Motto Gerakan Pramuka merupakan bagian terpadu proses
pendidikan untuk mengingatkan setiap anggota Gerakan Pramuka bahwa setiap
megikuti kegiatan berarti mempersiapkan diri untuk mengamalkan kode kehormatan
Pramuka.
Motto Gerakan Pramuka adalah “ SATYAKU
KUDARMAKAN DARMAKU KUBAKTIKAN “
Manfaat
Motto Gerakan Pramuka terhadap Jiwa anggota Pramuka, antara lain :
1.Menanamkam
rasa percaya diri.
2.Menambah
semangat pengabdian pada masyarakat, bangsa dan negara.
3.Siap
mengamalkan Satya dan Darma Pramuka.
4.Rasa bangga
sebagai Pramuka.
5.Memiliki Budaya
Kerja yang dilandasi pengabdiannya.
Motto Gerakan Pramuka wajib dihayati dan selalu
diingat bagi anggota Pramuka dalam merealisasikan pengamalan Satya dan Darma
Pramuka dalam kehidupan sehari hari.
Untuk meningkatkan kebanggaan dan kekompakan dalam
satuan Gerakan Pramuka (mis. Ambalan), disamping wajib menggunakan Motto
Gerakan Pramuka juga diperbolehkan membuat motto Satuan di satuan
masing-masing.
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah
melimpahkan hidayah dan inayah kepada kita semua. Sholawat salam semoga tercurah
kepada Nabi Agung Muhammad saw. Sebagai suri tauladan untuk kita semuanya. Atas
dasar keprihatinan dan kepedulian penulis terhadap semakin merosotnya akhlak
bangsa, makamelaui buku ini penulis
curahkan segala daya dan upaya untuk mengkaji berbagai permasalahan mengenai akhlak.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting
untuk kita mengerti, dalam pergaulan sehari-hari akhlak sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku manusia dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun suatu
bangsa. Akhlak merupakan target dakwah para nabi dan Rasul, meluruskan perilaku
manusia dari keterpurukan dan kebobrokan merupakan tugas para Nabi dan Rasul
serta kita bersama yang hidup sesudahnya. Kehidupan manusia dari zaman kezaman selalu
mengalami perubahan disinilah peran pendidikan akhlak sebagai penyelaras dan
penyeimbang serta pengendali berbagai dampak dari perkembangan zaman.
Akhlak adalah tahap ketiga dalam beragama.
Tahap pertama menyatakan keimanan dengan mengucapkan syahadat, tahap kedua
melakukan ibadah seperti sholat, zakat, puasa termasuk membaca Al-Qur’an dan
berdoa, dan tahap ke tiga sebagai buah dari keimanan dan ibadah adalah akhlak. [1]
Dalam keluarga akhlak sangat penting untuk
dikaji dan dimengerti oleh anggota keluarga. Perilaku yang baik harus
ditanamkan sejak dini kepada anak-anak demikian juga perilaku yang jelek (akhlak
tercela) juga harus di antisipasi sedini mungkin jangan sampai menjadi
kebiasaan anggota keluarga karena akhlak yang tercela merupakan penyebab hancurnya
kehidupan manusia. Orang tua berperan penting dalam pendidikan akhlak anak dan
seluruh anggota keluarga.
Dalam buku ini akan dikaji berbagai permasalah
tentang akhlak, mulai dari pengertian akhlak, macam-macam akhlak, penerapan akhlak
dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Peranan akhlak bagi generasi
muda dan masyarakat dalam menghadapi dampak buruk era globalisasi dan berbagai
solusi penting untuk menangani dan mengatasi berbagai perilau –perilaku
menyimpang dan akhlak yang tercela dalam kehidupan kita. Dalam buku ini juga
dilengkapi dengan kajian mengenai pandangan Al-Qur’an dan Hadits mengenai akhlak
lengkap dengan penjelasanya.
Kehidupan akan terasa indah apabila kita
menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Hidup akan terasa
damai, nyaman, sejahtera dan dekat dengan rahmat dan hidayah Allah swt. Hal
tersebut terbukti pada zaman Rasulullah saw., di Madinah. Masyarakat hidup
rukun, saling menghargai, saling menolong, penduduknya ramah, sopan, jujur,
syukur menerapkan nilai-nilai akhlakul karimah yang diajarkan oleh Rasulullah
saw., patuh dan tunduk menjalankan ibadah kepada Allah swt.
Pada akhir kajian penulis sisipkan kata-kata
bijak mengenai akhlak yang diambil dari beberapa hadits terpilih. Mudah-mudahan
bisa memberikan manfaat buat kita semua. Penulis menyadari bahwa di dalam buku
ini masih terdapat kekurangan di sana sini. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca yang budiman.
Akhirnya dengan mengharap ridlo Allah swt.
penulis berharap mudah-mudahan buku ini bisa bermanfaat. Amin.
Purwokerto, 1 Desember 2012
Ari Kuswanto, S.Pd.I.
[1]
. Prof.Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetian, dkk, 2001, “ PendidikanAgama dan AhlakBagi Anak dan Remaja”, Ciputat, PT. Logos
Wacana Ilmu, hlm. 51
Ilmu berasal dari kata عَÙ„ّÙ…َ-ÙŠَعْÙ„َÙ…ُ-عِÙ„ْماًmerupakan salah satu sifat Allah swt., yang berarti mengetahuai, maksud dari ’ilmu’
atau ‘ilman’ secara luas adalah
mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan amal perbuaan manusia. Pada
kajian ini penulis membatasi hanya pada ‘Ilmu Agama’ (ulumuddin). Ilmu agama
merupakan suatu yang sangat penting bagi kehidupan manusiadi dunia, dengan ilmu agama manusia mampu
mengenal Allah swt., dengan segala bentuk kewajiban yang harus kita laksanakan
kepada-Nya.
Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak dalil atas keutamaan ilmu. Di
antaranya, firman Allah swt.,
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (QS. Al- Mujadilah : 11)
Ayat di atas menerangkan kedudukan orang yang berilmu dan beramal.
Orang yang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah swt., maksudnya dengan
ilmu manusia mampu memahami apa yang harus dikerjakan dan diperbuat, apabila ia
melakukan segala sesuatu berdasarkan ilmu maka kemudahan-demi kemudahan akan ia
dapati, pekerjaan yang sulit akan terasa mudah dan yang paling penting adalah
dengan ilmu manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Disinilah Allah swt., akan mengangkat derajat seseorang, karena
pada hakekatnya semua yang kita lakukan ada aturanya dan tidak bisa berbuat
sekehendak sendiri walaupun menurut kita benar tetapi belum tentu benar menurut
Allah swt. Ilmu merupakan jendela untuk membuka tabir kegelapan kehidupan umat
manusia, dengan ilmu manusia memiliki derajat, dengan ilmu manusia berpotensi
untuk menjadi makhluk yang mulia dihadapan Allah swt., dan makhluk Allah
lainya.
Dalam ayat yang lain Allah swt., berfirman :
Artinya : “ (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (QS.Az- Zumar : 9)
Antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu tidak sama,
perbedaanya terletak dimana? Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Ilmu menerangkan
beberapa perbedaan orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu yaitu sebagai
berikut :
1.Orang
bodoh bagaikan orang yang buta, sementara orang berilmu bagaikan orang yang
bisa melihat dengan baik
2.Orang
yang berilmu adalah orang yang kuat dan tangguh, sementara orang bodoh adalah
orang yang lemah
3.Allah
memuliakan orang yang berilmu, dan menghina serta merendahkan orang yang bodoh
4.Ilmu
adalah kehidupan dan cahaya, sementara kebodohan adalah kegelapan dan sumber
kebinasaan
5.Orang
berilmu adalah salah satu sifat ahli surga, sementa kebodohan adalah salah satu
sifat ahli neraka. (dikutip dari : Heru Widodo, LC.)
Demikian sangat jelas sekali perbedaan antara orang yang berilmu
dengan orang yang bodoh. Kedudukanya pun sangat berbeda, yang satu mulia dan
yang satunya lagi memiliki kedudukan yang rendah. Ilmu merupakan pancaran ‘nur’
Illahiyah yang dapat dikaji melalui Al-Qur'an dan Sunah,pada keduanya terpancar berbagai petunjuk
bagi umat manusia berupa pemahaman mengenai akidah, akhlak, fikih, Muamalah,
syareat, kabar tentang akhirat, surga dan juga neraka.
Petunjuk yang diberikan oleh Allah swt., melalui ilmu pada
hakekatnya merupakan sebuah ruang bagi manusia untuk berusaha dan berikhtiyar.
Ilmu tidak datang begitu saja melainkan harus dicari dan dikaji dengan penuh
kesungguhan. Oleh karena itu Rasulullah saw. Bersabda : “ mencari ilmu itu
wajib hukumnya bagi umat Islam baik laki-laki maupun perempuan” (al-
Hadits). Kewajiban ini tidak hanya ditujukan kepada pelajar tetapi seluruh umat
manusia, laki-laki, perempuan, besar, kecil, tua, muda, kaya maupun miskin
semua tidak luput dari perintah untuk menuntut ilmu.
Al-Ghazali menyatakan bahwa ilmu itu banyak macamnya, dan yang
paling berjasa untuk menuntunpada
kebahagiaan akhirat adalah seperti ilmu syari’at, tafsir, ilmu hadits, membaca
Al-Qur'an dan menghafalkan wiridan-wiridan dan yang telah tertulis dalam kitab
ihya’.[1] Ilmu
tersebut wajib dipelajari sebagai pembuka jalan untuk menemukan kebahagiaan di
akhirat. Selain ilmu tersebut menurut al-Ghazali ada beberapa ilmu yang
berbahaya untuk dipelajari, seperti mengamalkan sihir dan perdukunan. Mencelup
tembaga kemudian mengubahnya menjadi perak imitasi lalu menjualnya.[2]
Adapun mempelajari ilmu kedokteran merupakan sesuatu yang diperbolehkan, demikian
juga ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia, seperti ilmu perindustrian,
perdangangan, pertahanan, dan ilmu lainya yang membawa kebaikan bagi umat manusia.
Ilmu erat kaitanya dengan amal, amal merupakan perbuatan manusia
yang bernilai ibadah di hadapan Allah swt., namun demikian ada juga amal
perbuatan yang tidak bernilai ibadah bahkan menimbulkan dosa seperti mencuri,
berjudi, korupsi dan lain sebagainya.
Segala amal perbuatan manusia di dunia akan dihisab oleh Allah
swt., sebesar maupun sekecil apapun. Allah swt., berfirman :
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya
pula.” (QS. Al- Zalzalah ; 7-8)
Dalam Ayat yang lain Allah swt., berfirman
Artinya:” kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS.at – Tin: 6
)
Ayat di atas menerangkan tentang balasan bagi orang beramal soleh
yaitu pahala yang tidak ada putus-putusnya walaupun orang tersebut sudah
meninggal dunia. Sebagai contoh; orang yang menyedekahkan sebagian hartanya
untuk membangun tempat ibadah maka pahalanya akan tetap mengalir selagi tempat
ibadah tersebut masih difungsikan untuk beribadah kepada Allah swt.
Amal
perbuatan manusia sangat bergantung pada niatnya, niat merupakanpenentu amal seseorang untuk itu sebelum
melakukan sesuatu hendaknya kita luruskan niat karena Allah swt., bukan karena
yang lainya. Dengan demikian jadilah orang yang berilmu dan beramal dengan
mengharapkan keridloan Allah swt., agar bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Gudep MTs N Model Purwokerto
[1]
. Imam Al-Ghazali, M. Alaika Salamulloh, “Beruntung Dunia Selamat
Akhirat”, Yogyakarta, Mitra Pustaka, hlm. 211
[2]
. Imam Al-Ghazali, M. Alaika Salamulloh, “Beruntung Dunia Selamat
Akhirat”, Yogyakarta, Mitra Pustaka, hlm. 213
Berlebih-lebihan
adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan kemudharatan
baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya
sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan
hawa nafsunya. Sekecil apa pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi
dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan moral, harta
benda dan kerusakan alam.
Sikap
berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya:
Artinya: “Dan janganlah kamu
berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).
Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:
Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat
akan haknya (juga kepada) orang muslim dan orang yang dalam perjalanan, dan
janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara
setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 26-27).
Ayat di atas
memerintahkan kepada kita agar menjauhi sikap boros karena sesungguhnya
orang-orang yang boros adalah saudaranya setan. Untuk itu hendaknya kita
berhemat dalam membelanjakan barang, mengatur segala sesuatu agar tidak menjadi
berlebih-lebihan, seperti : membeli sesuatu sesuai dengan kebutuhan, berpakaian
secara sederhana, tidak memakai perhiasan yang berlebihan, bergaul di
lingkunganmasyarakat dengan baik
dantidak berlebih-lebihan.
Beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antara lain
sebagai berikut:
a. Senantisa bersyukur
kepada Allah SWT.
b. Mengatur
anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa
berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan
sesuatu sesuai ukurannya.
Dari pemaparan
di atas sudah barang tentun kita diharapkan untuk bisa bersikap sederhana dan
menjauhi segala bentuk sikap berlebih-lebihan dalam kehidupan kita.