Ilmu berasal dari kata عَلّمَ-يَعْلَمُ-عِلْماًmerupakan salah satu sifat Allah swt., yang berarti mengetahuai, maksud dari ’ilmu’
atau ‘ilman’ secara luas adalah
mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan amal perbuaan manusia. Pada
kajian ini penulis membatasi hanya pada ‘Ilmu Agama’ (ulumuddin). Ilmu agama
merupakan suatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia, dengan ilmu agama manusia mampu
mengenal Allah swt., dengan segala bentuk kewajiban yang harus kita laksanakan
kepada-Nya.
Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak dalil atas keutamaan ilmu. Di
antaranya, firman Allah swt.,
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (QS. Al- Mujadilah : 11)
Ayat di atas menerangkan kedudukan orang yang berilmu dan beramal.
Orang yang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah swt., maksudnya dengan
ilmu manusia mampu memahami apa yang harus dikerjakan dan diperbuat, apabila ia
melakukan segala sesuatu berdasarkan ilmu maka kemudahan-demi kemudahan akan ia
dapati, pekerjaan yang sulit akan terasa mudah dan yang paling penting adalah
dengan ilmu manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Disinilah Allah swt., akan mengangkat derajat seseorang, karena
pada hakekatnya semua yang kita lakukan ada aturanya dan tidak bisa berbuat
sekehendak sendiri walaupun menurut kita benar tetapi belum tentu benar menurut
Allah swt. Ilmu merupakan jendela untuk membuka tabir kegelapan kehidupan umat
manusia, dengan ilmu manusia memiliki derajat, dengan ilmu manusia berpotensi
untuk menjadi makhluk yang mulia dihadapan Allah swt., dan makhluk Allah
lainya.
Dalam ayat yang lain Allah swt., berfirman :
Artinya : “ (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (QS.Az- Zumar : 9)
Antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu tidak sama,
perbedaanya terletak dimana? Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Ilmu menerangkan
beberapa perbedaan orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu yaitu sebagai
berikut :
1.
Orang
bodoh bagaikan orang yang buta, sementara orang berilmu bagaikan orang yang
bisa melihat dengan baik
2.
Orang
yang berilmu adalah orang yang kuat dan tangguh, sementara orang bodoh adalah
orang yang lemah
3.
Allah
memuliakan orang yang berilmu, dan menghina serta merendahkan orang yang bodoh
4.
Ilmu
adalah kehidupan dan cahaya, sementara kebodohan adalah kegelapan dan sumber
kebinasaan
5.
Orang
berilmu adalah salah satu sifat ahli surga, sementa kebodohan adalah salah satu
sifat ahli neraka. (dikutip dari : Heru Widodo, LC.)
Demikian sangat jelas sekali perbedaan antara orang yang berilmu
dengan orang yang bodoh. Kedudukanya pun sangat berbeda, yang satu mulia dan
yang satunya lagi memiliki kedudukan yang rendah. Ilmu merupakan pancaran ‘nur’
Illahiyah yang dapat dikaji melalui Al-Qur'an dan Sunah, pada keduanya terpancar berbagai petunjuk
bagi umat manusia berupa pemahaman mengenai akidah, akhlak, fikih, Muamalah,
syareat, kabar tentang akhirat, surga dan juga neraka.
Petunjuk yang diberikan oleh Allah swt., melalui ilmu pada
hakekatnya merupakan sebuah ruang bagi manusia untuk berusaha dan berikhtiyar.
Ilmu tidak datang begitu saja melainkan harus dicari dan dikaji dengan penuh
kesungguhan. Oleh karena itu Rasulullah saw. Bersabda : “ mencari ilmu itu
wajib hukumnya bagi umat Islam baik laki-laki maupun perempuan” (al-
Hadits). Kewajiban ini tidak hanya ditujukan kepada pelajar tetapi seluruh umat
manusia, laki-laki, perempuan, besar, kecil, tua, muda, kaya maupun miskin
semua tidak luput dari perintah untuk menuntut ilmu.
Al-Ghazali menyatakan bahwa ilmu itu banyak macamnya, dan yang
paling berjasa untuk menuntun pada
kebahagiaan akhirat adalah seperti ilmu syari’at, tafsir, ilmu hadits, membaca
Al-Qur'an dan menghafalkan wiridan-wiridan dan yang telah tertulis dalam kitab
ihya’.[1] Ilmu
tersebut wajib dipelajari sebagai pembuka jalan untuk menemukan kebahagiaan di
akhirat. Selain ilmu tersebut menurut al-Ghazali ada beberapa ilmu yang
berbahaya untuk dipelajari, seperti mengamalkan sihir dan perdukunan. Mencelup
tembaga kemudian mengubahnya menjadi perak imitasi lalu menjualnya.[2]
Adapun mempelajari ilmu kedokteran merupakan sesuatu yang diperbolehkan, demikian
juga ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia, seperti ilmu perindustrian,
perdangangan, pertahanan, dan ilmu lainya yang membawa kebaikan bagi umat manusia.
Ilmu erat kaitanya dengan amal, amal merupakan perbuatan manusia
yang bernilai ibadah di hadapan Allah swt., namun demikian ada juga amal
perbuatan yang tidak bernilai ibadah bahkan menimbulkan dosa seperti mencuri,
berjudi, korupsi dan lain sebagainya.
Segala amal perbuatan manusia di dunia akan dihisab oleh Allah
swt., sebesar maupun sekecil apapun. Allah swt., berfirman :
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya
pula.” (QS. Al- Zalzalah ; 7-8)
Dalam Ayat yang lain Allah swt., berfirman
Artinya:” kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS.at – Tin: 6
)
Ayat di atas menerangkan tentang balasan bagi orang beramal soleh
yaitu pahala yang tidak ada putus-putusnya walaupun orang tersebut sudah
meninggal dunia. Sebagai contoh; orang yang menyedekahkan sebagian hartanya
untuk membangun tempat ibadah maka pahalanya akan tetap mengalir selagi tempat
ibadah tersebut masih difungsikan untuk beribadah kepada Allah swt.
Amal
perbuatan manusia sangat bergantung pada niatnya, niat merupakan penentu amal seseorang untuk itu sebelum
melakukan sesuatu hendaknya kita luruskan niat karena Allah swt., bukan karena
yang lainya. Dengan demikian jadilah orang yang berilmu dan beramal dengan
mengharapkan keridloan Allah swt., agar bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Gudep MTs N Model Purwokerto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar