Jumat, 02 Agustus 2013

MOTTO GERAKAN PRAMUKA

Motto Gerakan Pramuka merupakan bagian terpadu proses pendidikan untuk mengingatkan setiap anggota  Gerakan Pramuka bahwa setiap megikuti kegiatan berarti mempersiapkan diri untuk mengamalkan kode kehormatan Pramuka.
Motto Gerakan Pramuka adalah  “ SATYAKU KUDARMAKAN DARMAKU KUBAKTIKAN “
Manfaat Motto Gerakan Pramuka terhadap Jiwa anggota Pramuka, antara lain :
1.   Menanamkam rasa percaya diri.
2.   Menambah semangat pengabdian pada masyarakat, bangsa dan negara.
3.   Siap mengamalkan Satya dan Darma Pramuka.
4.   Rasa bangga sebagai Pramuka.
5.   Memiliki Budaya Kerja yang dilandasi pengabdiannya.
Motto Gerakan Pramuka wajib dihayati dan selalu diingat bagi anggota Pramuka dalam merealisasikan pengamalan Satya dan Darma Pramuka dalam kehidupan sehari hari.
Untuk meningkatkan kebanggaan dan kekompakan dalam satuan Gerakan Pramuka (mis. Ambalan), disamping wajib menggunakan Motto Gerakan Pramuka juga diperbolehkan membuat motto Satuan di satuan masing-masing.

Kamis, 01 Agustus 2013

INDAHNYA AKHLAKUL KARIMAH

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan hidayah dan inayah kepada kita semua. Sholawat salam semoga tercurah kepada Nabi Agung Muhammad saw. Sebagai suri tauladan untuk kita semuanya. Atas dasar keprihatinan dan kepedulian penulis terhadap semakin merosotnya akhlak bangsa, maka  melaui buku ini penulis curahkan segala daya dan upaya untuk mengkaji berbagai permasalahan mengenai akhlak.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kita mengerti, dalam pergaulan sehari-hari akhlak sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Akhlak merupakan target dakwah para nabi dan Rasul, meluruskan perilaku manusia dari keterpurukan dan kebobrokan merupakan tugas para Nabi dan Rasul serta kita bersama yang hidup sesudahnya. Kehidupan manusia dari zaman kezaman selalu mengalami perubahan disinilah peran pendidikan akhlak sebagai penyelaras dan penyeimbang serta pengendali berbagai dampak dari perkembangan zaman.
Akhlak adalah tahap ketiga dalam beragama. Tahap pertama menyatakan keimanan dengan mengucapkan syahadat, tahap kedua melakukan ibadah seperti sholat, zakat, puasa termasuk membaca Al-Qur’an dan berdoa, dan tahap ke tiga sebagai buah dari keimanan dan ibadah adalah akhlak. [1]
Dalam keluarga akhlak sangat penting untuk dikaji dan dimengerti oleh anggota keluarga. Perilaku yang baik harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak demikian juga perilaku yang jelek (akhlak tercela) juga harus di antisipasi sedini mungkin jangan sampai menjadi kebiasaan anggota keluarga karena akhlak yang tercela merupakan penyebab hancurnya kehidupan manusia. Orang tua berperan penting dalam pendidikan akhlak anak dan seluruh anggota keluarga.
Dalam buku ini akan dikaji berbagai permasalah tentang akhlak, mulai dari pengertian akhlak, macam-macam akhlak, penerapan akhlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Peranan akhlak bagi generasi muda dan masyarakat dalam menghadapi dampak buruk era globalisasi dan berbagai solusi penting untuk menangani dan mengatasi berbagai perilau –perilaku menyimpang dan akhlak yang tercela dalam kehidupan kita. Dalam buku ini juga dilengkapi dengan kajian mengenai pandangan Al-Qur’an dan Hadits mengenai akhlak lengkap dengan penjelasanya.
Kehidupan akan terasa indah apabila kita menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Hidup akan terasa damai, nyaman, sejahtera dan dekat dengan rahmat dan hidayah Allah swt. Hal tersebut terbukti pada zaman Rasulullah saw., di Madinah. Masyarakat hidup rukun, saling menghargai, saling menolong, penduduknya ramah, sopan, jujur, syukur menerapkan nilai-nilai akhlakul karimah yang diajarkan oleh Rasulullah saw., patuh dan tunduk menjalankan ibadah kepada Allah swt.
Pada akhir kajian penulis sisipkan kata-kata bijak mengenai akhlak yang diambil dari beberapa hadits terpilih. Mudah-mudahan bisa memberikan manfaat buat kita semua. Penulis menyadari bahwa di dalam buku ini masih terdapat kekurangan di sana sini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca yang budiman.
Akhirnya dengan mengharap ridlo Allah swt. penulis berharap mudah-mudahan buku ini bisa bermanfaat. Amin.
Purwokerto, 1 Desember 2012

Ari Kuswanto, S.Pd.I.


[1] . Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ Pendidikan  Agama dan Ahlak  Bagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, hlm. 51

HAKEKAT ILMU DAN AMAL

Ilmu berasal dari kata  Ø¹َÙ„ّÙ…َ-ÙŠَعْÙ„َÙ…ُ-عِÙ„ْماًmerupakan salah satu sifat Allah swt.,  yang berarti mengetahuai, maksud dari ’ilmu’ atau ‘ilman’  secara luas adalah mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan amal perbuaan manusia. Pada kajian ini penulis membatasi hanya pada ‘Ilmu Agama’ (ulumuddin). Ilmu agama merupakan suatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia  di dunia, dengan ilmu agama manusia mampu mengenal Allah swt., dengan segala bentuk kewajiban yang harus kita laksanakan kepada-Nya.
Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak dalil atas keutamaan ilmu. Di antaranya, firman Allah swt.,
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (QS. Al- Mujadilah : 11)
Ayat di atas menerangkan kedudukan orang yang berilmu dan beramal. Orang yang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah swt., maksudnya dengan ilmu manusia mampu memahami apa yang harus dikerjakan dan diperbuat, apabila ia melakukan segala sesuatu berdasarkan ilmu maka kemudahan-demi kemudahan akan ia dapati, pekerjaan yang sulit akan terasa mudah dan yang paling penting adalah dengan ilmu manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Disinilah Allah swt., akan mengangkat derajat seseorang, karena pada hakekatnya semua yang kita lakukan ada aturanya dan tidak bisa berbuat sekehendak sendiri walaupun menurut kita benar tetapi belum tentu benar menurut Allah swt. Ilmu merupakan jendela untuk membuka tabir kegelapan kehidupan umat manusia, dengan ilmu manusia memiliki derajat, dengan ilmu manusia berpotensi untuk menjadi makhluk yang mulia dihadapan Allah swt., dan makhluk Allah lainya.
Dalam ayat yang lain Allah swt., berfirman :
Artinya : “ (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS.Az- Zumar : 9)
Antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu tidak sama, perbedaanya terletak dimana? Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Ilmu menerangkan beberapa perbedaan orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu yaitu sebagai berikut :
1.    Orang bodoh bagaikan orang yang buta, sementara orang berilmu bagaikan orang yang bisa melihat dengan baik
2.    Orang yang berilmu adalah orang yang kuat dan tangguh, sementara orang bodoh adalah orang yang lemah
3.    Allah memuliakan orang yang berilmu, dan menghina serta merendahkan orang yang bodoh
4.    Ilmu adalah kehidupan dan cahaya, sementara kebodohan adalah kegelapan dan sumber kebinasaan
5.    Orang berilmu adalah salah satu sifat ahli surga, sementa kebodohan adalah salah satu sifat ahli neraka. (dikutip dari : Heru Widodo, LC.)
Demikian sangat jelas sekali perbedaan antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh. Kedudukanya pun sangat berbeda, yang satu mulia dan yang satunya lagi memiliki kedudukan yang rendah. Ilmu merupakan pancaran ‘nur’ Illahiyah yang dapat dikaji melalui Al-Qur'an dan Sunah,  pada keduanya terpancar berbagai petunjuk bagi umat manusia berupa pemahaman mengenai akidah, akhlak, fikih, Muamalah, syareat, kabar tentang akhirat, surga dan juga neraka.
Petunjuk yang diberikan oleh Allah swt., melalui ilmu pada hakekatnya merupakan sebuah ruang bagi manusia untuk berusaha dan berikhtiyar. Ilmu tidak datang begitu saja melainkan harus dicari dan dikaji dengan penuh kesungguhan. Oleh karena itu Rasulullah saw. Bersabda : “ mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi umat Islam baik laki-laki maupun perempuan” (al- Hadits). Kewajiban ini tidak hanya ditujukan kepada pelajar tetapi seluruh umat manusia, laki-laki, perempuan, besar, kecil, tua, muda, kaya maupun miskin semua tidak luput dari perintah untuk menuntut ilmu.
Al-Ghazali menyatakan bahwa ilmu itu banyak macamnya, dan yang paling berjasa untuk menuntun  pada kebahagiaan akhirat adalah seperti ilmu syari’at, tafsir, ilmu hadits, membaca Al-Qur'an dan menghafalkan wiridan-wiridan dan yang telah tertulis dalam kitab ihya’.[1] Ilmu tersebut wajib dipelajari sebagai pembuka jalan untuk menemukan kebahagiaan di akhirat. Selain ilmu tersebut menurut al-Ghazali ada beberapa ilmu yang berbahaya untuk dipelajari, seperti mengamalkan sihir dan perdukunan. Mencelup tembaga kemudian mengubahnya menjadi perak imitasi lalu menjualnya.[2] Adapun mempelajari ilmu kedokteran merupakan sesuatu yang diperbolehkan, demikian juga ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia, seperti ilmu perindustrian, perdangangan, pertahanan, dan ilmu lainya yang membawa kebaikan bagi umat manusia.
Ilmu erat kaitanya dengan amal, amal merupakan perbuatan manusia yang bernilai ibadah di hadapan Allah swt., namun demikian ada juga amal perbuatan yang tidak bernilai ibadah bahkan menimbulkan dosa seperti mencuri, berjudi, korupsi dan lain sebagainya.
Segala amal perbuatan manusia di dunia akan dihisab oleh Allah swt., sebesar maupun sekecil apapun. Allah swt., berfirman :
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al- Zalzalah ; 7-8)
Dalam Ayat yang lain Allah swt., berfirman
Artinya:” kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS.at – Tin: 6 )
Ayat di atas menerangkan tentang balasan bagi orang beramal soleh yaitu pahala yang tidak ada putus-putusnya walaupun orang tersebut sudah meninggal dunia. Sebagai contoh; orang yang menyedekahkan sebagian hartanya untuk membangun tempat ibadah maka pahalanya akan tetap mengalir selagi tempat ibadah tersebut masih difungsikan untuk beribadah kepada Allah swt.
Amal perbuatan manusia sangat bergantung pada niatnya, niat merupakan  penentu amal seseorang untuk itu sebelum melakukan sesuatu hendaknya kita luruskan niat karena Allah swt., bukan karena yang lainya. Dengan demikian jadilah orang yang berilmu dan beramal dengan mengharapkan keridloan Allah swt., agar bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Gudep MTs N Model Purwokerto


[1] . Imam Al-Ghazali, M. Alaika Salamulloh, “Beruntung Dunia Selamat Akhirat”, Yogyakarta, Mitra Pustaka, hlm. 211
[2] . Imam Al-Ghazali, M. Alaika Salamulloh, “Beruntung Dunia Selamat Akhirat”, Yogyakarta, Mitra Pustaka, hlm. 213

SIKAP BERLEBIH-LEBIHAN

Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan moral, harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya:
Artinya: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).


Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:
Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang muslim dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 26-27).
Ayat di atas memerintahkan kepada kita agar menjauhi sikap boros karena sesungguhnya orang-orang yang boros adalah saudaranya setan. Untuk itu hendaknya kita berhemat dalam membelanjakan barang, mengatur segala sesuatu agar tidak menjadi berlebih-lebihan, seperti : membeli sesuatu sesuai dengan kebutuhan, berpakaian secara sederhana, tidak memakai perhiasan yang berlebihan, bergaul di lingkungan  masyarakat dengan baik dan  tidak berlebih-lebihan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antara lain sebagai berikut:
a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.
Dari pemaparan di atas sudah barang tentun kita diharapkan untuk bisa bersikap sederhana dan menjauhi segala bentuk sikap berlebih-lebihan dalam kehidupan kita.