Rabu, 31 Agustus 2016

KISAH INSPIRASI DARI SEORANG PENDAKI


Waktu itu aku diajak teman untuk mendaki Gunung Slamet, Ia sudah cukup pengalaman dalam urusan mendaki gunung karena sudah banyak gunung yang di taklukan. Sebenarnya dalam hati ada perasaan ingin ikut, tapi di sisi lain aku juga merasa takut karena belum pernah satu kalipun mendaki gunung. Hanya bermodal semangat dan rasa ingin tahu akhirnya aku putuskan untuk ikut bergabung dalam Tiem Pendaki yang semuanya adalah sahabatku.
Persiapan pun aku lakukan dalam waktu yang cukup singkat, berbeda dengan pendaki yang professional, aku hanya membawa bekal seadanya, mulai dari pakean, jaket, sandal tas gendong semua serba seadanya, yang tidak terbayangkan pada waktu itu adalah kaos tangan dan penutup kepala sama mantel/ jas hujan.
Perjalananpun dimulai, aku dan kawan-kawan mulai menginjakan kaki dari pos pertama pemberangkatan. Setelah melalui proses administrasi, kamipun mulai melangkah sedikit demi sedikit menaiki gunung, waktu itu sekitar pukul 18.00 WIB. Ada perasaan senang ada juga perasaan khawatir, karena semakin jauh kaki melangkah terasa semakin gelap dan dingin, pohon yang begitu lebat, dan jalan yang sempit serta berliku-liku menambah suasana perjalanan semakin menantang. Akupun terus mengikuti langkah kawanku, tanpa berpikir untuk menentukan jalan mana yang harus dilalui.
Malampun semakin larut, sesekali kami tertidur dalam perjalanan, hawa dingin semakin menusuk, langit sudah tak terlihat lagi karena tertutup pepohoan yang begitu lebatnya. Dalam hati Aku hanya berserah diri pada sang Penguasa Alam Semesta, sambil memanjatkan doa agar diberi kekuatan dan keselamatan dalam perjalanan. Rasa cape, lapar, ngantuk, takut, penasaran, khawatir semua bercampur menjadi satu.
Perjalananpun berlanjut, pada saat itu aku mulai merasakan betapa hebat kekuasaan Allah swt. Gunung yang begitu besar dan tinggi tercipta dengan begitu gagahnya. Aku pun semakin bersemangat untuk melangkahkan kaki menuju puncak. Mendekati dini hari, kamipun beristirahat, sambil mendekat ke perapian dan menambah energi dengan mengkonsumsi makanan ala Pendaki, menunya adalah Gorengan tanpa rasa, mie Instan dan secangkir teh panas.
Mendekati subuh langkah kami semakin pelan, karena tenaga yang semakin terkuras. Untuk menghemat energi maka jalanya pun kami buat pelan dan sebentar-bentar berhenti sambil bersandar diantara jalan yang membentuk seperti parit. Semakin ke atas kamipun semakin menjumpai banyak teman dan sahabat. Di sini ada pelajaran yang menakjubkan dari sesama pendaki. Rasa kebersamaan antar sesama pendaki sungguh membuat aku terkagum-kagum, walaupun kami tidak saling kenal, tetapi setiap kali kami bertemu satu sama lain selalu menyapa, sikap saling membantu sangat aku rasakan selama perjalanan. Semua terasa seperti saudara, senasib dan seperjuangan. Aku amati mereka juga memiliki kepedulian lingkungan yang sangat bagus, dari cara mereka membawa sampah selama perjalanan, di seret dengan kandi membuatku merasa semakin terkagum-kagum.
Perjalanan panjangku pun semakin terasa indah dan menakjubkan saat aku melihat di ufuk timur sudah mulai Nampak sinar matahari yang memancar dengan begitu menakjubkan. Tak terasa aku sudah berada di puncak tertinggi gunung Slamet, sungguh aku semakin kagum akan ciptaan Sang Illahi, keindahan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Melihat awan berada dibawah puncak, bagaikan hamparan kapas sang sangat luas, padang pasir yang terbentang disepanjang lingkaran kawah gunung terlihat memutih, berasap, diselimuti kabut yang sesekali terbawa angin menambah suasana terasa sejuk dan damai. Terjawab sudah rasa penasaranku, terbalas sudah semua letihku.
Ada banyak pengalaman yang bisa aku ambil dalam perjalanan ini, keberanian, sikap jujur, toleransi, kerja sama, semangat, kepedulian lingkungan dan yang paling penting adalah rasa Syukur atas anugerah yang telah diberikan oleh sang Pencipta,begitu besar KekuasaaNya, begitu indah ciptaaNya. 1/9/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar