Dalam kehidupan keluarga sering dijumpai seorang anak yang
menentang orang tuanya sendiri, bahkan ada yang berani melawan orang tua dengan
kekerasan sampai berujung pada pembunuhan, kejadian ini sangatlah memilukan. Dimanakah akhlak
seorang anak terhadap orang tuanya yang telah membesarkan, merawat, dan
membiayai hidupnya sampai tumbuh dewasa?, padahal dalam Al-Qur’an Allah Swt.
Berfirman.
Artinya:
“ Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya)”. (Q.S. al- An am ;151)
Ayat di atas menegaskan kepada kita untuk berbuat baik terhadap
orang tua dan melarang kita untuk membunuh jiwa yang yang diharamkan menurut
syareaat. Orang tua muslim bertanggung jawab untuk memelihara lingkungan bersih
begi anaknya guna memenuhi hak-hak anak dalam memperoleh suasana yang dapat
menyelamatkan mereka dari api neraka, pelanggaran semacam ini adalah dosa.
Banyak kejadian orang tua yang membiasakan hal buruk pada anaknya,
sehingga dikemudian hari menyebabkan putra-putranya terbiasa dengan
perbuatan-perbuatan dosa itu. Contoh kasus yang kita temukan dalam masyarakat,
misalnya:
1)
Orang tua
membiarkan anak tidak mensucikan badan maupun tempat yang dikencinginya setelah
anak kencing.
2)
Orang tua
menyuruh anak berbohong kepada orang lain. Misalnya, seorang datang menagih
hutang, lalu orang tua menyuruh menemui orang tersebutuntuk memberitahukan
bahwa orang tuanya pergi beberapa beberapa hari belum pulang, padahal
sebenarnya ketika itu orang tua ada didalam kamar atau dapur. Menyuruh anak
berbohong semacam ini berarti telah menanamkan akhlak tercela pada anak.
3)
Orang tua
sering minum minuman keras di depan anaknya.Hal semacam ini secara tidak
langsung mendidik anaknya dengan perbuatan dosa, padahal anak harus dijauhkan
dari pengaruh minuman haram.
Contoh akhlak dan adab buruk lainya, antara lain :
1)
Makan dengan
tangan kiri
2)
Masuk rumah
tanpa salam
3)
Makan tanpa
membaca bismillah terlebih dahulu
4)
Membuang muka
ketika bertemu orang lain
5)
Bermasam muka
terhadap orang lain
6)
Menggunjing
orang lain, dll.
Upaya orang tua dalam bertaubat dari perbuatan durhaka terhadap
anaknya, antara lain :
Ø Menyuruh anaknya menghentikan hal-hal buruk yang terlanjur
ditanamkanya dahulu
Ø Berusaha memperbaiki akhlak buruk anaknya dengan mengajak melakukan
akhlak Islam
Ø Terus menerus mengajak anaknya untuk meninggalkan akhlak yang
buruk, karena akhlak semacam itu akan menjrumuskanya kedalam siksa neraka.
Ø Meminta maaf terhadap anaknya karena telah menanamkan akhlak yang
buruk.
Sebaliknya,
anak yang mendapati orang tuanya telah bertaubat dari kesalahanya menanamkan akhlak
yang buruk hendaklah berlapang dada menerima ajakan orang tuanya untuk
meninggalkan akhlak yang burukdan memulai melaksanakan akhlak Islam. Begitu
juga anak membuka pintu bagi orang tuanya untuk memberikan maaf atas kesalahan
terhadap dirinya pada masa lalu sehingga mengakibatkanya berakhlak buruk.[1]
Anak
juga harus memiliki prilaku yang baik terhadap kedua orang tuanya. Diantara
adab anak terhadap orang tua adalah sebagai berikut.
1.
Mendoakan kedua
orang tua dengan penuh keikhlasan, agar diampuni segala dosa-dosanya, diberi
kemudahan dalam urusan risqi, dimudahjan dalam segala urusan dan sebagainya.
2.
Mencium tangan
dan berpamitan mana kala hendak bepergian jauh.
3.
Berkata lemah
lembut terhadap kedua orang tua, tidak membentak serta mengucapkan kata-kata
yang menyakiti hati orang tua, seperti cis, hus, dll.
4.
Mematuhi segala
perintah orang tua yang tidak bertentangan dengan syareat ajaran agama Islam.
5.
Menjaga nama
baik orang tua dengan tidak mengatakan kejelekan-kejelekan orang tua di depan
orang lain.
6.
Memberikan
kasih sayang kepada orang tua dengan tulus sebagaimana orang tua mengasihi kita
dikala masih kecil.
7.
Merawat dan
menjaga orang tua, terlebih apabila sudah memasuki usia renta.
8.
Selalu bersikap
jujur dalam berbicara kepada orang tua
9.
Tidak melakukan
perbuatan yang menyebabkan orang tua menjadi malu dan marah karena perbuatan
itu tidak terpuji.
10.
Membantu
mencukupi kebutuhan hidup orang tua manakala anak sudah memisahkan diri dengan
orang tua.
11.
Menjalin
silaturahmi dengan orang tua apabila anak memiliki tempat tinggal yang jauh
dari orang tua.
Allah swt. Memerintahkan kita agar berbuat baik terhadap kedua
orang tua, hal ini terdapat dalam firmanya sebagai berikut.
Artinya :” dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”. (QS. Al- Isro : 23) .Mengucapkan
kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan
kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Ayat di atas memerintahkan kepada kita agar berbuat baik terhadap
kedua orang tua, kita dianjurkan untuk merawat mereka manakala orang tua kita
sudah lanjut usia. Allah melarang kita membentak orang tua kita dengan
perkataan “ah” atau kata-kata yang lain sejenisnya yang bisa menyakiti hati
orang tua. Sebaliknya kita diperintahkan untuk berkata yang baik kepada kedua
orang tua kita dengan nada yang halus dan lemah lembut.
Dalam ayat yang lain Allah swt. Berfirman.
Artinya: “ dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya:
"Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat
sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya
mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah
benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan
orang-orang dahulu belaka".
Dari ayat di atas bisa kita simpulkan bahwa kita dilarang
mendurhakai kedua orang tua kita karena “ Ridldo Allah terdapat pada ridlo
kedua orang tua kita dan murka Allah terdapat pada murka orang tua kita ”,
untuk itu sikap kita harus berhati-hati jangan sampai menimbulkan kemurkaan
terhadap orang tua kita. Marilah kita ciptakan kehidupan dalam keluarga yang
harmonis, penuh dengan nuansa ibadah dan prilaku yang berakhlakul karimah.
Dalam mendidik akhlak anak haruslah dengan penuh kesabaran dan
penuh kehati-hatian, jangan sampai kita keliru dalam mendidik akhlak anak. Ketika
nabi Ibrohim masih kecil, berdialog kepada ayangnya tentang Tuhan. Dan
kesimpulanya bahwa Tuhan telah memberi petunjuk kepada manusia bahwa
memperTuhan benda adalah sangat keliru.
Dengan demikian, dunia anak sangat penting diperhatikan. Apabila
keliru dalam mendidik akhlak anak, bisa jadi dunia anak tidak akan mengenal akhlak
yang lebih lanjut anak dapat melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan
lain sebagainya. Contoh dalam pendidikan akhlak, apabila anak-anak sekolah
berdusta di dalam segala apa yang mereka bicarakan, didukung para gurunya juga
berdusta dalam mengajar dan segala pembicaraanya, maka masyarakat(anak-anak) tidak
dapat berujud. Dan apabila dunia anak terancam demikian, masyarakat yang akan
datang tidak dapat berujud karena adanya tiap-tiap yang dibicarakan menjurus
dusta. Dan yang membekas dan berujud pada masyarakat yang rusak dan rendah
martabatnya.
Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik,
atau itu buruk, apabila seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita
itu jelek/ buruk namun kita tidak seharusnya berkata demikian. Sebab dapat
menyakiti hati dan patah semangat. Tetapi kita beri semangat dan dorongan yang
dapat dapat memacu dan bergiatnya si anak.
Selain dari pada itu, kisah Luqman yang diberi hikmah oleh Allah.
Hal ini dijelaskan di dalam surat Luqman : 12 :
Artinya: “dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang
tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Kelanjutan kisah Luqman yang termuat dalam ayat di atas, bahwa
beliau menasehati dan member pesan kepada generasi selanjutnya (anak-anak)
untuk mewarisi nilai-nialai akhlak sebagai berikut :
a)
Dilarang
berbuat syirik (menyekutukan ) Allah (Luqman : 13)
b)
Kewajiban
berbakti kepada kedua orang tua (Luqman :14)
c)
Keharusan tetap
berbakti kepda kedua orang di dunia saja, karena kesyirikan mereka (Luqman :
15)
d)
Perintah
menegakan solat, amar ma’ruf, nahi mungkar dan sabar (Luqman 17)
e)
Tidak boleh
bersifat sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri ( Luqman : 18)
f)
Perintah
bersikap sopan santun dalam berjalan atau berbicara (Luqman : 19)
Di dalam kitab “Durratun Nasihin” dijelaskan bahwa ada 10 (sepuluh)
hak yang harus ditunaikan akan kepada kedua orang tuanya :
a.
Memberikan
makan apabila dibutuhkan
b.
Memberi
pengabdian apabila diperlukan
c.
Mendatangi
apabila dipanggil
d.
Menaati apabila
diperintah selain maksiat
e.
Berbicara
dengan lemah lembut dan tidak kasar
f.
Memberikan
pakaian bila diperlukan, sedang ia mampu
g.
Berjalan
dibelakangnya
h.
Mengusahakan
kerelaanya, dengan suatu yang dia sendiri rela
i.
Menjauhkan
daripadanya sesuatu yang dia sendiripun menjauhiya
Demikianlah beberapa hal tentang kewajiban seorang anak terhadap
kedua orang tuanya. Jadilah anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan
jangan sampai kita menjadi anak yang durhaka.
Banyak cerita maupun dongeng tentang anak durhaka yang berani terhadap
kedua orang tuanya. Namun tidak pernah ada cerita tentang anak durhaka tersebut
mendapat kehidupan yang mulia dan bahagia. Hidupnya akan sengsara, penuh derita
baik di dunia maupun kelak di akhirat. Orang bilang “Ala-ala wong tuwo
melati”keadaan fisik orang tua memang sudah renta dimakan usia, rupanya
jelek, namun ucapanya memiliki tuah yang mustajab bagi anaknya.[3]
Sebaliknya banyak juga kisah tentang anak sholeh yang pada akhirnya
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat karena ketaatan dan kasih
sayangnya kepada kedua orang tuanya.
Diceritakan bahwa Nabi Musa As. Berkata demikian : “ Ya Tuhanku,
tunjukanlah kepada saya teman saya di dalam sorga !” Firman Allah ta’aalaa : “
pergilah engkau musa, ke negeri ini, di pasar ini, maka disitulah ada seorang
laki-laki penjual daging yang wajahnya seperti demikian, itulah temanmu di
dalam surga.” Nabi Musa As., pun pergi ke took/warung yang telah ditunjukan
kepadanya, dan berdiri di tempat itu sampai tenggelam mata hari.
Penjual daging itu mengambil sepotong daging dan melemparkan
/memasukanya kedalam bakul dan ketika hendak pulang, Nabi Musa berkata
kepadanya :” Apakah engkau mempunyai
tamu? Penjual daging itu menjawab “ya”. Maka Nabi Musa As., pergi
bersamanya sehingga masuk di rumahnya. Penjual daging taddi berdiri dan masak
gulai yang enak, lezat dari daging tersebut, kemudian ia mengeluarkan bakul
yang di dalamnya ada seorang wanita tua Bangka lagi lemah sekali sehingga
seperti anak burung merpati. Penjual daging itu mengeluarkan si wanita tua tadi
sambil menjunjungnya, dan menaruhkan makanan dimulutnya sehingga kenyang.
Kemudian penjual daging itu mencuci pakaianya dan menjemurnya sehingga kering
serta memakaikanya kembali dibakul seperti semula. Wanita tua tersebut
menggerak-gerakan dua bibirnya. Nabi Musa As., berkata :” Sungguh saya
mengetahui dua bibirnya mengucapkan “, : “ Ya Allah, jadikanlah anakku
ini teman bagi Musa di dalam surga. “
Kemudian penjual daging itu mengambil situa tadi dan
menggantungkanya pada sebatang kayu. Nabi Musa As., bertanya : “ Apakah yang
telah engkau perbuat ?” Kata penjual daging itu :” Ini adalah Ibuku yang sudah
lemah lunglai, sehingga tidak mampu duduk.” Kata Musa As., : “ Engkau
berbahagia, saya adalah Musa dan engkau adalah menjadi temanku di dalam surga ;
semoga saja Allah memudahkan pertemuan kita di dalam surga dengan sebab
kemuliaan asma Nya yang indah dan sebab kemuliaanya manusia yang paling utama
(Nabi Muhammad saw.) [4]
Kisah tersebut bisa dijadikan sebagai Ibroh buat kita agar
lebih memuliakan terhadap kedua orang tua kita apapun keadaanya. Ingatlah bahwa
doa yang dipanjatkan orang tua kita akan di dengan dan dikabulkan oleh Allah
swt., sebagaimana yang telah dikisahkan dalam cerita di atas.
Jika seorang anak mengerti akan tugas dan kewajibanya terhadap
kedua orang tuanya, maka bisa dikatakan anak tersebut adalah anak yang solih. Akan tetapi apabila sebagai
seorang anak tidak mampu menjalankan kewajibanya terhadap kedua orang tuanya
bahkan berbuat aniaya serta menyakiti hati mereka maka bisa dikatakan anak
tersebut sebagai anak yang durhaka yang akan mendapatkan balasan dari Allah
berupa adzab yang pedih (naudzubillahi min dzalik).
Dengan
demikian diperlukan berbagai upaya untuk membentuk akhlak anak agar menjadi
anak yang berbakti kepada kedua orang tua, tahu hak dan kewajibanya, memiliki
kepribadian yang baik dan mampu menjadi hiasan dan dalam keluarga. Anak juga
diharapkan bisa mengharumkan nama orang dengan berperilaku baik di dalam lingkungan
keluarga maupun masyarakat patuh dan taat menjalankan perintah agama.
[1]
. Ridla Baiquni, Muhammad, “ Orang yang Bangkrut Dunia Akhirat”, Jombang,
Lintas Media. Hlm. 151-152
[2]
. Drs. H.A. Mustofa, 1999, “ Ahlak Tasawuf “, Bandung, CV Pustaka Setia. Hlm.
162-163
[3]
. H.S, Koesman,
2008, “ Etika dan Moralitas Islami” Semarang, Pustaka Nuun, hlm. 46
[4]
. Usman Alkhaibawi, “ Durratun Nasihin (Mutiara Mubaligh), Semarang, Al
Munawar, hlm. 192