Kamis, 01 Agustus 2013

PUTUS ASA ADALAH PERBUATAN SIA-SIA

Putus asa adalah suatu sikap atau perilaku seseorang yang menganggap drinya telah gagal dalam menghasilkan sesuatu harapan cita-cita. Ia tidak mau kembali lagi untuk berusaha yang kedua kalinya. Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus asa dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
 Allah SWT menyamakan sifat putus asa dengan kekafiran, karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua sifat itu sama besar dan dasyat. Karena apabila ia diberi beban atau sesuatu yang harus siselesaikan dan perlu segera dilaksanakan demi kepentingan masyarakat, ia meninggalkannya secara perlahan-lahan, bahkan terkadang tidak mengerjakan sama sekali. Ia merasa keberatan atau menganggap bahwa apa yang dititipkan kepadanya terlampau berat sehingga ia enggan dan berputus asa untuk meneruskannya. Tentu saja hal itu merugikan diri sendiri dan masyarakat. 
Sifat putus asa akan memuat kebekuan, kelumpuhan, dan kemunduran. Selain itu, sifat putus asa juga dapat menyebabkan seseorang bagaikan seekor binatang yang selalau membisu, apa yang dilakukannya hanya berdasarkan pada instingnya. Orang berputus asa sma sekali tidak terpikirkan tentang kemajuan diri untuk meningkatkan untuk meniingkatkan keatas (lebih baik) dan menjadi makhluk yang sempurna, berpandang luas dan kepribadian yang baik bahkan utuk meraih cita-citanya.
Usaha-usaha untuk tidak mudah terjerumus dalam sifat putus asa, diantaranya:
a)    Terpilaharanya kekuatan iman pada diri seseorang.
b)   Meningkatan ketakwaan dan taqarrub kepada Allah swt.
c)    Menjaga harkat dan martabat serta derajat kemanusiaan.
d)   Menjadi orang yang tabah dalam menjalani kehidupan.
e)    Menubuhkan kesadaran untuk memicu diri dalam beramal shaleh.
f)    Meningkatkan kesadaran diri untuk mengabdi kepada Allah swt.[1]
Manusia memang seringkali dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang menyulitkan. Banyak diantara manusia yang bahkan tidak mampu menanggung beban dari permasalahanya sehingga melakukan perbuatan yang dilarang agama, seperti bunuh diri, lari dari masalah dengan bersenang-senang, mabuk-mabukan, mengkonsumsi minuman keras dan perbuatan tidak terpuji lainya. Semua itu adalah bentuk dari keputus asaan seseorang terhadap ketentuan Allah swt.
Segala permasalahan yang kita hadapi hendaknya kita hadapi dengan penuh lapang dada dan keikhlasan. Marilah kita kembalikan segala permasalahan kita kepada Allah swt, dengan tawakal. Karena putus asa bukanlah sebuah solusi untuk mengghadapi masalah akan tetapi merupakan sebuah kerugian bagi manusia dan bentuk ketidak berdayaan seorang. Padahal Allah senantiasa member kesempatan bagi mahluknya untuk merubah keadaan yang ada pada dirinya, dan Allah tidak akan menguji di luar batas kemampuan hambanya. gudep MTs N Model Purwokerto


[1].  Drs.Supardi, Aktif belajar aqidah akhalak untuk madrasah aliyah kelas X, Klaten: sinar maandiri, hlm: 52-54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar