Minggu, 18 Mei 2014

SYAREAT JALAN MENUJU MA’RIFAT

Untuk mencapai derajat ma’rifat seseorang harus terlebih dahulu melewati tahapan syareat yakni menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Belajar syareat merupakan kewajiban seluruh umat Islam tanpa perkecualian. Karena syareat merupakan dasar ilmu agama yang sangat penting untuk dipelajari dan di amalkan. Sebagaimana diterangkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa beribadah tanpa didasari dengan ilmu maka akan tertolak.
Syareat adalah ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw bersumber dari wahyu Allah swt yaitu Al-Qur’an Nur Karim. Dalam bahasa keseharian syareat sering disebut sebagai dasar-dasar pelaksanaan ibadah. Meliputi ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan amaliah ibadah seperti solat, puasa, zakat, haji, muamalat, syariah dan lain sebagainya.
Pokok-pokok ajaran ilmu syareat merupakan suatu yang amat penting dipelajari dan di amalkan oleh seluruh umat muslim, karena syareat merupakan kunci pebuka bagi amalan-amalan yang bisa mengantarkan seseorang menuju derajat ma’rifat. Ada Ulama yang mengatakan bahwa syareat ibarat seperti baju sementara ma’rifat dan hakikat bagaikan badanya. Hal ini menunjukan bahwa antara syareat dan ma’rifat ada keterkaitan / hubungan yang signifikan. Menurut Gus Dur dalam syi’irnya dikatakan bahwa : “ ojo mung ngaji syareat bloko, gur pinter nulis lan moco mbenjang mburine bakal ciloko”.
Potongan syair tersebut menggambarkan bahwa kita selaku umat islam seharusnya tidak cuma belajar syareat saja tetapi juga harus bisa memahami secara mendalam apa-apa yang terkandung dalam inti syareat ajaran agama Islam itu sendiri. Dengan demikian kita tidak menjadi manusia yang mengamalkan agama dibagian luar atau kulitnya saja namun sampai pada tataran ma’rifat.
Untuk memperjelas pemahaman, mari kita renungkan bahwa apa sebenarnya hikmah yang terkandung dalam setiap amalan ibadah yang kita lakukan sehari-hari, seperti ; sholat, puasa, haji dan amalan ibadah lainya. Dalam sholat ada ketundukan, ada proses penyerahan diri terhadap sang Khaliq. Dalam puasa ada mujahadah, kesabaran, pengandalian hawa nafsu. Dalam haji ada ukhuwah, kesucian jiwa, pendekatan diri terhadap Allah swt Dzat yang maha besar lagi maha perkasa.
Kalau semua itu bisa kita pahami serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka sesungguhnya ibadah akan terasa nikmat dan sangat berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Ibarat makan buah bukan kulitnya yang dimakan tetapi isinya yang kita makan. Maka khasiat buah itu akan meresap kedalam seluruh tubuh dan memberikan energi serta kekuatan bagi tubuh. Demikian juga apabila kita beramal dengan penuh penghayatan maka ibadah kita akan menjadi berkualitas.

Walaupun syareat merupakan ilmu dasar yang berisi pokok-pokok ajaran agama Islam, seluruh ulama sepakat bahwa belajar ilmu syaret hukumnya wajib. Karena seseorang tidak akan  mencapai derajat ma’rifat sementara dirinya tidak mengerti syareat sama sekali. Bagaimana dia akan ma’rifat sementara dirinya tidak tahu hak-hak yang harus ia penuhi terhadap Allah swt. Kalau boleh saya gambarkan seperti pohon, untuk bisa mencapai ketinggian maka pohon tersebut harus memiliki akar yang kuat kemudian baru batang, daun dan buah. Batang dan daun yang berada diatasnya tidak akan bisa berdiri manakala tidak di dukung oleh akar yang kuat. Demikianlah kedudukan syareat dan ma’rifat.