Untuk mencapai derajat ma’rifat seseorang harus terlebih dahulu
melewati tahapan syareat yakni menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan Allah
dan Rasul-Nya. Belajar syareat merupakan kewajiban seluruh umat Islam tanpa
perkecualian. Karena syareat merupakan dasar ilmu agama yang sangat penting
untuk dipelajari dan di amalkan. Sebagaimana diterangkan dalam pembahasan
sebelumnya bahwa beribadah tanpa didasari dengan ilmu maka akan tertolak.
Syareat adalah ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw bersumber
dari wahyu Allah swt yaitu Al-Qur’an Nur Karim. Dalam bahasa keseharian syareat
sering disebut sebagai dasar-dasar pelaksanaan ibadah. Meliputi ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dengan amaliah ibadah seperti solat, puasa, zakat, haji,
muamalat, syariah dan lain sebagainya.
Pokok-pokok ajaran ilmu syareat merupakan suatu yang amat penting
dipelajari dan di amalkan oleh seluruh umat muslim, karena syareat merupakan
kunci pebuka bagi amalan-amalan yang bisa mengantarkan seseorang menuju derajat
ma’rifat. Ada Ulama yang mengatakan bahwa syareat ibarat seperti baju sementara
ma’rifat dan hakikat bagaikan badanya. Hal ini menunjukan bahwa antara syareat
dan ma’rifat ada keterkaitan / hubungan yang signifikan. Menurut Gus Dur dalam
syi’irnya dikatakan bahwa : “ ojo mung ngaji syareat bloko, gur pinter nulis
lan moco mbenjang mburine bakal ciloko”.
Potongan syair tersebut menggambarkan bahwa kita selaku umat islam
seharusnya tidak cuma belajar syareat saja tetapi juga harus bisa memahami
secara mendalam apa-apa yang terkandung dalam inti syareat ajaran agama Islam
itu sendiri. Dengan demikian kita tidak menjadi manusia yang mengamalkan agama
dibagian luar atau kulitnya saja namun sampai pada tataran ma’rifat.
Untuk memperjelas pemahaman, mari kita renungkan bahwa apa
sebenarnya hikmah yang terkandung dalam setiap amalan ibadah yang kita lakukan
sehari-hari, seperti ; sholat, puasa, haji dan amalan ibadah lainya. Dalam
sholat ada ketundukan, ada proses penyerahan diri terhadap sang Khaliq. Dalam
puasa ada mujahadah, kesabaran, pengandalian hawa nafsu. Dalam haji ada
ukhuwah, kesucian jiwa, pendekatan diri terhadap Allah swt Dzat yang maha besar
lagi maha perkasa.
Kalau semua itu bisa kita pahami serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
maka sesungguhnya ibadah akan terasa nikmat dan sangat berarti bagi diri
sendiri dan orang lain. Ibarat makan buah bukan kulitnya yang dimakan tetapi
isinya yang kita makan. Maka khasiat buah itu akan meresap kedalam seluruh
tubuh dan memberikan energi serta kekuatan bagi tubuh. Demikian juga apabila
kita beramal dengan penuh penghayatan maka ibadah kita akan menjadi
berkualitas.
Walaupun syareat merupakan ilmu dasar yang berisi pokok-pokok
ajaran agama Islam, seluruh ulama sepakat bahwa belajar ilmu syaret hukumnya
wajib. Karena seseorang tidak akan
mencapai derajat ma’rifat sementara dirinya tidak mengerti syareat sama
sekali. Bagaimana dia akan ma’rifat sementara dirinya tidak tahu hak-hak yang
harus ia penuhi terhadap Allah swt. Kalau boleh saya gambarkan seperti pohon,
untuk bisa mencapai ketinggian maka pohon tersebut harus memiliki akar yang
kuat kemudian baru batang, daun dan buah. Batang dan daun yang berada diatasnya
tidak akan bisa berdiri manakala tidak di dukung oleh akar yang kuat.
Demikianlah kedudukan syareat dan ma’rifat.