kemegahan dunia ini diciptakan oleh Allah swt. untuk manusia dan mahluk
lainya. Dalam islam tidak dilarang untuk mencintai dunia ini selagi tidak
melalaikan tugas dan kewajiban kepada Allah swt. bahkan ada beberapa dalil yang
menguatkan kita untuk mencari dunia sebagai bekal untuk menghadapi alam
akhirat.
Namun
demikian Allah swt. juga mengingatkan kita agar tidak terpedaya dengan
kenikmatan dunia sampai melupakan kehidupan akhirat. Pada kenyataanya banyak
orang yang cenderung memikirkan kepentingan duniawi dibandingkan dengan
mengejar urusan akhirat yang kekal dan abadi. Keyataan ini bisa dilihat dari
berbagai pengamalan ibadah yang tidak mengalami peningkatan yang signifikan,
masjid-masjid diperkotaan maupun dipedesaan sekarang mengalami kemerosotan
jumlah jamaahnya, pengajian-pengajian juga
mengalami penurunan jumlah pengunjungnya, pondok pesantren terutama yang
dilingkungan pelosok mengalami penurunan jumlah santri. Sementara sarana
kemaksiatan semakin meningkat, tempat-tempat seperti diskotik, caffe-caffe yang
menyediakan minuman-minuman keras tidak pernah sepi setiap harinya.
Kecenderungan
manusia dalam urusan duniawi merupakan kerugian yang bersifat nyata. Pada
hakekatnya dunia hanyalah sarana untuk mencapai kebahagiaan di alam akhirat,
dunia bukanlah segala-galanya. Allah swt. berfirman.
@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#s ÏNöqpRùQ$# 3 $yJ¯RÎ)ur cöq©ùuqè? öNà2uqã_é& tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# ( `yJsù yyÌômã Ç`tã Í$¨Y9$# @Åz÷é&ur sp¨Yyfø9$# ôs)sù y$sù 3 $tBur äo4quyÛø9$# !$u÷R$!$# wÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇÊÑÎÈ
Artinya:
“ tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
(Q.S. Ali-Imron : 85)
Ayat di atas
menjelaskan bahwa kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan, orang yang beruntung adalah orang yang bisa keluar dari tipu
daya dunia yang melalaikan dan bersungguh-sungguh mencari pahala untuk bekal
hidup di alam akhirat karena sesungguhnya akhirat itu nyata dan kekal abadi.
Kita semua akan kembali kepada Allah swt. dengan membawa amal perbuatannya
masing-masing. Barang siapa yang banyak amal baiknya maka balasan berupa
kedudukan yang mulia di sisi Tuhannya dan barang siapa yang banyak amal
buruknya maka balasanya adalah Neraka dengan adzab yang pedih didalamnya. (na’udzubillahi
min dzalik).
Dengan demikian
perlu mengetahui batasan-batasan kecintaan terhadap duniawi sehingga bisa
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Banyak orang yang terkecoh dan terpedaya hatinya oleh
gemerlapnya duniawi, bila tidak punya filter iman jelas dirinya akan tersungkur
menjadi budak duniawi. Sebab Allah swt. menjadikan keindahan dunia ini adalah
sebagai penghias bagi kehidupan manusia , bukan sebagai tujuan utama hidup
manusia. Sedangkan tujuan utama hidup manusia adalah kembali keepada Allah swt.
dengan memperoleh ridloNya. Seperti dijelaskan Allah swt. dalam firmanya :
z`Îiã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# ÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$# ÆÏB É=yd©%!$# ÏpÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3 Ï9ºs ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ
Artinya :”
dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)”. (Q.S. Ali Imron : 14)
Dari
keterangan ayat di atas dapat ditarik kesimpulan kalau dunia seisinya ini
hanyalah sebagai mainan belaka, sebagai penghias dan tempat singgah sementara
manusia yang seharusnya digunakan untuk menumpuk pahala yang diridloi Allah
swt. agar dapat mendapatkan kenikmatan yang sebenarnya yang akan diberikan
kepada kita karena telah mengabdikan diri kepada Allah swt.
Mengingat
dunia sebagai tempat mainan dan penghias maka dengan sendirinya dalam kehidupan
dunia ini penuh dengan tipu daya, rekayasa dan godaan. Banyak orang yang tidak
mengerti tentang hakikat kehidupan yang menjadi korban tipu daya duniawi,
sehingga ia rela mengkontruksi seluruh hidupnya hanya untuk mencari kebahagiaan
dan kenikmatan duniawi semata. Ia bekerja keras siang malam demi memburu harta
keduniaan, tanpa memikirkan segala resiko dan bentuk aturan maupun norma-norma
sosial. Dari sinilah munculnya sifat serakah, rakus, tamak, gila hormat, ambisi
kekuasaan, materialistis dan perbuatan-perbuatan mungkar lainya.
Semua
ini akibat pengaruh hatinya yang kotor, imanya yang lemah dan akhlaknya yang
rendah. Oleh sebab itu, hati punya peranan yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian dan tingkah laku seseorang. Maka jangan berharap seseorang bisa
menjadi baik selama hatinya tidak dibersihkan dari noda dan kefasikan dan
kekufuran.
Dari
keterangan di atas, maka jelaslah sudah, kalau cinta keduniaan termasuk
penyakit hati. Penyakit ini bisa sembuh kalau dalam hatinya ditanamkan
pemahaman bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, sedangkan tujuan hidup
yang sebenarnya adalah mencari ridlo Allah swt. dengan mengamalkan seluruh
perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, akan dicapai
keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. [99]
Kecintaan
terhadap dunia haruslah kita batasi jangan sampai kita terlaru larut terhadap
kecintaan terhadap harta dan dunia. Imam Nawawi menyebutkan “ cabang iman
yang kesepuluh adalah cinta terhadap Allah swt. Tanda-tanda orang yang cinta
kepada Allah adalah cinta terhadap Al-Qur’an, tanda-tanda orang yang cinta
terhadap Al-Qur’an adalah cinta kepada Nabi Muhammad saw. Tanda-tanda orang
yang cinta terhadap Nabi Muhammad saw. Adalah cinta terhadap sunnah,
tanda-tanda orang orang yang cinta terhadap sunnah adalah cinta terhadap
akhirat, tanda-tanda orang yang cinta terhadap akhirat adalah membenci urusan
duniawi, dan tanda-tanda orang yang membenci urusan duniawi adalah mencari
dunia hanya sebatas untuk bekal menuju akhirat”.[100]
Dengan
demikian jelas sudah batasan kecintaan terhadap duniawi tidak boleh melebihi
kecintaan terhadap Allah, Al-qur’an, Nabi, Sunnah dan akhirat.
c. Peranan
Pendidikan Akhlak bagi Generasi Muda
Sebelum kita mengkaji peranan pendidikan akhlak terhadap generasi
muda kita perlu tahu terlebih dahulu mengenai pengertian pendidikan akhak dan
generasi muda, Pendidikan akhlak terdiri dari dua kata yaitu “pendidikan” dan
“Akhak”. Pendidikan dilihat dari istilah bahasa Arab maka pendidikan mencakup berbagai
pengertian, antara lain tarbiyah, tahzib, ta’lim, ta'dib, siyasat,mawa’izh,
'ada ta'awwud dan tadrib. Sedangkan untuk istilah tarbiyah, tahzibdan
ta'dib sering dikonotasikan sebagai pendidikan. Ta'lim diartikan pengajaran,
siyasat diartikan siasat, pemerintahan, politik atau pengaturan. Muwa'izh
diartikan pengajaran atau peringan. ’Ada Ta'awwud diartikan pembiasaan dan
tadrib diartikan pelatihan. Istilah di atas sering dipergunakn oleh beberapa
ilmuwan sebagaimana Ibn Miskawaih dalam bukunya berjudul tahzibul akhlak, Ibn
Sina member judul salah satu bukunya kitab al siyasat, Ibn al-Jazzar
al-Qairawani membuat judul salah satu bukunya berjudul siyasat al-shibyan wa
tadribuhum, dan Burhan al-Islam al-Zarnuji memberikan judul salah satu karyanya
Ta'lim al- Mula'allim tharik at-ta'alum. Perbedaan itu tidak menjadikan
penghalang dan para ahli sendiri tidak mempersoalkan penggunaan istilah di
atas. Karena, pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam
suatu kesimpulan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi
muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih
baik.[101]
Sedangkan
pengertian akhlak sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya adalah jamak dari
khuluk yang berarti adat kebiasaan (al-‘adat), perangai,tabi’at(al-sajiyyat),
watak (al-thab),adab/sopan santun (al-muru’at), dan agama (al-din).
Menurut para ahli masa lalu (al-qudama), akhlak adalah kemampuan jiwa
untuk melahirkan sesuatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau
paksaan. Sering pula yang dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir
atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau buruk.[102]
Generasi muda adalah manusia yang sedang berkembang menuju arah
kedewasaan . Dari pen penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
akhlak bagi generasi muda adalah "proses kegiatan pendidikan yang
disengaja untuk membentuk perilaku lahir dan batin generasi muda menuju arah
yang lebih baik".
Pada
masa transisi menuju kedewasaan pemuda mengalami kegoncangan emosional,
masa-masa semacam ini sering dikatakan sebagai masa pubertas dimana remaja
mengalami berbagai gejolak psikologis dan perubahan-perubahan organ tubuh.
Untuk laki-laki biasanya ditandai dengan perubahan suara, tumbuh rabut pada
bagian tubuh tertentu sementara bagi para remaja putri ditandai dengan
menstruasi, perubahan suara dan pembesaran organ tubuh tertentu. Secara medis
perubahan-perubahan tersebut merupakan hal yang wajar.
Perubahan
fisik tersebut disertai dengan perkembangan mental dan keperibadian, pada masa
ini pemuda cenderung untuk melakukan hal-hal yang negatif, tingkat emosional
yang belum setabil mengakibatkan pemuda seringkali berbuat nekat yang
membahayakan dirinya dan orang lain. Mereka berbuat sesuatu dengan dorongan
keinginan sendiri tanpa mempedulikan orang lain, karena pada masa-masa ini
generasi muda merasa dirinyalah yang
paling hebat sehingga cenderung untuk bersikap egois. Masa muda juga ditandai
dengan adanya ketertarikan terhadap lawan jenis, mereka mulai mengenal lawan
jenis dan memiliki perasaan suka. Dari ketertarikan kemudian berlanjut kepada
saling mengenal dan saling berkasih sayang. Bahkan banyak diantara para pemuda
yang akhirnya terjerumus kedalam pergaulan bebas. Permasalahan tersebut
kemudian berlanjut pada penggunaan narkoba, miras dan obat-obatan terlarang.
Disinilah
peran pendidikan akhlak terhadap generasi muda untuk membentengi sekaligus
mengatasi berbagai perilaku menyimpang yang tidak seharusnya dilakukan oleh
generasi muda. Pendidikan akhlak merupakan solusi terhadap berbagai permasalahan
yang dialami oleh generasi muda.
Generasi muda harus mempelajari ilmu tentang akhlak
yang dibawa oleh Rasulullah saw., Mereka wajib mengetahui dan mengamalkan
perilaku-perilaku yang baik yang diajarkan oleh Rasulullah saw., Pendidikan akhlak
merupakan hal yang sangat penting bagi generasi muda, oleh karena itu peran
orang tua, ustad atau guru sangat dibutuhkan dalam membimbing generasi muda
agar memiliki akhlakul karimah.
Akhlakul
karimah amat penting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam pergaulan remaja.
Ahmad Syauki Bey (seorang penyair) mengatakan sebagai berikut : “ Sesenguhnya
suatu umat akan tetap memiliki nama harum selama umat tersebut memiliki akhlak
(yang terpuji). Manakala akhlak (yang terpuji) telah lenyap , lenyap pulalah
nama harum umat tersebut.”
Di
tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, sering kita jumpai orang yang secara
lahiriyah tidak gagah, tidak kaya, tidak pula pandai, namun dihormati orang lain secara tulus. Sebaliknya, kita
juga menyaksikan bahwa orang yang secara lahiriyah tampak gagah dan kaya raya,
namun kurang dihormati orang lain. Semua itu ditentukan oleh akhlaknya
masing-masing. Harta yang banyak, pangkat yang tinggi atau dimilikinya beberapa
gelar kesarjanaan takmampu mengangkat derajat manusia, tanpa dimiliki akhlak
karimah.
K.H.M.
Isa Anshary seorang ulama dan politikus ulung mengatakan bahwa akhlakul karimah
ibarat pakaian penutup aurat. Orang yang tak memiliki akhlak karimah, tak
ubahnya seperti orang gila yang
berkeliaran dipinggir jalan tanpa pakaian sedikitpun. Oleh sebab itu, orang
yang ingin terhormat dalam pandangan Allah swt. dan sesama manusia hendaknya
memiliki akhlak karimah. [103]
Pendidikan
akhlak juga berarti ilmu tentang kesopanan, ilmu kesusilaan, etika, budi
pekerti atau moral. Dalam Islam akhlak itu bentuknya ditujukan kepada Allah
swt. kepada manusia dan mahluk-mahluk yang lain. Perbuatan baik adalah akhlak
yang wajib kita kerjakan, sedangkan perbuatan buruk adalah wajib untuk kita
tinggalkan, dan ini berarti ada akhlak yang baik dan akhlak yang buruk.
Generasi muda harus mengenal perilaku yang baik untuk dikerjakan dan perilaku
yang buruk untuk ditinggalkan.
Ghazali
menjelaskan bahwa perbuatan yang harus kita kerjakan disebut wajib. Dan yang
baik disebut mustahab yaitu amal atau perbuatan yang disenangi. Adapun yang
tidak wajib untuk dikerjakan disebut haram, dan yang sebaiknya untuk kita
tinggalkan disebut makruh, dan yang selain itu disebut mubah, yaitu boleh
dikerjakan atau tidak dikerjakan seperti duduk atau berdiri. [104]
Ghazali
juga berpandangan bahwa kecondongan pada kebaikan adalah merupakan fitrah (naluri)
manusia artinya merupakan kebiasaan yang tetap baginya. Sementara kecondongan
pada nafsu dan sahwat adalah merupakan kecondongan yang janggal dan memang hal
tersebut keluar dari garis kebiasaan (tabiat). [105]
Dari
keterangan diatas menunjukan bahwa manusia pada hakekatnya memiliki tabiyat
untuk berbuat kebaikan, apabila manusia melakukan perbuatan yang tidak baik
maka terjadi penolakan dalam dirinya dan itu merupakan sesuatu yang janggal .
Hal tersebut merupakan menu yang harus dimengerti oleh generasi muda sehingga
dalam menghadapi masalah mereka dapat menyikapi dengan bijak dan senantiasa
disandarkan pada ajaran Allah swt.
Rasulullah saw., bersabda :” Hazrat Abu
Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: 7 golongan yang
akan dilindungi Allah swt di bawah bayangan rahmatNya pada hari yang tiada
bayangan selain daripada bayangan rahmatNya iaitu:
1.
Pemerintah
yang adil
2.
Pemuda
yang menggunakan masa muda remajanya untuk beribadat kepada Allah
3.
Lelaki
yang hatinya sentiasa terpaut kepada masjid
4.
Dua
orang yang berkasih sayang antara satu sama lain kerana Allah. Mereka berkumpul
dan berpisah kerana Allah
5.
Lelaki
yang digoda oleh wanita bangsawan dan jelita, lalu dia berkata: “Sesungguhnya
saya takut kepada Allah”
6.
Seorang
yang memberi sedekah secara bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu
sedekah yang diberikan oleh tangan kanannya
7.
Lelaki
yang mengingati Allah berseorangan sehingga berlinangan air matanya. (Hadith Riwayat
Imam Bukhari, Muslim dan lain-lain).
Hadits
di atas menerangkan bahwa ada tujuh golongan orang yang mendapat rahmat Allah
swt. diantaranya adalah pemuda yang menggantungkan hatinya dimasjid dan pemuda
yang tidak tergoda dengan wanita yang haram untuk dipergauli. Ini merupakan
pendidikan akhlak bagi para pemuda yang dilakukan oleh Rasulullah saw., Betapa
pemuda merupakan generasi yang sangat penting untuk kelangsungan perjuangan
bangsa dan agama. Untuk itu dibutuhkan generasi muda yang berakhlakul karimah
dan bijak dalam menghadapi masalah dalam kehidupan serta tekun menjalankan
ibadah kepada Allah swt. sebagai sarana menciptakan kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
d. Pengaruh
Globalisasi dalam Kehidupan Harus Segera di atasi dengan Prilaku yang Bijak
Menurut
sebagian orang, berbicara mengenai akhlak karimah dalam era globalisasi seperti
ini dianggap kuno dan kurang maju. Anggapan seperti ini muncul karena sudah
terpengaruh budaya barat yang dinilai maju dan modern. Masuknya budaya barat
sangat berpengaruh terhadap prilaku dan akhlak bangsa. Untuk itu perlu adanya
penanganan secara khusus dan bijaksana.
Pengaruh
negatife globalisasi ini hendaknya disikapi serius dengan menanamkan
nilai-nilai akhlakul karimah terhadap
seluruh msyarakat, mulai dari anak-anak, generasi muda sampai pada orang –orang
tua. Tuntunan akhlakul karimah tiada lain adalah ajaran Islam itu sendiri.
Sumber hukum akhlakul karimah juga sumber hukum Islam itu sendiri. Oleh sebab
itu, seorang tidak mungkin memiliki akhlakul karimah apabila tidak menjalankan
syareat Islam secara benar.
Cara
mensikapi perkembangan era globalisasi yang membawa dampak negatife pada
prilaku manusia diantaranya adalah sebagai berikut :
a)
Memperkuat
akidah Islam dengan banyak belajar ilmu agama
b)
Memilah dan memilih
berbagai perilaku dan budaya asing yang bersesuaian dengan ajaran agama Islam
dan meninggalkan yang tidak sesuai
c)
Menghias diri
dengan akhlak karimah dalam setiap hal dimanapun dan kapanpun.
d)
Bersikap dan
berperilaku sesuai tuntunan ajaran agama Islam.
e)
Menghidari
segala dampak buruk era globalisasi dengan selalu berpegang teguh pada tali
agama Allah swt.
Dengan
beberapa langkah di atas diharapkan kita mampu untuk menanggulangi dampak
negatif dari perkembangan era globalisasi yang semakin meresahkan umat manusia.
Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut. Hal
terpenting yang harus kita laksanakan
adalah menjalankan ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Insya Allah kita
akan terhindar dari dampak negatif perkembangan zaman yang semakin maju.
G.
JAMINAN ALLAH TERHADAP KEHIDUPAN MAHLUKNYA YANG
BERAKHLAKUL KARIMAH
Allah
swt. adalah dzat yang maha sempurna, menguasai segala yang ada dalam alam
semesta beserta isinya, apa yang di wahyukan melalui Al-Qur’an merupakan suatu
yang haq (benar) tanpa terbantahkan. Segala perbuatan manusia akan
dipertanggung jawabkan dihadapan –Nya tanpa ada yang bisa terlewatkan. Termasuk
balasan bagi mahluknya yang berbuat kebaikan di muka bumi ini juga mendapatkan
jaminan oleh Allah swt. agar manusia mendapat rahmat dan hidayah maka Allah
swt. mengutus para Nabi dan Rasul dari golongan manusia untuk menuntun kejalan
yang lurus, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Allah swt. agar
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
a. Surga Di
Sediakan Bagi Orang Mu’min Yang Berakhlakul Karimah
Rasulullah
saw., Bersabda,” perangai terpenting yang akan memimpin umatku ke surga
adalah takwa kepada Allah swt. Dan akhlak yang baik”.[106]
Dari
hadits tersebut jelas bahwa orang – orang yang mulia akhlaknya dijandjikan oleh
Allah swt. untuk mendapatkan surga.
Penduduk
surga adalah orang mukmin yang sepenuh hati mengabdikan hidupnya untuk Allah
swt. dengan penuh ketundukan menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah
swt. dan meninggalkan segala larangan-laranganya. Hanya orang yang beriman dan
berakhlakul karimahlah yang bisa merasakan kenikmatan di surga.
Allah
swt. berfirman.
cÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# y7Í´¯»s9'ré& ö/ãf çöy{ ÏpÎy9ø9$# ÇÐÈ ôMèdät!#ty_ yZÏã öNÍkÍh5u àM»¨Zy_ 5bôtã ÌøgrB `ÏB $uhÏGøtrB ã»pk÷XF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkÏù #Yt/r& ( zÓÅ̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã 4 y7Ï9ºs ô`yJÏ9 zÓÅ´yz ¼çm/u ÇÑÈ
Artinya
: “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka
itu adalah Sebaik-baik makhluk. Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap
mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Tuhannya. ” (Q.S. Al- Bayyinah :7-8)
Dari
keterangan ayat tersebut menyebutkan bahwa balasan bagi orang – orang yang beriman dan beramal soleh adalah surga
dan mereka kekal di dalamnya. Allah ridlo terhadap orang yang berbuat baik
dimuka bumi ini. Perbuatan baik atau amal soleh merupakan akhlakul karimah.
Orang yang berakhlakul karimah senantiasa mengerjakan sesuatu dengan
menyandarkan kepada ajaran agama. Prilakuknya santun, tawadu, sabar dalam
menghadapi segala ujian dan selalu bersyukur kepada Allah swt.
Sementara orang yang berakhlak jelek dan
ingkar terhadap perintah Allah swt. balasanya adalah di neraka. Allah swt.
berfirman :
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. ô`ÏB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# tûüÏ.Îô³ßJø9$#ur Îû Í$tR zO¨Yygy_ tûïÏ$Î#»yz !$pkÏù 4 y7Í´¯»s9'ré& öNèd ° ÏpÎy9ø9$# ÇÏÈ
Artinya
: “ Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka
itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Q.S. Al- Bayyinah : 6).
Sedangkan
balasan bagi orang yang ingkar terhadap Allah swt. melakukan perbuatan syirik
kepada Allah swt. balasanya adalah neraka dan mereka kekal di dalamnya. Musyrik
merupakan akhlak tercela, orang – orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini
dengan menuhankan selain Allah swt. merupakan orang – orang yang merugi dan
binasa mereka adalah golongan orang yang celaka di dunia dan di akhirat.
Sebagai
hamba Allah swt. memiliki kewajiban untuk berbuat kebaikan dimuka bumi ini
dengan berprilaku bijak kepada seluruh mahluk Allah swt. baik yang berupa
mahluk hidup maupun benda mati seperti lingkungan tempat kita hidup. Karena berakhlak
tidak hanya ditujukan kepada Allah swt. tetapi juga kepada sesama manusia,
lingkungan dan alam sekitar. Akhlak kepada Allah swt. dapat ditunjukan dari
ketaatan kita melakukan ibadah dengan didasari keimanan dan ketakwaan. Akhlak
kepada manusia dapat ditunjukan dengan sikap dan perbuatan-perbuatan yang baik
sebagaimana telah dipaparkan dalam
pembahasan sebelumnya. Sementara akhlak kepada lingkungan bisa kita lakukan
dengan cara bersikap arif dan bijak terhadap lingkungan kita, seperti membuang
sampah pada tempatnya, pelestarian hutan, tidak menebang pohon sembarangan,
membuang limbah pada tempatnya, tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan
sumberdaya alam dan lain sebagainya.
Dengan
perilaku yang bijak berdasar pada
nilai-nilai akhlakul karimah yang diajarkan agama Insya Allah kita akan
mendapatkan kemanfaatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat sebagaimana yang
di janjikan oleh Allah swt.
b. Kemuliaan
Akhlak Menjadikan Manusia Memiliki Kedudukan yang Mulia Di Hadapan Allah SWT
dan Mahluk Lainya
Orang
yang paling mulia di sisi Allah swt. adalah orang yang paling bertakwa dan yang
paling mulia akhlaknya, Kemuliaan seseorang tidak dinilai dari sisi hartanya
tetapi kemuliaan seseorang dilihat dari amal perbuatanya, akhlaknya dan
ketulusanya dalam beribadah kepada Allah swt.
Rasulullah
saw., Bersabda : “"Allah tidak melihat pada penampilan atau harta benda
Anda, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan Anda." (Abu Huraira: Muslim). Dalam
hadits yang lain Rasulullah saw., Bersabda : “
Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R.Tabrani).
Dari
kedua hadits tersebut dijelaskan bahwa kedudukan manusia ditentukan dari apa
yang diperbuatnya di alam dunia, bukan dari penampilan, harta benda ataupun
gaya hidupnya sehari-hari yang penuh dengan kemewahan, dan orang yang paling
baik disisi Allah swt. adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Kemuliaan
akhlak seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat ditunjukan melalui sikap dan
perilakunya, seperti sopan terhadap tamu, berbicara dengan nada yang halus,
rendah hati dalam bergaul dengan sesama, selalu bersikap jujur dan lain
sebagainya. Dalam bergaul dengan orang lain Islam mengajarkan agar selalu
berbuat kebaikan dan menghindari perilaku yang bisa menyakitkan perasaan orang
lain, seperti menjelek-jelekan, membuka aib orang, memfitnah, berkata kasar dan
juga berbohong.
Akhlakul
karimah erat kaitanya dengan amaliah bhatin seseorang, karena pada dasarnya
akhlak merupakan sikap yang tersembunyi di dalam hati dan jiwa seseorang. Kebiasaan-kebiasaan
baik perlu terus menerus untuk dilatih, amaliah hati seperti dzikir, sholat,
mukhasabah merupakan hal yang sangat efektif dalam upaya membentuk hati menjadi
mulia.
Sifat-sifat
yang bisa mengotori hati kita seperti iri, dengki, hasud, ria, sombong
sebenarnya dapat dihilangkan dengan kesadaran yang kuat akan kefitrahan kita
sebagai hamba Allah yang diberi bekal kesempurnaan akal dan pikiran dan hati
nurani yang suci pada awalnya. Kesadaran akan kefitrahan manusia juga harus
disertai dengan usaha lahiriyah seperti belajar tentang perilaku yang baik,
ilmu agama dan ilmu sosial.
Islam
merupakan agama yang sempurna sebagai anugerah bagi umat manusia agar
memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat. Islam mengajari umat manusia bagaimana
menjadi manusia yang baik dihadapan Allah swt, dan juga makhluk lainya.
Ajaran-ajaran tentang akhlak dipaparkan secara jelas dalam Islam. Bagaimana
manusia harus bergaul dengan orang lain semua diatur dengan dengan begitu
sempurnanya. Demikian juga tentang bagaimana akhlak manusia terhadap sang
Khalik juga ditunjukan dengan tegas dan jelas.
Semua
itu merupakan petunjuk bagi umat manusia agar menjadi makhluk yang mulia di
mata Allah swt, dan juga makhluk lainya. Kemuliaan seseorang tergantung pada
akhlaknya sebagaimana telah diterangkan pada pembahasan sebelumnya. Untuk itu
amatlah merugi manakala hari-hari kita tidak diisi dengan kemuliaan akhlak, dan
amatlah celaka manakala kehidupan kita tercemari akhlak tercela.
c. Kisah
Teladan Penuh Hikmah
Dalam
kehidupan ini sebenarnya Allah swt., telah memberikan contoh terhadap manusia
melalui para kekasihnya dimuka bumi. Berbagai kisah teladan yang bisa dijadikan
sebagai pelajaran buat kita telah di catat dalam sejarah, mulai dari kisah
kalangan sahabat, tabi’in, ulama dan bahkan dari kalangan orang biasa yang
tidak terkenal. Allah telah menunjukan kebesaran dan kebenaran kalamnya melalui
kisah-kisah tersebut. Betapa kebenaran tidak bisa terkalahkan oleh
keangkaramurkaan. Allah telah menggambarkan betapa orang-orang yang memiliki
akhlakul karimah mendapatkan kemuliaan disisinya, sebagaimana terkutip dalam
beberapa kisah di bawah ini;
a) Tangisan
Khalifah Umar Bin Khatab
Khalifah
Umar Bin Khatab terkenal sebagai orang yang tegas, pemberani dan sangat keras
dalam urusan haq dan bhatil, oleh karena itu ia dijuluki “al-Faruq” yang artinya pembeda. Walaupun terkenal sebagai
seorang yang penuh ketegasan, beliau ternyata memiliki kelembutan jiwa,
sederhana, tidak cinta urusan duniawi dan mencintai rakyatnya.
Semenjak
masuk Islam Umar Bin Khatab berusaha mengabdikan dirinya kepada Allah swt., dan
menyesali segala perbuatanya dimasa lalu. Dikisahkan Umar Bin Khatab termenung
ditempat duduknya. Beliau telah menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar as-
Siddiq yang telah wafat. Suatu ketika, air mata Umar Bin Khatab menetes dan
mengalir di pipinya. Penasihatnya melihat kejadian itu dengan penuh tanda
Tanya, ada apa gerangan sehingga khalifah menangis. Penasihat ingin menghadap
beliau dan melaporkan hasil tugasnya, tetapi terpaksa ia menunggu agak lama.
Setelah penasihat dipersilahkan, ia bertanya kepada khalifah, “ maaf khalifah,
bolehkah saya bertanya, ‘mengapa anda tadi menangis’?” Tanya penasihat khalifah
dengan sopan dan hati-hati. Khalifah menjawab, “Benar saudaraku !Saya tadi
menangis karena teringat putriku satu-satunya yang telah mati karena
kebodohanku dimasa jahiliyah. Aku telah menguburnya hidup-hidup, padahal ia
tidak berdosa.” Khalifah masih tersendat-sendat suaranya. Selanjutnya, khalifah
bertanya kepada penasihat, “ Masih aadakah pintu tobat untuku wahai saudaraku
?”[107]
Dari
cerita tersebut dapat kita ambil hikmah bahwa kesalahan dimasa yang lalu
merupakan pelajaran untuk masa kini dan yang akan datang kemudian tidak boleh
diulanginya kembali. Penyesalan harus disertai dengan taubat karena Allah maha
pemurah dan pengampun. Khalifah Umar Bin Khatab merupakan salah satu sahabat
nabi yang memiliki kedudukan yang mulia karena keikhlasan dan kesungguhanya
dalam mengakan agama Allah.
b) Kearifan
Mu’az bin Jabal
Mu’az bin Jabal
adalah seorang sahabat Rasulullah saw.,, dari kaum Ansar yang berasal dari suku
Khazraj. Gelarnya Abu Abdurrahman. Ia memeluk Islam dari waktu mudanya.
Ia
termasuk diantara sahabat yang diakui keilmuanya. Rasulullah saw.,, pernah
mengatakan bahwa Mu’az bin Jabal adalah orang yang paling tahu dalam masalah
halal dan haram. Oleh karena itu, pada tahun 10 H beliau mengutusnya ke Yaman
sebagai hakim dan untuk mengajarkan Islam di negeri itu. Dia pergi ke Yaman
dengan membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw.,, yang mengatakan, “ Aku
mengutus kepada kalian seorang pilihan diantara sahabatku”.
Sebelum
berangkat, Rasulullah saw.,, bertanya kepadanya bagaimana dia memecahkan suatu
permasalahan hukum. Dia menjawab “ Aku akan memutuskan dengan kitab Allah
(Al-Qur’an). Jika tidak menemukanya di dalam kitab Allah swt., aku akan
memutuskan dengan sunah Rasulullah saw.,, jika tidak menemukanya di kedua
sumber hukum itu, aku akan memutuskanya dengan ijtihadku.” Mendengar jawaban
itu, Rasulullah saw.,, bersabda, “ segala puji bagi Allah yang telah member
taufik (petunjuk kebenaran) kepada utusan Rasulullah saw.,”
Dari
percakapan Rasulullah saw.,, dengan Mu’az bin Jabal tersebut, diketahui urutan
sumber hukum dalam Islam, yaitu kitab Allah swt., (Al-Qur’an), sunah Rasulullah
saw.,, (hadits), dan ijtihad (usaha untuk menggali hukum dari sumbernya dengan
menggunakan pikiran).
Sahabat yang
hafal Al-Qur’an ini terkenal sebagai seorang yang ramah, berbudi pekerti yang
luhur (berakhlakul karimah), dan sopan dalam bergaul dengan masyarakat. Dia
mempunyai kemauan yang sangat tinggi dalam menegakan keadilan ssehingga
terkenal sebagai seorang hakim yang jujur dan adil dipengadilan. Oleh karena
itu, ia tetap dipercaya untuk memegang jabatan hakim di Yaman hingga Rasulullah
saw.,, wafat.
Dia banyak
membantu khalifah Umar bin Khattab, baik dalam menjalankan dakwah islamiyah,
seperti mengajarkan Islam di Syiria, maupun dalam bidang kemiliteran. Umar bin
Khattab pernah berkata, :” Wanita manakah yang akan melahirkan laki-laki
seperti Mu’az lagi? Seandainya dia (Mu’az) tidak ada, aku tidak akan sukses.”
Mu’az bin Jabal wafat pada tahun 639 (18) H dan dikuburkan di suatu
perkampungan di daerah Yordania.[108]
c) Seorang Nenek
Yang Berjiwa Penolong
Kisah nyata ini terjadi di salah sebuah
daerah di Yaman.Kisah penderitaan dan kepahitan yang dilalui oleh penduduk Gaza
tersebar ke seantero dunia. Semua orang marah, benci, dendam dan sedih. Dimana
korban kebanyakan adalah anak-anak kecil tak berdosa yang menjadi korban
muntahan peluru sehingga darah membasah bumi tanpa henti. Tragedi dahsyat ini
juga sampai juga ke telinga seorang perempuan tua yang hidup miskin di salah
sebuah kampung di Yaman. Sama seperti orang lain, dia juga turut sedih dan pilu
sehingga berurai air mata.
Lantas suatu hari, dia berusaha sekuat upaya untuk mencoba membantu
sekadar semampunya. Kebetulan , ‘harta’ yang dia punya adalah seekor sapi tua,
terlalu uzur, kurus dan sudah tidak bermaya. Dengan semangat tinggi dan
perasaan simpati amat sangat, dia berniat menyedekahkan Sapinya itu kepada
penduduk Gaza lalu berjalan kaki dari rumah pergi ke salah sebuah masjid di
Yaman sambil memegang sapi tunggal kesayangannya itu. Kebetulan hari itu Jumaat
dan para jemaah sudah mengerumuni pekarangan masjid untuk melaksanakan ibadat
tersebut. Ketika itu, betapa ramai yang melihat dan memperhatikan perempuan tua
nan miskin dengan sapinya yang berada di sisi luar masjid. Ada yang mengangguk,
ada yang menggeleng kepala. Tak terkecuali ada juga yang tersenyum sinis,
tertawa, mengejek melihat perempuan miskin yang setia berdiri di sisi sapinya.
Masa berlalu, jemaah masjid walaupun
khusyuk mendengar khutbah imam namun sesekali memperhatikan dua mahkhluk tuhan
itu. Perempuan dan sapi itu masih di situ yang tanpa rasa malu atau segan
diraut wajahnya. Setelah imam turun dari mimbar, solat Jumaat kemudian
dilakukan, biar dibakar terik mentari dan peluh menitis dan memercik di muka,
perempuan dan sapi tua itu masih saja di situ. Segera setelah jemaah selesai
solat dan berdoa, tiba-tiba perempuan itu dengan tergesa-gesa menarik sapi itu
membawanya ke depan pintu masjid sambil menanti dengan penuh sabar tanpa
mempedulikan jemaah yang keluar. Ramai juga orang yang tidak beranjak dan
perasaan ingin tahu, apa yang bakal dilakukan oleh perempuan tua itu.
Tatkala imam masjid keluar, perempuan tua
itu bingkas berkata :”Wahai
imam, aku telah mendengar kisah sedih penduduk di Gaza. Aku seorang yang miskin
tetapi aku bersimpati dan ingin membantu. Sudilah kau terima satu-satunya sapi
yang ku punyai untuk dibawa ke Gaza, untuk di berikan kepada penduduk di sana.” Gaduh seketika orang yang berada di
masjid itu. Imam kaget dengan permintaan perempuan itu namun keberatan untuk
menerima. Ya, bagaimana membawa sapi tua itu ke Gaza? Kemudian para jemaah
mulai bercakap-cakap. Ada yang mengatakan tindakan itu tidak munasabah apalagi
sapi itu sudah tua dan tiada harga.
“Tolonglah.. bawalah sapi ini ke Gaza.
Inilah saja yang aku punya. Aku ingin benar membantu
mereka,” ulang perempuan
yang tidak dikenali itu. Imam tadi masih keberatan.Masing-masing jemaah
berkata-kata dan berbisik antara satu sama lain. Semua pandangan tertumpu
kepada perempuan dan sapi tuanya itu.Mata perempuan tua yang miskin itu sudah
mulai berkaca dan berair namun tetap tidak beranjak dan terus merenung ke arah
imam tersebut. Sunyi seketika suasana. Tiba-tiba muncul seorang jemaah lalu
bersuara mencetuskan idea: ”Tak
mengapalah, biar aku beli sapi perempuan ini dengan harga 10,000 riyal dan bawa
uang itu kemudian sedekahkanlah kepada penduduk di Gaza. Imam kemudian nampak
setuju.
Perempuan miskin tua itu kemudian menyeka
air matanya yang sudah tumpah. Dia membisu namun sepertinya setuju dengan
pendapat jemaah itu. Tiba-tiba bangkit pula seorang anak muda, memberi
pandangan yang jauh lebih hebat lagi: ”Bagaimana
kalau kita rama-ramai membuat tawaran tertinggi sambil bersedekah untuk membeli
sapi ini dan duit nya nanti diserahkan ke Gaza?”
Perempuan itu terkejut, termasuk imam itu juga. Rupa-rupanya cetusan anak muda
ini diterima semua orang. Kemudian dalam beberapa menit para jemaah
berebut-rebut menyedekahkan uang mereka untuk dikumpulkan dengan cara lelang
tertinggi. Ada yang mulai menawar dari 10,000 ke 30,000 riyal dan berlanjutan
untuk seketika. Suasana pekarangan masjid di Yaman itu menjadi riuh selama
proses lelang sapi tersebut.
Akhirnya sapi tua, kurus dan tidak bermaya
milik perempuan tua miskin itu dibeli dengan harga 500,000 riyal, setelah itu
uang diserahkan kepada imam masjid, semua sepakat membuat keputusan itu,
kemudian salah seorang jemaah berbicara kepada perempuan tua itu. “Kami telah melelang sapi kamu dan telah
mengumpulkan uang sejumlah 500,000 riyal untuk membeli sapi itu. “Akan tetapi kami telah sepakat, uang yang
terkumpul tadi diserahkan kepada imam untuk disampaikan kepada penduduk Gaza
dan sapi itu kami hadiahkan kembali kepada kamu,”
katanya sambil memperhatikan perempuan tua nan miskin itu yang kembali
meneteskan air mata gembira. Tanpa diduga, Allah mentakdirkan segalanya, niat
perempuan miskin itu untuk membantu meringankan beban penderitaan penduduk
Palestina akhirnya tercapai dan dipermudahkan sehingga terkumpul uang yang
banyak tanpa kehilangan “harta” satu-satunya yang ada .Subhanallah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada rupa dan amal-amal kalian, tetapi Dia melihat kepada
hati dan niat kalian.” (shahih Muslim dan lainnya)[109]
Kisah-kisah tersebut bisa kita jadikan sebagai contoh dalam
mengarungi bahtera kehidupan yang penuh dengan romantika yang ada. Ketegasan
Umar bin Khattab sekaligus kelembutan hatinya dan kegigihan beliau dalam
memperjuangkan agama Allah sangat patut untuk kita tauladani, demikian pula
dengan Mu’az bin Jabal dengan kearifanya serta kehati-hatianya dalam masalah
hukum merupakan sesuatu yang langka dalam kehidupan kita sekarang ini dan ini
menjadi sangat penting untuk kita contoh.
Kemudian seorang nenek yang sudah tua renta dan miskin dengan
bermodal sapi kurus hendak meringankan beban saudaranya yang sedang kesusuahan,
ini juga merupakan hal yang langka dan jarang terjadi. Sebenarnya masih banyak
kisah perjalanan orang –orang soleh yang patut kita jadikan sebagai suri
tauladan agar kita menjadi manusia yang berakhlakul karimah serta tunduk dan
patuh terhadap perintah Allah swt.
H. AKHLAKUL
KARIMAH MENURUT AL- QUR’AN
Islam
dalam arti agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, lahir bersama dengan
turunya Al-Qur’an lima belas abad yang lalu. Masyarakat Arab Jahiliyah adalah masyarakat
pertama yang bersentuhan dengan nya, serta masyarakat pertama pula yang berubah
pola pikir, sikap, dan tingkah lakunya, sebagaimana dikehendaki Islam.
Masyarakat
jahiliyah memiliki pola pikir, sikap, dan tingkah laku terpuji dan tercela.
Dalam hal ini, Islam menerima dan mengembangkan yang terpuji, meluruskan yang
tercela. Hasan Ibrahim Hasan menyebutkan beberapa adat kebiasaan mereka yang
tercela : a. politeisme, dan penyembah berhala, b. pemujaan kepada ka’bah
secara berlebihana, c. perdukunan dan khurafat, d. mabuk – mabukan dan
sebagainya, sementara itu, beberapa sifat positifnya dicatat oleh Ahmad Amin,
seperti : a. semangat dan keberanian, b. kedermawanan, c. kebaktian kepada
suku.[110] Perubahan
perilaku masyarakat jahiliyah menuju arah perbaikan perilaku akibat pemahaman
dan penghayatan nilai-nilai Al-Qur’an.
Mengenai
pengataturan akhlak kita bisa melihat firman Allah swt, yang terdapat di dalam
Al-Qur’an sebagai berikut : “ dan demi jiwa serta penyempurnaan
(ciptaan)nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketaqwaannya.”(Asy-Syams; 7-8) kemudian dalam ayat lain disebutkan ;” …. Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada dalam diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d :11), sesungguhnya ayat-ayat yang
membahas mengenai akhlak bertebaran dalam Al-Qur’an demikian juga ancaman
terhadap akhlak tercela sangatlah keras, sebagai mana terdapat dalam firman
Allah :” Dan orang – orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan
supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang – orang itulah yang
memperoleh kutukan dan bagi mereka kediaman yang buruk (jahanam)”.
(Ar-Ra’ad : 25).
Dalam
mengatur hubungan dengan masyarakat, kita bisa melihat sebagian dalam Surat
Al-Baqoroh, hal ini karena surat Al-Baqoroh datang untuk mengatur masyarakat
Islam madinah. [111]
Al-
Qur’an mengajarkan umat manusia tentang akhlakul karimah. Banyak sekali ayat
dalam Al-Qur’an yang membahas tentang akhlakul karimah, diantaranya adalah ; tentang
perlakuan yang baik (baca antara lain QS 2:104, 4:86, 24:27, 58:11), membalas
kejahatan dengan kebaikan (baca antara lain QS 13:22, 23:96, 28:54, 41: 34-35),
berlomba dalam mengerjakan kebaikan (baca antara lain QS 2: 110, 3:114, 21: 90,
36: 10-15), jujur (baca antara lain QS 2:177, 3:17, 9:119, 49:15), tawadhu
(baca antara lain QS 15:88, 17:37, 24:30) dan masih banyak lagi ayat-ayat yang
menjelaskan tentang akhlakul karimah.
Kemudian
apa bila ditanya tentang akhlak Rasulullah saw., maka sesungguhnya akhlak
beliau adalah Al-Qur’an. Sungguh mulianya Al-Qur’an dan ajaran yang terdapat di
dalamnya, konsep mengenai kehidupan manusia semua terdapat di dalamnya.
Bagaimana manusia harus bersikap dalam menghadapi kehidupan dunia ini semua
diterangkan dalam Al-Qur’an. Dengan Al- Qur’an tatanan kehidupan manusia
teratur, terarah, jauh dari kerusakan dan dekat dengan keberkahan. Al-Qur’an
memberikan tuntunan pada manusia agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Al-Qur’an
diturunkan oleh Allah swt, tidak lain adalah sebagai petunjuk kepada umat
manusia agar memperoleh kebenaran (jalan yang lurus), sebagai mana yang
tercantum dalam firman-Nya :
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky ãNä3YÏB tök¤¶9$# çmôJÝÁuù=sù ( `tBur tb$2 $³ÒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$r& tyzé& 3 ßÌã ª!$# ãNà6Î/ tó¡ãø9$# wur ßÌã ãNà6Î/ uô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur crãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ
Artinya :” (Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur. (QS. Al-Baqoroh :185)
Ayat
di atas menerangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan bertujuan untuk menuntun manusia
menuju ke jalan yang benar yaitu jalan yang diridloi Allah, selain itu
Al-Qur’an juga member petunjuk kepada kita mana yang haq dan mana yang bhatil.
Yang haq adalah sesuatu yang wajib kita kerjakan dan yang bhatil adalah sesuatu
yang wajib kita tinggalkan. Batasan-batasan masalah kebenaran dan kebhatilan
dalam Al-Qur’an sudah sangat jelas. Kebenaran adalah sesuatu yang bisa
mengantarkan kita kepada kebaikan sementara kebhatilan merupakan sesuatu yang
menyebabkan kita terjerumus kepada jurang kesesatan.
Kebenaran
Al-Qur’an merupakan hidayah bagi umat manusia untuk menata diri menjadi manusia
yang mulia dihadapan Allah swt, tuntunan dan ajaranya sangat relefan dengan
kehidupan umat manusia pada masa lalu dan masa sekarang. Perintah-perintah yang
terdapat dalam Al-Qur’an terutama yang berkaitan dengan kepribadian atau akhlak
jika kita laksanakan dengan sebenar-benarnya tentu akan memberikan faidah yang
sangat berharga dalam kehidupan kita. Dengan Al-Qur’an kita ditunjukan
bagaimana harus bersikap terhadap kedua orang tua kita, dalam hal berbicara,
mematuhi segala perintahnya yang baik dan sesuai ajaran Islam, berhubungan
dengan prilaku yang sopan, berbicara dengan bepegang teguh terhadap kejujuran
dan lain sebagainya.
Dalam Al-Qur’an kita di tunjukan bagaimana harus
menjalankan kewajiban terhadap Allah swt, sebagia konsekwensi kita sebagai
hamba yang diciptakan dan diberi anugerah untuk menjadi khalifah dimuka bumi
ini. Etika dan adab kita kepada Allah swt dapat ditunjukan dengan ketaatan
menjalankan ibadah serta mawas diri dan meningalkan segala
larangan-larangan-Nya.
Melalui
Al-Qur’an kita ditunjukan bagaimana berbuat baik terhadap sesama manusia dalam
kehidupan bermasyarakat sebagaimana yang telah dipaparkan dalam pembahasan
sebelumnya. Begitu banyak dan lengkap petunjuk di dalam Al-Qur’an tentang
bagaimana cara berbuat baik terhadap Allah swt, terhadap sesama manusia dan
alam sekitarnya. Tuntunan ini hendaknya kita jalankan dengan penuh keyakinan
dan kesungguhan untuk menjadi manusia yang mulia dengan mengamalkan nilai-nilai
akhlakul karimah yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
I. HIDUP
INDAH
DENGAN
AKHLAKUL KARIMAH
Keindahan
hidup ini ternyata tidak hanya terletak pada apa yang kita lihat melalui mata
kita seperti lautan yang membiru, perbukitan yang dipenuhi dengan pepohonan
yang beraneka ragam, danau yang dikelilingi bebatuan yang tertata alami dan
terlihat sangat menawan atau bangunan kota yang megah, rumah yang di buat
dengan arsistek canggih dan mengeluarkan banyak uang sehingga sangat nyaman dan
terasa indah untuk dihuni.
Pada
hakekatnya semua itu adalah keindahan lahiriyah yang bersifat semu, lautan yang
indah sekejab bisa berubah menjadi hamparan air yang keruh karena terjadi
banjir dan tsunami, rumah yang megah sekejap saja bisa rata dengan tanah
apabila terjadi gempa bumi. Semua keindahan yang Nampak oleh mata bukanlah
keindahan yang seutuhnya tetapi merupakan keindahan yang semu. Keindahan akhlak
merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap orang dalam kehidupanya. Hidup
akan terasa indah apabila nilai-nilai akhlakul karimah meresap pada jiwa
seseorang dan di implikasikan dalam kehidupanya. Orang tua senang dan bahagia
melihat anaknya menjadi anak yang baik dan berbakti pada orang tua serta patuh
menjalankan perintah agama, sebaliknya anak juga merasa bahagia manakala memiliki
orang tua yang penuh dengan kasih sayang bisa menjadi tauladan dalam meniti
hidupnya.
Dalam
kehidupan di lingkungan masyarakat akhlak sangat berperan penting dalam
menciptakan suasana masyarakat yang nyaman, tentram dan harmonis. Hidup akan
terasa indah dan nyaman apabila setiap manusia berperilaku sesuai apa yang
diperintahkan dalam ajaran agama.
Imam
Muslim ra. meriwayatkan dari Zuhair bin Harb dan Utsman bin Abi Syaibah dari
Jarir dari Al Allah swt.’masy dari Syaqiq dari Masruq dari Abdullah bin Amr bin
Al Ash ra, bahwa Rasulullah saw., Bersabda,
اِنَّ مِنْ خِيَاركُمْ اَ حْسَنَكُمْ اَخْلإَ قًا (روا ه مسلم)
Artinya : “
Seseungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.”
(H.R. Muslim)
Mungkin
kita bertanya, apa bedanya antara orang yang baik amalnya dengan orang yang
baik akhlaknya. Jawabnya sederhana saja ; bahwa amal itu lebih utama dari pada akhlak.
Segala perbuatan yang dilakukan oleh seorang muslim adalah amal. Jika perbuatan
itu baik, maka itu adalah amal yang baik. Dan apabila perbuatan itu buruk ,
maka itu adalah amal yang buruk. Namun demikian baik amal maupun akhlak,
masing-masing memiliki kekhususan tersendiri.
Biasanya,
amal dipergunakan untuk menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan ibadah.
Misalnya ; sholat, zakat, puasa, haji, infak, shodakoh, menolong orang lain,
memberi makan anak yatim dan sebagainya. Ibadah ini, meskipun ada ibadah
mahdhah dan ibadah umum, dan sekalipun semua amal yang dilakukan seorang muslim selama diniatkan untuk Allah
swt. adalah dalam dimensi ibadah, namun ada ciri tersendiri yang melekat erat
dengan ibadah yaitu adanya interaksilangsung antara seorang hamba dengan
Tuhanya, atau interaksi antara hamba dengan sesama hamba. Atau spesifik lagi,
di dalam amal ini ada unsur memberi menerima. Meskipun tidak mutlak demikian.
Katakanlah
misalnya ; seseorang melakukan sholat atau puasa. Artinya, orang tersebut telah
memberikan hak Allah swt. yang menjadi kewajibanya. Dan tentu dia berharap agar
amal yang berkaitan dengan manusia. Seseorang yang member makan kepada orang
miskin, artinya ada orang lain yang menerima makanan yang telah dia berikan.
Adapun
akhlak, maka ia lebih terkonsentrasi kepada kepribadian seseorang tanpa harus
dihubung-hubungkan dengan Tuhanya atau orang lain. Meskipun, apabila seorang
muslim berakhlak baik dikarenakan melaksanakan ajaran agamanya dan mengharap
ridlo Allah swt. semata, dia akan mendapatkan pahala. Akhlak adalah cerminan
seseorang dalam sikapnya. Akhlak merupakan perbuatan-perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang secara reflek tanpa harus banyak berfikir. Karena, akhlak
adalah kebiasaan seseorang dalam melakukan sesuatu. Akhlak ini juga terbagi
dua, yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk (tercela).
Akhlak
yang baik, misalnya; lemah lembut dalam bersikap, pemaaf, malu dalam hal yang
benar, pemberani, jujur, rendah hati, baik tutur katanya, sopan, makan dan
minum dengan tangan kanan, dermawan dan sebagainya. Sedangkan akhlak yang
buruk, misalnya : sombong, kikir, suka menyakiti hati orang lain, senang
berbicara kotor, tidak tahu malu, pengecut, pemarah, tidak jujur, iri hati, ria
dan lain-lain. Orang yang gemar melakukan dosa pun, baik dosa kecil maupun dosa
besar, juga bisa dianggap sebagai orang yang berakhlak buruk.
Rasulullah
saw., Bersabda ; ” Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan
seorang hamba yang mukmin kelak pada hari kiamat dari pada akhlak yang baik.
Dan sesungguhnya Allah sangat membenci
orang yang buruk perangainya lagi suka berbicara kotor. “ (HR. At
Tirmidzi).
Maksudnya,
seorang mukmin yang selama di dunia ini senantiasa berakhlak baik, timbangan
amal kebaikannya akan diperberat oleh Allah swt. nanti pada hari kiamat.
Bahkan, justru akhlak yang baiklah yang menjadi beban paling berat dalam timbangan
seorang mukmin, sebagaimana disebutkan zhahir hadits di atas.
Selain
itu , masih banyak lagi keutamaan akhlak yang baik. Di antaranya, yaitu bahwa
keimanan seorang mukmin yang paling sempurna adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Abu Hurairah ra mengatakan, bahwa Rasulullah saw., Bersabda ; “ Iman
orang-orang mukmin yang paling sempurna, adalah yang paling baik akhlaknya di
antara mereka”. (HR. At Tirmidzi)
Berkaitan
dengan akhlak, yakni untuk kebaikan budi pekerti atau akhlak yang terpuji, Rasulullah
saw adalah contoh yang paling ideal untuk diteladani. Anas bin Malik ra
berkata, “ Rasulullah saw adalah yang paling bagus akhlaknya.” (Muttafaq
alaih). [112]
Kehidupan
Rasulullah saw merupakan contoh dari kehidupan yang ideal untuk kita jadikan
sebagai suri tauladhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Keindahan akhlak Rasulullah
saw., jika diterapkan dalam kehidupan kita maka akan menciptakan suasana yang
damai, aman, nyaman harmonis dan jauh dari kemungkaran dan kerusakan. Kehidupan
yang berakhlakul karimah akan terasa indah dan penuh dengan kebahagiaan. Rasa
saling mengasihi antar sesama manusia dengan tulus tanpa membeda-bedakan status
adalah salah satu bentuk dari penerapan akhlakul karimah dalam pergaulan di
lingkungan masyarakat. Sikap jujur dalam menjalankan tugas, bertanggung jawab
dan saling peduli dan kerjasama dengan sesama manusia , saling menolong dan
mencintai karena Allah swt. merupakan ciri masyarakat yang menanamkan akhlakul
karimah.
J. RANGKAIAN
KATA MUTIARA DARI RASULULLAH SAW TENTANG AKHLAKUL KARIMAH
“ Taat
ialah, berakhlak baik, dan dosa ialah, hal-hal yang terbetik di dalam hatimu
tetapi engkau tidak senang bila hal itu ditampakan kepada orang lain”. (Riwayat
Muslim)
“ Malu
merupakan perhiasan, takwa merupakan kemuliaan, sebaik-baik kendaraan adalah
sabar dan menanti jalan keluar dari Allah swt. merupakan ibadah.”
(Riwayat Hakim
melalui Jabir)
“ Orang
yang terpilih diantara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya”. (Riwayat Bukhori
dan Muslim)
“
Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R.Tabrani)
“ Seseorang
di antara kalian masih belum dikatakan beriman sebelum ia mencintai saudaranya
seperti cintanya terhadap dirinya sendiri”. (H.R.Bukhori &Muslim)
"Apa tindakan yang paling baik? Untuk menggembirakan hati manusia, memberi
makan yang lapar, membantu yang menderita, meringankan kesedihan yang sedih,
dan untuk menghilangkan penderitaan yang terluka." (HR Bukhari)
"Jihad yang paling baik adalah
bahwa untuk penaklukan diri." (HR Bukhari)
"Jika Anda memasukkan seluruh kepercayaan kepada Allah, seperti yang
seharusnya, Ia pasti akan memuaskan kebutuhan anda, sebagaimana Dia memenuhi
mereka burung. Mereka datang dari lapar di pagi hari, tetapi kembali penuh
sarang mereka." (Tirmidzi)
"Allah tidak akan memberi ampun
kepada siapa pun, kecuali orang-orang yang memberi rahmat bagi makhluk
lain."
(Abdullah b. Amr: Abu Daud & Tirmidzi)
" 'Nak, jika Anda mampu, menjaga
hati dari pagi sampai malam dan dari malam sampai pagi bebas dari niat jahat
terhadap siapa pun." Kemudian Nabi berkata: "Hai anakku! Ini adalah
salah satu hukum-Ku, dan dia, yang mencintai hukum-Ku sesungguhnya mencintaiku."
"(HR Bukhari)
"Katakanlah apa yang benar,
walaupun itu mungkin pahit dan tidak menyenangkan kepada orang-orang."
(Baihaqi)
"Kebaikan adalah tanda iman, dan siapa pun yang tidak baik tidak memiliki
iman."
(HR Muslim)
"Jika Anda tidak merasa malu dengan apa pun, maka anda dapat melakukan apa
pun yang Anda suka." (Abu-Masud: Bukhari)
"Ya Tuhan, berilah aku cinta Anda, berilah aku, bahwa aku mengasihi orang
yang mengasihi kamu; berilah aku, bahwa aku mungkin melakukan perbuatan yang
memenangkan cinta Anda. Membuat cintamu kepadaku lebih mahal daripada mencintai
diri sendiri, keluarga dan kekayaan. " (Tirmidzi)
"Lebih baik duduk sendirian
daripada perusahaan dengan yang buruk dan masih lebih baik untuk duduk bersama
baik daripada sendirian. Lebih baik untuk berbicara dengan seorang pencari
pengetahuan daripada tetap diam, tetapi diam adalah lebih baik daripada
kata-kata menganggur. " (HR Bukhari)
"Sesungguhnya, seorang pria
mengajar anaknya sopan santun adalah lebih baik daripada memberi satu gantang
gandum dalam sedekah." (Muslim)
"Siapa pun yang baik, Allah akan baik kepadanya, karena itu bersikap ramah
kepada manusia di bumi. Dialah yang di sorga akan menunjukkan belas kasihan
pada Anda." (Abu Daud: Tirmidzi)
"Sulit bagi seorang pria yang penuh dengan kekayaan untuk mendaki jalan
yang curam, yang mengarah kepada kebahagiaan." (Muslim)
"Sekali seorang pria, yang sedang
melewati sebuah jalan, menemukan cabang pohon dengan torns menghalangi itu.
Pria mengeluarkan duri dari jalan. Allah berterima kasih kepadanya dan
mengampuni dosa-dosanya." (HR Bukhari)
"Siapa yang belajar? Mereka yang mempraktekkan apa yang mereka
ketahui."
(HR Bukhari)
"Allah telah menyatakan kepada
saya, bahwa Anda harus menjadi rendah hati. Tidak ada seorang pun yang
memegahkan diri atas satu sama lain, dan tak seorang pun harus menindas yang
lain." (Iyad b. Hinar al-Mujashi: Muslim)
"Siapa yang paling disukai Allah?
Dia, dari siapa yang paling baik datang kepada makhluk-Nya." (HR Bukhari)
"Seorang Muslim sejati adalah bersyukur kepada Allah dalam kemakmuran, dan
mengundurkan diri pada kehendak-Nya dalam kesulitan." (Muslim)
"Allah tidak melihat pada penampilan atau harta benda Anda, tetapi Dia
melihat hati dan perbuatan Anda." (Abu Huraira: Muslim)
"Sebaik-baik kekayaan adalah kekayaan jiwa."
(HR. Bukhari)
"Jaga dirimu jauh dari iri; karena
memakan dan mengambil tindakan yang baik, seperti api memakan dan membakar
kayu." (Abu Daud)
"Banyak keheningan dan disposisi yang baik, tidak ada dua hal yang lebih
baik dari ini." (HR Bukhari)
"Sesungguhnya, Allah ringan dan menyukai kelembutan, dan Dia memberi
kepada ringan apa yang Dia tidak berikan kepada yang keras." (HR Muslim)
"Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, Allah menyukai untuk
bertemu dengannya." (HR Bukhari)
"Ketika
dua orang bersama-sama, dua di antaranya harus tidak berbisik satu sama lain,
tanpa membiarkan mendengar ketiga; karena itu akan menyakiti hatinya."
(HR Bukhari
& Muslim)
"Sesungguhnya, itu adalah salah
satu hal kepada Allah untuk menghormati orang tua." (HR Bukhari)
"Berusahalah untuk selalu unggul dalam kebajikan dan kebenaran." (HR
Bukhari)
"Anda tidak akan masuk surga sampai Anda memiliki iman dan kamu akan tidak
lengkap iman Anda sampai kamu saling mengasihi."
(HR Muslim)
"Dia, yang ingin masuk surga di gerbang terbaik, harus menyenangkan ayah
dan ibunya." (HR Bukhari & Muslim)
"Saya akan berangkat dua hal di antara kamu, dan jika anda melekat pada
mereka tegas kalian tidak akan tersesat; satu adalah Kitab Allah dan yang lain
adalah jalan hidupku." (Haji Wada ': Muatta)
"Allah adalah Satu dan suka Kesatuan." (HR Muslim)
"Dia bukan dari kita yang tidak kasih sayang kepada anak-anak kecil, dan
tidak menghormati tua, dan ia bukan dari kita, yang tidak perintah yang sah,
dan melarang yang haram." (Ibnu Abbas: Tirmidzi)
"Tidak ada orang yang beriman yang sejati kecuali ia menginginkan untuk
saudaranya itu, apa yang ia inginkan untuk dirinya sendiri." (Abu Hamza
Anas: Bukhari & Muslim)
"Untuk berjuang demi Allah dari pagi sampai tengah hari dan matahari
terbenam adalah lebih baik daripada barang dan kenikmatan dari seluruh kehidupan
duniawi."
(HR Bukhari)
"Jadi
janganlah seperti orang munafik yang, ketika ia berbicara, menceritakan
kebohongan; ketika ia memberikan janji, dia mengelompokkannya, dan ketika dia
dipercaya, dia membuktikan tidak jujur." (HR Bukhari & Muslim)
"Apakah Anda tahu apa yang lebih baik dari sedekah dan berpuasa dan doa? Ini
adalah menjaga perdamaian dan hubungan baik antara orang-orang, seperti
pertengkaran dan perasaan buruk menghancurkan umat manusia."
(Muslim & Bukhari)
"Perilaku diri Anda di dunia ini, seolah-olah Anda berada di sini untuk
tinggal selamanya; mempersiapkan untuk selama-lamanya seolah-olah Anda harus mati
besok." (HR Bukhari)
"Kenyamanan duniawi bukan untukku.
Aku seperti seorang pengembara, yang mengambil istirahat di bawah pohon di
tempat teduh dan kemudian melanjutkan perjalanan." (Tirmidzi)
K.KESIMPULAN
DAN PENUTUP
Dari
pemararan sebelumnya dapat diambil kesimpulan :
1.
Akhlak manusia
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tinggal dan keluarga, untuk
itu perlu adanya upaya untuk melakukan penanaman akhlak lebih dini oleh orang
tua dalam keluarga.
2.
Untuk mengatasi
perkembangan teknologi pada era globalisasi perlu diadakan upaya pendidikan akhlak
pada generasi muda dan masyarakat dengan cara sebagai berikut :
a.
Memperkuat
akidah Islam dengan banyak belajar ilmu agama
b.
Memilah dan
memilih berbagai perilaku dan budaya asing yang bersesuaian dengan ajaran agama
Islam dan meninggalkan yang tidak sesuai
c.
Menghias diri
dengan akhlak karimah dalam setiap hal dimanapun dan kapanpun.
d.
Bersikap dan
berperilaku sesuai tuntunan ajaran agama Islam.
e.
Menghidari
segala dampak buruk era globalisasi dengan selalu berpegang teguh pada tali
agama Allah swt.
3.
Al- Qur’an
merupakan pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia,
pembahasan mengenai akhlak dalam Al-Qur’an sangat banyak, diantaranya sebagai
berikut : tentang perlakuan yang baik (baca antara lain QS 2:104, 4:86, 24:27,
58:11), membalas kejahatan dengan kebaikan (baca antara lain QS 13:22, 23:96,
28:54, 41: 34-35), berlomba dalam mengerjakan kebaikan (baca antara lain QS 2:
110, 3:114, 21: 90, 36: 10-15), jujur (baca antara lain QS 2:177, 3:17, 9:119,
49:15), tawadhu (baca antara lain QS 15:88, 17:37, 24:30) dan masih banyak lagi
ayat-ayat yang menjelaskan tentang akhlakul karimah.
4.
Untuk
mewujudkan kehidupan yang berakhlakul karimah perlu dilakukan tindakan sebagai
berikut :
a.
Penanaman akhlakul
karimah pada anak dala keluarga
b.
Penanaman akhlakul
karimah dalam kehidupan di lingkungan masyarakat
c.
Pemahaman
terhadap Al-Qur’an dan Hadits serta penerapanya dalam kehidupan.
d.
Mewujudkan
kesadaran akan pentingnya penerapan akhlakul karimah yang bersumber dari ajaran
agama Islam agar manusia bisa menjalankan kehidupan dengan selaras, harmonis
dan sejahtera, berpegang teguh terhadap ajaran Allah swt. dengan menjalankan
segala perintah- Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Demikianlah uraian yang kami sampaikan, mudah-udahan bermanfaaat
bagi kita semuanya amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin ,
2007, “Pendidikan Agama Islam”, Jakarta, Bumi Aksara.
Nasoetion,
Andi Hakim, dkk, 2001, “ Pendidikan Agam dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja”,
Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu
Suwito, 2004, “Filsafat
Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih”, Yogyakarta, Belukar
Shihab, Quraysh
,2006 “Membumikan Al-Qur’an”, Bandung, Penerbit Mizan
Aminuddin, dkk, 2002, “Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi UMM”, Bogor: Ghalia Indonesia.
Supardi, “Aktif belajar aqidah akhalak untuk
madrasah aliyah” kelas X, Klaten: sinar mandiri,
Mukhtar, Yusuf , dkk. 1995. “Pendidikan Agama Islam”. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.
Tim abdi guru, 2007, ”Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP kelas VIII”, Jakarta: Erlangga,
Alfat, Masan, dkk. “Aqidah Akhlak Madrasah
Tsanawiyah” kelas 2. Semarang: Karya Toha Putra.
Ibrahim,
T – Darsono, 2002 “ Membangun Akidah dan Akhlak untuk kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah “, Solo, PT Tiga Serangkai
Ibrahim, T – H . Darsono, 2002 “ Membangun
Akidah dan Akhlak untuk kelas IX Madrasah Tsanawiyah “, Solo, PT Tiga Serangkai
http://agrotek-indahnyaakhlakrasulullahsaw.blogspot.com
Al
Hamid, Zeid Husein , 2007” Mukhtashar Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka
Amani
S.Tabrani,
2009, “ Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia
Al
Hasyimi, Sayyid Ahmad, 2010,”Sarah MUkhtaruul Al Haadits” , Bandung,
Sinar Baru Algensindo
Bahreisj,
Hussein , Ghaza-, Imam , 1981, “Ajaran-Ajaran Akhlak”, Surabaya, Usana
Offset Printing,
Tim abdi guru, 2007, Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP kelas VIII, Jakarta: Erlangga,
Ghurar
al-Hikam, h.131
Ghazali,
Imam, “Ihya’al-Ulum” ,II,h.151
Al Ghalayini,
Syekh Musthofa , 1976 “ Membimbing Menuju Akhlak yang Luhur”, Semarang,
Toha Putra,
Shalih al- Utsaimin , Muhammad bin, “Makarimal Akhlak (Budi
Pekerti Mulia)”
‘Asyur, Ahmad
Isa, 2005,” Hadits Tsulatsa’ Ceramah-Ceramah Hasan Al- Banna 1”, Solo, Era
Intermedia, hlm.
H.S, Koesman,
2008, “ Etika dan Moralitas Islami” Semarang, Pustaka Nuun,
Afriantoni.
2007 Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut
Bediuzzaman Said
Nursi, 5. Tesis, S2 Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang Jurusan
Ilmu Pendidikan Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam.
Asmaran.
1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan.
Alkhaibawi ,Usman,
“ Durratun Nasihin (Mutiara Mubaligh), Semarang, Al Munawar
Mujiono,
Imam ’et.Al’. 2002. Ibadah dan Akhlak dalam Islam. cetakan kedua.
Yogyakarta: UII
Press Indonesia
Barry dan Yaqob. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual.
Surabaya: Target Press Surabaya.
Anonim. http//www.hadirukkiyah’s blog akhlak tercela.htm
Syarbini,
Amirullah , 2011 “ The Miracle Of Ibadah”, Bandung, Fajar Media
Ilyas, Yunahar,
1999, “ Kuliah Akhlak”, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset
Djatnika,
Rachmat, 1996, “ Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia), Jakarta, Pustaka Pelajar
Ari
Kuswanto, S.Pd.I lahir di Banyumas, 17 Januari 1982. Pendidikan dimulau dari SD
N Kalicupak Lor tahun 1988-1994, kemudian melanjutkan ke SMP N 2 Sokaraja tahun
1994-1997, diteruskan ke SMU N 1 Sokaraja pada tahun 1997-2000, kemudian mendapat
gelar S1 di STAIN Purwokerto mengambil jurusan Tarbiyah Prodi PAI lulus tahun
2006, sekarang mengajar di MTs N Model Purwokerto. Pengalaman Organisasi : menjadi ketua Ikatan Remaja Masjid
Hidayatul Fata Desa Kalicupak Lor tahun 2003-2009, Ketua Karang Taruna Bina
Pagar Muda Tujuh tahun 2007-2011, Pengasuh TPA Hidayatus Shibyan tahun
2004-2011, Pengurus Himpupan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarbiyah Tahun 2003-2004,
Pengurus buletin dakwah Jurusan Tarbiyah Prodi PAI, mengikuti kegiatan di
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) dan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) semasa Kuliah, Pengurus PonPes
Al-Ma’mur Sokaraja Tahun 1999-2007, Aktif dalam kegiatan Kepramukaan dan pernah
mengikuti berbagai pendidikan kepramukaan. Sekarang kegiatanya mengajar Pendidikan
Agama Islam dan Kesenian di MTs Negeri Model Purwokerto, dan menulis buku.
Beberapa makalah yang telah ditulis diantaranya adalah : “ Pendidikan
Berperspektif gender menurut Mansur Fakih”, “ Pernikahan Beda Agama”
, “Kenakalan Remaja dan Solusinya”, “ Pendidikan Seumur Hidup”, “
Bantahan Terhadap Teori Evolusi Darwin”, Meniti Jalan Menuju Kebahagiaan
Dunia Akhirat.
[1] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan Agama dan Ahlak Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 51
[2] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan Agama dan Ahlak Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 51
[3]
. Sistem Etika Islam,
hlm. 26
[4] . “ خُلُقٌ
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai , tingkah laku atau tabiyat”
[5] . Prof.DR.
Suwito, 2004,” Filsafat Pendidikan Ahlak Ibnu Miskawaih”, Yogyakarta, Belukar,
hlm. 31
[6]. Asmaran. 1999. Pengantar Studi
Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan. hlm.
8
[7] . Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan. hlm. 6
[8]
. Hussein Bahreisj, Imam Ghazali, 1981, “Ajaran-Ajaran Akhlak”,
Surabaya, Usana Offset Printing, hlm. 41
[9]
. Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam
dan Kemasyarakatan. hlm. 6
[10] . Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan. hlm. 7
[11] . “Mahluk sosial adalah mahluk yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain”.
[12] . Syafaah, Majalah rindang, edisi Agustus 2012, hlm. 23
[13] . “Tawakal juga berarti memutuskan hati dari ketergantungan, melepaskan keterikatan terhadap mahluk, menampakan kebutuhan kepada dzat yang mengubah semua keadaan, yang menentukan takdir, yang tidak ada Tuhan selain Allah swt. “
[14] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan Agama dan Ahlak Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 35
[15] . Hussein Bahreisj, Imam Ghazali, 1981, “Ajaran-Ajaran Ahlak”, Surabaya, Usana Offset Printing, Hlm. 50-51
[16] . T. Ibrahim dan H. Darsono, 2009,” Pemahaman Alqur-an dan Hadits Untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah”, Solo, Tiga Serangkai, hlm. 88
[17] . lihat H. Amirullah Syarbini, M.Ag, 2011 “ The Miracle Of Ibadah”, Bandung, Fajar Media, hlm. 202
[18]
. Prof.Dr. Ir.
Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan Agama dan Ahlak Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos
Wacana Ilmu, hlm. 35
[19] . IImam
Al-Ghazali, ZeidHusein Al-Hamid, “Ringkaan Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka
Amani, hlm. 357
[20] . “ Sabar
dalam mengerjakan perintah-perintah Allah swt. berupa amalan-amalan ibadah
seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya”
[21] . “ Sabar ketika menghadapi musibah berupa penyakit, bencana alam, kecelakaan, kematian dll. Disunahkan mengucapkan” Innalillahi wa inna ilaihi raa ji’un”
[22]
. "Inna lillaahi
wa innaa ilaihi raaji'uun".
[23] . “ Sabar
untuk tidak mengerjakan perbuatan maksiyat (perbuatan dosa yang dilarang oleh
agama), seperti berjudi, mabuk-mabukan, berkata kotor, berzina, meniggalkan
sholat dll.”
[24] .” Dan
Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu
sungguh berat, kecuali bagi orang –orang
khusu”. (Q.S. Al-Baqoroh : 45).
[25] . lihat H. Amirullah Syarbini, M.Ag, 2011 “ The Miracle Of Ibadah”, Bandung, Fajar Media, hlm. 253
[26]
. Prof.Dr. Ir.
Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan
Agama dan Ahlak Bagi Anak dan
Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 35
[27] . IImam Al-Ghazali, ZeidHusein Al-Hamid, “Ringkaan Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka Amani, hlm. 358
[28] . “ Dan janganlah kamumenjadi seperti orang –orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan merekalah orang –orang yang mendapat adzab berat.” (Q.S. Ali Imron : 105)
[29] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan Agama dan Ahlak Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 38
[30] . HR. al-Bukhari nomor 4747 dari Abu Hurairah
[31] . Prof.Dr. Ir.
Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan
Agama dan Ahlak Bagi Anak dan
Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 35
[32] . “Tawadlu merupakan budi pekerti para nabi dan Rasul, sikap orang yang bertakwa dan mendapatkan hidayah. Sementara sombong adalah sikap orang yang dictator dan suka melakukan kedzoliman.”
[33]
. lihat Drs. H. Yunahar Ilyas, LC., MA, 1999, “
Kuliah Akhlak”, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, hlm. 28
[34] .
Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian,dkk,
2001, “ Pendidikan Agama dan
Ahlak Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat,
PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 35
[35] .
IImam Al-Ghazali, ZeidHusein Al-Hamid, “Ringkaan Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta,
Pustaka Amani, hlm. 435
[36] “ Riya sama artinya dengan pamer, mengerjakan
sesuatu karena ingin di puji oleh orang lain bukan semata-mata karena Allah
swt. “
[38] . Syekh
Musthofa Al Ghalayini, 1976 “ Membimbing Menuju Akhlak yang Luhur”, Semarang,
Toha Putra,
hlm. 12
[39] “ Gelar al amin diperoleh Rasulullah saw. Ketika ada perdebatan pemindahan hajar aswad dan Rasulullah saw. Dengan bijak mengatasi hal tersebut (baca selengkapnya dala Sirah Rasul).”
[40]. Drs.Supardi,
Aktif belajar aqidah akhalak untuk madrasah aliyah kelas X, Klaten: sinar maandiri, hlm: 52-54
[41] Drs. Yusuf Mukhtar, dkk. 1995. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka. hlm: 340
[42]
Tim abdi guru, 2007, Ayo
Belajar Agama Islam Untuk SMP
kelas VIII, Jakarta: Erlangga,
hlm: 44
[43] Ibid, hlm: 49
[44] . Drs. Masan Alfat, dkk. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas 2. Semarang: Karya Toha Putra. Hlm:170
[45] . Ibid, hlm: 50
[46] . Ibid, hlm: 54-56
[47]. Ibid, hlm: 57-58
[48]
.
S.Tabrani, 2009, “ Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia, hlm. 57
[49] . “Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat”
[50] . S.Tabrani, 2009, “ Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia, hlm. 53
[51] . H.S, Koesman, 2008, “ Etika dan Moralitas Islami” Semarang, Pustaka Nuun, hlm. 26
[52] “Keluarga yang dimaksud adalah kelompok kecil yang terdiri dari orang tua dan anak atau saudara sekandung yang hidup dalam satu ruamah”
[53] . “ Kata Arab yang dimaksudkan untuk pengertian pendidikan antara lain adalah tarbiyat, tahzib, ta’lim, ta’dib, siyasat, mawa’izh, dan ta’dib sering diartikan pendidikan. Ta’lim diartikan pengajaran dan siyasat bisa diartikan siyasat, pemerintahan, politik, atau pengaturan. Mawa’izh diartikan pengajaran atau peringatan. Adat/ta’awwud diartikan pembiasaan, dan bisa diartikan pelatihan”
[54]. ibid.hal 38
[55] . Dalam ayat lain manusia diperintahkan untuk memelihara keturunanya, Allah swt. berfirman : “dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu”. (QS.An –Nahl :58-59)
[56] . “ Menurut Dr. M. Quraish Shihab, keluarga adalah “umat Kecil” yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya”.
[57] . lihat Prof. Dr. Suwito, 2004, “Filsafat
Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih”, Yogyakarta, Belukar, hlm. 116
[58] HR. Uqbah Ibnu Ngumar
[59] . Sayyid ahmad al Hasyimi, 2010.hal.950
[60] . HR. bukhori
[61]
. “Hikmah: ialah
Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan
yang bathil.”
[62]. al-Amru bil Ma’ruf, al-Khallal hlm. 114
[64] . Ridla Baiquni, Muhammad, “ Orang yang Bangkrut Dunia Akhirat”, Jombang, Lintas Media. Hlm. 151-152
[65] . Drs. H.A. Mustofa, 1999, “ Ahlak Tasawuf “, Bandung, CV Pustaka Setia. Hlm. 162-163
[66]
. H.S, Koesman,
2008, “ Etika dan Moralitas Islami” Semarang, Pustaka Nuun, hlm. 46
[67] . Usman Alkhaibawi, “ Durratun Nasihin (Mutiara Mubaligh), Semarang, Al Munawar, hlm. 192
[68] . Prof. Dr. H.
Zainuddin Ali, M.A., 2007, “ Pendidikan
Agama Islam”, Jakarta, Bumi Aksara, hlm. 35
[69] . Ilhat Hatiah, dkk. 2007, “Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan”, Jakarta, Penerbit Universitas Terbuka. Hlm. 3.1
[70] “Menumpas Penyakit Hati”,hlm.70
[71] . Al Khaibawi, Usman,”Durratun Nasihin (Mutiara Mubaligh)”, Semarang, Al-Munawar, hlm. 180)
[72]. sayid,1999
[73]. Ushul al-Kafi, II,hlm.305
[74] . Ghurar al-Hikam, hlm.131
[75] . Ihya’al-Ulum,II,hlm.151
[76] . Imam Al Ghazali, 2007, “Ringkasan ikhya Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka Amani, hlm. 281
[77] . Dikeluarkan
oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al-Mustadrok
(2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta
disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab
al- Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab
Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz
Zawaa-id (9 / 15): Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi
Shahih. Dan dishahihkan juga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush
Shahiihah, No (45).
[78] . Muhammad bin Shalih al- Utsaimin, “Makarimal Akhlak (Budi Pekerti Mulia)”, hlm. 5
[79] . Dikeluarkan oleh Imam Muslim, No (476) di Kitaabu Shalaatil
Musaafiriin, dan Abu Daud, No (1342) di Kitaabush Shalaah. Dan diriwayatkan
oleh Ibnu Majah secara ringkas, No (2333) di Kitaabul Ahkaam, dan Ahmad dalam
kitabnya Al-Musnad, (6 / 45, 91, 111,163, 188, 216).
[80] . Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (1936) di Kitaabush
Shaum, dan No (2600) di Kitaabul Hibah, dan No (5367) di Kitaabun Nafaqoot, dan
No (6087) di Kitaabul Adab.Dan dikeluarkan juga oleh Imam Muslim, No (81, 82,
83, 84, 85, 86, 87) di Kitaabush Shiyaam.
[81]
. ibid. hlm. 65
[82] . Sebagaimana hadits 'Abdullah bin 'Amr. Dikeluarkan oleh
Imam Bukhari, No (3559) di Kitaabul Manaaqib, dan No (6029, 6035) di Kitaabul
Adab. Dan Imam Muslim, No (68) di Kitaabul Fadhaa-il.
[83] . Sebagaimana hadits 'Atho' bin Yasaar, ia berkata: Aku
bertemu 'Abdullah bin 'Amr lalu aku berkata: Kabarkan padaku tentang sifat
Rasulullah n dalam kitab Taurat. Dia berkata: Baiklah, demi Allah, sesungguhnya
Beliau disifati dalam Taurat dengan beberapa sifat yang ada dalam Al-Furqan
(Al-Qur'an): (QS. al-Ahzaab: 45) dan sebagai penjaga bagi kaum yang ummiy,
engkaulah Hamba dan RasulKu, Aku memberimu nama al-Mutawakkil, tidak bersikap
keras lagi berhati kasar, dan tidak suka berteriak-teriak di pasaran, Beliau
tidak mau membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi Beliau malah
memberi maaf dan mengampun. Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (2125) di
Kitaabul Buyuu', dan No (4838) di Kitaabut Tafsiir.
[84] . Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (6038) di Kitaabul Adab. Muslim,
No (51) di Kitaabul Fadhaa-il.
[85] . Ibid. hlm 414
[86] . Abdul Kharis, S.Ag. dkk, 2004, “Akidah Ahlak 1”, Jawa Tengah, Kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah, hlm.91
[87] . Ibid, hlm 42
[88]
. “ sidik
(jujur), amanah (dapat dipercaya), fatonah (pandai/ cerdas), tabligh
(menyampaikan). Ke empat sifat tersebut sering disebut sebagai sifat wajib
rasul. Hendaknya sifat tersebut senantiasa ada di jiwa kita”.
[89] . H. Sulaiman
Rasjid, 1998, “ Fiqh Islam(Hukum Fiqh Islam)”, Bandung, PT.Sinar Baru
Algensindo, hlm.53
[90] . “Maha suci Allah, Segala uji bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah, Allah maha besar.”
[91] . Dikeluarkan oleh Nasa-i, No (3949 & 3950) di Kitaabu
'Isyratin Nisaa', Ahmad di kitab Al-Musnad (3 / 128, 199, 280), dan hadits
tersebut ada di kitab Shahiihul Jaami', No (3134).
[92] . ibid. hlm. 17
[93] . Ahmad Isa ‘Asyur, 2005,” Hadits Tsulatsa’ Ceramah-Ceramah Hasan Al- Banna 1”, Solo, Era Intermedia, hlm. 219
[94] . S.Tabrani, 2009,”Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia, hlm. 104
[95] . S.Tabrani, 2009,”Berkahnya Ikhlas”, Jakarta, Bintang Indonesia, hlm. 115
[96] . Ibid. hlm 124
[97] . IImam Al-Ghazali, ZeidHusein Al-Hamid, “Ringkaan Ihya ‘Ulumuddin”, Jakarta, Pustaka Amani, hlm. 263
[98] . KH. Zarkasi Abdullah, “Kumpulan Khutbah Jum’at”, Jombang, Lintas Media, hlm. 56
[99] . Muhammad RB, “Orang – Orang yang Bangkrut Dunia Akhirat”, Jombang, Lintas Media, hlm.122
[100] . Imam Nawwawi “ Sarah Sungabul Iman” Karomah, hlm. 22
[101] . Afriantoni. 2007 Prinsip-prinsip
Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut, hlm. 32
[102] . Prof.DR. Suwito, 2004,” Filsafat Pendidikan Ahlak Ibnu Miskawaih”, Yogyakarta, Belukar, hlm. 31
[103]
. T.Ibrahim.hal.
69
[104] . Hussein
Bahreisj, Imam Ghazali, 1981, “Ajaran-Ajaran Ahlak”, Surabaya, Usana Offset
Printing, hlm. 30
[105] . Hussein
Bahreisj, Imam Ghazali, 1981, “Ajaran-Ajaran Ahlak”, Surabaya, Usana Offset
Printing, hlm. 40
[106] . Wasa’il al-Syi’ah,II h.22
[107]
. T. Ibrahim – H
. Darsono, 2002 “ Membangun Akidah dan Akhlak untuk kelas IX Madrasah
Tsanawiyah “, Solo, PT Tiga Serangkai , hlm. 64
[108] . T. Ibrahim, H. Darsono, “ Pemahaman Al-Qur’an Hadits Untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VIII”, Solo, Tiga Serangkai, hlm. 68
[109] . diambil dari kumpulan “KIsah Penuh Hikmah”, E-Book, http://virouz007.wordpress.com/.
[110] . lihat Dr. M. Quraysh Shihab,2006 “Membumikan Al-Qur’an”, Bandung, Penerbit Mizan,hlm. 245
[111] . Ahmad Isa ‘Asyur, 2005,” Hadits Tsulatsa’ Ceramah-Ceramah Hasan Al- Banna 1”, Solo, Era Intermedia, hlm. 233
[112] . ibid. hal 26-27